Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 506. Lupa Hari Ulang Tahun



V 506. Lupa Hari Ulang Tahun

0"Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Aku … tidak berpikir ke arah sana." Ucap Ruby lirih. Keduanya pun terdiam. Hening tanpa suara satu sama lain.     

"Aku tidak akan memaksakan kehendakku. Dan, itu pula yang akan aku katakan pada kedua orangtua kamu saat kita bertemu nanti malam. Sekarang, kita makan dulu lalu kembali ke ruangan lagi." Ruby tetap diam meskipun Anton sudah mengatakan banyak hal. Semua yang Ruby bayangkan hanyalah yang indah-indah dan dia yakin bisa menaklukan semua halangan. Perempuan itu lupa, ada hal yang sangat mendasar yang harus diselaraskan jika ingin menjalin hubungan serius jangka panjang.     

Sampai di ruangan kerjanya pun Ruby masih terus saja memikirkan perkataan Anton. Dia tidak bisa konsentrasi sama sekali. Semua pekerjaan menumpuk dan tidak bisa dituntaskan hari ini juga. Satu jam sebelum jam pulang kerja usai, Ruby ijin pulang lebih dahulu.     

"Aku pulang duluan. Tuan Donni sudah mengijinkan aku." Ujar Ruby pada Anton yang sedang sibuk di mejanya.     

"Oh, kamu ingin aku antarkan?" Ucap Anton dengan suara rendah.     

"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri. Kita jangan terlihat terlalu dekat, nanti semua orang bisa tahu." Ruby tersenyum tipis pada pria yang akan datang malam ini bersama keluarganya untuk melamarnya.     

"Kamu jangan kemana-mana. Kami akan datang ke rumah kamu sekitar jam 7." Jawab Anton.     

"Rumah tante Sara." Ruby mengkoreksi ucapan Anton.     

"Iya iya, tante Sara." Ruby tersenyum dan mereka pun berpisah untuk bertemu kembali nanti malam. Anton tahu apa yang dirasakan oleh kekasih hatinya itu. Sejak pembicaraan mereka siang ini, wajah Ruby langsung murung dan diam tanpa ekspresi sama sekali. Sepertinya Ruby memikirkan benar-benar apa yang sedang berkecamuk di hatinya     

-----     

"Sayang, dimana anak-anak?" Darren baru saja sampai rumah dan memeluk sang istri yang menyambutnya di pintu depan lalu mencium kedua pipi Calista. Mereka sudah siap sejak tadi. Kamu mandi dan makan dulu baru berangkat." Jawab Calista sambil menggendong anak ketiganya.     

"Aku mandi saja, makannya nanti sama anak-anak di mall." Jawab Darren. "Halo sayang, ayah mandi dulu yaa. Nanti ayah gendong kalau sudah selesai. Love you." Darren memberikan kecupan jarak jauh karena pria itu benar-benar tidak ingin memegang baby kral sebelum membersihkan tubuhnya.     

Calista tersenyum dan menatap sang suami menghilang dari anak tangga menuju kamar mereka di lantai dua. Ibu tiga anak itu pun bergegas menuju kamar dua anak kembarnya untuk memberitahukan perihal kedatangan ayah mereka yang sudah mereka tunggu-tunggu sejak tadi.     

"Ayo dibereskan dulu mainannya. Ayah kalian sudah datang dan akan segera turun." Ucap Calista saat mengintip dari celah pintu dan dilihatnya kedua anak kembar itu sedang melukis sesuatu di buku gambar A3 yang biasa dimiliki para pelukis.     

"Horeeeee," Sudah pasti suara Ratu paling kencang dan paling pecah dibandingkan kakaknya yang terkesan diam dan tidak mau rebutan. Ratu dan Raja segera membereskan mainan mereka sendiri agar kamar mereka tidak terasa sempit dan penuh.     

Sekitar sepuluh menit kemudian, mereka bertiga pun telah berkumpul di ruangan tengah. Raja dan Ratu sangat bersemangat karena baru kali ini mereka pergi bertiga. Calista menatap suami dan dua anaknya seperti pemandangan yang sangat langka di dunia. Tidak pernah terbersit dalam khayalannya memiliki keluarga yang ramai dan harmonis seperti ini.     

