Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 502. Merah dan Tipis



V 502. Merah dan Tipis

0"Kamu tadi darimana? Aku cari diluar tidak ada." Ruby bertanya pada sang kekasih yang membawa dokumen untuk penyetujuan rencana selanjutnya yang sudah mencapai tahap penyelesaian di salah satu proyek yang sedang di kerjakan.     

"Aku menghadap pak Donni." Jawab Anton dengan lugas.     

"Pak? Sekarang kamu memanggilnya pak?"     

"Ya, mulai sekarang aku akan memanggil beliau pak dan nyonya Agnes dengan ibu." Jawab Anton dengan wajah penuh senyum sumringah.     

Ruby menyipitkan matanya.     

"Ada apa dengan senyuman itu?"     

"Ruby, besok malam aku dan pak Donni dan bu Agnes akan datang menemui kedua orangtuamu." Jawab Anton dengan senyum kembali merekah.     

"Benarkah? Eh, kenapa tidak orangtua kamu yang di Jogja?" Ruby yang spontan senang mendengar dan langsung berjalan menghampiri Anton, mendadak berhenti begitu menyadari yang akan bertemu dengan orangtuanya adalah orangtua angkat Anton, bukan orangtua kandungnya.     

"Kan aku sudah bilang, bapak ibuku di Jogja tidak bisa secepat ini datang, ditambah lagi dengan ketakutan bapak naik pesawat. Aku akan perkenalkan mereka di pertemuan tahap kedua." Jawab Anton lagi.     

"Baiklah, suamiku. Aku akan menantikan kedatangan kalian besok malam." Ruby melingkarkan kedua tangannya di leher pria yang tersenyum melihat tingkah Ruby yang selalu manja bila di hadapannya. Tidak ada yang mengira kalau usia Ruby sama dengan kakaknya, Calista. Karena sikap perempuan berambut pirang ini mampu membuat Anton seperti pria dewasa yang jauh lebih tua dari usia sebenarnya.     

"Hentikan, nanti ada orang masuk." Ujar Anton sambil memegang pinggang sang perempuan.     

"Lalu apa yang kamu lakukan ini?" Sang perempuan tersenyum menggoda.     

Anton menarik pinggang sang perempuan dengan sekali hentakan yang menbuat Ruby agak kaget sehingga mengeluarkan teriakan kecil.     

"Aku tidak sabar untuk membuatmu berbaring dibawah tubuhku setiap hari." Bisik Anton pelan di telinga Ruby. Wajah Ruby merona merah mendengarnya.     

"I love you, babe. I love you so much." Tanpa menunggu lama lagi, Ruby mengeratkan pelukan tangannya di leher Anton dan melumat bibir pria itu dengan dalam dan keduanya pun memainkan lidah hingga napas mereka berdua tersengal-sengal.     

-----     

"Good Morning," Pria bermanik hijau menuruni tangga dan menyapa ke dua anak kembarnya, istriny, dan juga baby Kral yang ikut dibawa dengan boksnya di sebelah Calista.     

Untuk sesaat Darren merasa takjub dan menjadi terharu melihat pemandangan pagi ini. Tuhan Maha Baik padanya karena mengirimkan sesosok perempuan cantik dan baik hati bernama Calista Ardiningrum untuk menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anaknya. Darren yang pernah mencintai perempuan yang salah hingga hampir menghancurkan hidupnya, dipertemukan dengan ibu dari ketiga anak-anaknya lewat audisi konyol yang sampai sekarang dia tertawakan sendiri karena bisa-bisanya membuat sayembara seperti itu.     

"Morning, dad,"     

"Pagi, ayah,"     

"Pagi, suami,"     

Darren terkekeh mendengar jawaban berbeda dari ketiga anggota keluarga yang mewarnai hari-harinya itu.     

"Raja dan Ratu, sebentar lagi mulai masuk SD bukan? Sudah siap semua perlengkapan sekolahnya?" Darren bertanya pada dua anak kembarnya.     

"Masih ada yang belum, ayah. Apa ayah mau menemani kami belanja? Karena ibu sekarang ada adik Kral jadi tidak bisa menemani kami." Jawab si lincah Ratu.     

"Boleh saja. Kapan kalian akan pergi membeli?" Tanya Darren lagi.     

"Hari ini menunggu ayah pulang kerja. Bisa kah?" Kali ini Raja yang menjawab.     