"Kami perlu dulu, bu. Bye bye dede Kral." Ucap Ratu sambil mencium lembut pipi sang adik. Raja dan Ratu mencium punggung tangan sang ibu seperti yang selalu diajarkan nenek-nenek mereka dan tentu saja kedua orangtua mereka sendiri, Calista dan Darren.     

Mobil yang membawa Darren dan kedua anaknya pun melaju meninggalkan rumah yang mereka huni. Karena Darren masih sedikit lelah, maka pria itu meminta supir untuk membawakan mobilnya.     

"Kita akan ke mall mana, ayah?" Ratu bertanya tidak lama mereka keluar dari gerbang rumah yang menjulang tinggi.     

"Ke mall dekat sini saja. Disana juga lengkap ada tempat makannya." Jawab Darren. Kedua anak kembarnya diperhatikan Darren memakai celana jeans warna biru yang sama namun kaos lengan pendek mereka berbeda warna dan motif. Kalau Ratu kaos kuningnya dengan cetakan sablon tokoh karakter Winnie the pooh, sedangkan Raja kaos merahnya dengan motif Spiderman kesukaannya.     

"Banyak yang ingin kalian beli?" Tanya sang ayah lagi.     

"Tidak juga, hanya beberapa yang belum lengkap." Jawab Raja singkat.     

"Yang penting itu momen kita berjalan bersama, ayah. Kalau peralatan menulis itu kan bisa beli kapan-kapan." Ratu menyambung kalimat kakaknya yang masih terdengar ambigu.     

"Momen? Apa momen di rumah itu kurang banyak? Ayah selalu menemani kalian sepulang bekerja dengan bermain dan membantu kalian mengerjakan pekerjaan sekolah. Apa itu belum banyak momennya? Hmm?" Darren menatap tajam mata Ratu yang menyeringai terkekeh. Raja hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah absurd adik kembarnya itu.     

"Sudahlah ayah, kita kan mau bersenang-senang di mall. Aku sudah lama tidak pergi ke mall." Jawab Ratu dengan cepat.     

"Ada yang ingin kamu cari di mall?" Tanya Darren lagi.     

"Sebuah hadiah untuk ibu." Jawab Ratu.     

"Hadiah untuk ibu?" Tiba-tiba kedua mata Darren melebar. "Astaga, bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini adalah ulang tahun Calista?" Darren menutup mulutnya dengan satu tangan. Raja dan Ratu saling bertukar pandang.     

"Jangan bilang kalau ayah lupa hari ulang tahun ibu?" Keduanya serempak mengatakan hal yang sama. Darren tidak berani mengakui namun memang itu kenyataanya.     

"Ayah lupa." Jawab Darren lirih.     

"Ckckckck," Raja dan Ratu berdecak keheranan sambil menggelengkan kepalanya.     

"Kalau begitu, kita pergi membeli hadiah untuk ibu. Kalian bantu ayah memilihkan hadiah untuk ibu. Okay?"     

"Memangnya ayah sudah tahu hadiah apa yang ingin diberikan?" Tanya Ratu lagi.     

"Ayah tidak tahu. Ibu kalian tidak pernah meminta apapun pada ayah. Ibu kalian itu selalu merasa cukup dengan yang diterima. Bahkan kartu kredit yang ayah berikan ke ibu kalian saja tidak dipakai sama sekali." Jawab Darren.     

"Mungkin … ibu butuh liburan. Bagaimana kalau kita liburan bersama?" Tanya Ratu lagi. Ide yang keluar dari kepala kecil anak ini selalu diluar nalar. Siapa yang butuh hiburan dan wajah siapa yang sangat gembira? Pikir Darren.     

"Tapi, benar juga apa yang dikatakan anak perempuannya. Calista butuh hiburan. Tapi, kalau membawa semua anak-anaknya bukan berlibur namanya, tapi pindah tempat momong. Tapi, kalau tidak dibawa, Calista pasti kepikiran terus.     

Akhirnya, Darren memutuskan untuk berlibur mengajak seluruh anak-anak, istrinya tentu saja, dan Hera. Mereka akan ke Seoul untuk mengabulkan keinginan sang istri yang ingin melihat oppa-oppa yang sering di tonton sang istri ketika anak-anaknya sudah lelap tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.