"Ibu bisa kok temani kalian belanja perlengkapan sekolah. Tapi, tidak bisa lama-lama. Karena adik kalian harus disusui minimal dua jam sekali." Jawab Calista sambil sesekali menengok bayi bermata hijau lainnya yang masih tertidur pulas.     

"Tidak apa, sayang. Aku akan temani anak-anak belanja. Kamu dirumah saja temani Kral. Kamu juga perlu tempat yang nyaman untuk menyusui." Jawab Darren sambil menatap mesra istrinya. Calista mengangguk-angguk pelan.     

"Baiklah kalau begitu. Ayo kalian habiskan makanannya segera dan siap-siap untuk sekolah ... juga bekerja." Raja dan Ratu hanya tinggal beberapa hari lagi menamatkan sekolah taman kanak-kanaknya namun kedua anak kembarnya ini sudah disibukkan dengan kegiatan tambahan seperti karate dan menunggang kuda.     

Untuk olahraga karate, Raja dan Ratu mendapatkan pelatihan seminggu tiga kali. Sementara untuk berdua seminggu dua kali dengan waktu diselang seling antara karate dan berkuda.     

Darren dan Calista tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk mengerjakan apapun, kecuali makan dan tidur juga mandi. Namun, kedua olahraga tersebut merupakan pilihan kedua anaknya sendiri. Mereka sangat antusias senang mengerjakannya dan bahkan tidak ingin lekas selesai. Setiap sampai rumah, selalu saja ada cerita-cerita menarik keluar dari bibir mungil mereka.     

Akhirnya, acara sarapan bersama pun selesai. Sebelum meninggalkan rumah menuju tempat tujuan masing-masing, mereka menyempatkan diri mencium pipi Kral yang kulitnya masih merah dan tipis. Setelah kedua anak kembarnya pergi bersama supir mereka, tinggal Darren yang mengecup puncak kepala Calista dan menambahkan pemanis rasa di kedua pipi dan bibirnya.     

Ritual yang sangat manis dan kadang memabukkan untuk Calista. Darren ingin memberikan kekuatan pada sang istri dirumah agar selalu bahagia meski dirumah saja bersama baby Kral.     

"Oya, kamu sudah dengar belum?" Tiba-tiba sang istri menarik lengan sang suami untuk berjalan bersama menuju mobilnya.     

"Ada apa?" Tanya Darren sambil memindahkan tangan sang istri ke belakang pinggangnya. Siapapun yang melihat interaksi sepasang suami istri ini tidak ada yang mengira kalau pernikahan mereka awalnya tidak dilandasi dengan cinta.     

"Papah dan mamah nanti malam mau mengantarkan Anton melamar Ruby ke rumah mami papi." Darren mendadak berhenti berjalan.     

"Apa? Anton dan Ruby? Sejak kapan?" Darren benar-benar merasa sudah ketinggalan berita penting.     

"Hehehe, aku juga baru tahu dari mamah. Aku tidak mengira adikku yang galak itu kalau ke perempuan bisa takluk pada perempuan bule. Meskipun sebenarnya kami juga waktu di Jogja setiap hari melihat turis mancanegara." Jawab Calista.     

Darren mengangguk-anguk.     

"Ya sudah, aku berangkat sekarang. Apa kamu mau ke rumah mami nanti malam?"     

"Memangnya kamu tidak akan merasa sungkan melihat orangtuanya Ruby?" Tanya Calista balik.     

"Kenapa harus sungkan?"     

"Hah, karena kamu tidak jadi menantu mereka." Jawab Calista sambil menyeringai.     

"Hahaha, aku tidak akan bisa berangkat ini. Sudahlah, tidak usah ke rumah mami. Lagipula kita tidak diundang dan itu acara mereka berdua." Jawab Darren lagi. "Aku berangkat sekarang. Sampai jumpa nanti sore."     

Calista dan Darren saling melambaikan tangan untuk berpisah sementara. Calista teringat Anton adiknya. Dia ingin menelpon sang adik untuk memberinya semangat tapi pasti sedang dalam perjalanan menuju kantor juga. Calista akhirnya menghubungi sahabatnya, Dian, yang sama-sama sedang dalam fase pasca melahirkan.     

"Dian, kamu sedang apa?" Calista mengirimkan pesan singkat terlebih dahulu ke sahabatnya itu sebelum melakukan panggilan.     

Tidak disangka, justru Dian yang menelponnya.     

"Ada apa, Cal? Aku baru saja mengantarkan ayahnya Devan dan Daniella sampai depan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.