Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

V 518. Pulang Ke Bali



V 518. Pulang Ke Bali

0"Sebentar, aku terima telpon dulu." Tepat sekali mereka sedang membicarakannya, Grace menelpon Lewis untuk menanyakan kabar Jack. Pria itu pun keluar dari kamar untuk berbicara dengan leluasa.     

"Apa kamu yakin tidak apa-apa?" Darren mempertanyakan lagi kondisi sahabatnya yang penuh dengan rahasia dan hampir tidak mau menceritakan urusan pribadinya.     

"Aku baik-baik saja. Ayahnya Tasya juga tahu kalau anaknya sangat terobsesi padaku namun aku tidak pernah membalasnya seperti yang dia inginkan." Ujar Jack. Pandangannya kosong menerawang ke saat-saat terakhir dia berada didalam mobil bersama Tasya sebelum kecelakaan itu terjadi.     

"Aku harus kembali ke Jakarta sekarang. Grace akan datang besok." Ucap Lewis yang masuk ke dalam kamar dan tiba-tiba berkata. Jack dan Darren tersenyum tipis mendengar ucapan pria yang paling dekat dengan Grace dibanding mereka berdua.     

"Pergilah! Sepertinya, dia tidak bisa hidup tanpamu." Ledek Darren dan dibalas dengan kekehan Jack.     

"Oh, jadi kamu sudah sembuh? Hmm, baguslah!" Sebuah bantal yang berada di ujung kaki Jack di lempar ke wajah Jack dan beruntung pria yang masih menjadi pasien itu bisa menangkapnya atau bantal itu akan membuat tiang botol infus akan jatuh. Darren menggeleng-geleng melihat dua sahabatnya yang masih saja seperti anak kecil.     

BRAKKK!     

"Ah maaf, aku tidak lihat."     

"Aku yang minta maaf karena aku buru-buru." Lewis yang membuka pintu langsung keluar tanpa melihat seorang perawat berjilbab mengenakan masker sedang membawa baki berisi obat-obatan untuk Jack konsumsi. Mereka berdua tidak saling melihat. Lewis berjalan terus setelah membantu mengambilkan obat-obatan itu dan meletakkannya ke atas baki. Sementara, suster itu hanya menghela napasnya.     

"Untung semuanya disimpan didalam botol jadi tidak kena lantai." Gumam suster berjilbab tersebut. Perempuan yang berseragam suster itu pun masuk kedalam kamar untuk memberikan obat pada Jack karena sudah sesuai waktunya.     

-----     

"Grace?"     

"Lewis," Perempuan cantik dengan pakaian dan dandanan yang sangat menarik mata siapapun yang melihatnya, berlari ke arah pria yang selalu ada untuknya, kapanpun dia inginkan. Pria yang bisa saja memiliki banyak kekasih namun memilih untuk memiliki satu wanita saja dengan status hanya sebagai teman … di atas ranjang itu     

"Tante Lenna bilang kamu akan pulang besok?" Lewis yang baru turun dari pesawat yang ditumpanginya dari Bali, tiba-tiba melihat sosok perempuan di bagian kedatangan manca negara.     

"Aku mempercepat kepulanganku. Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu." Ucap Grace dengan sikap manjanya memeluk leher Lewis dan hendak menciumnya namun Lewis memundurkan wajahnya karena sikap Grace membuat beberapa orang disekitar mereka melihat tidak suka.     

-----     

Kembali ke masa tujuh tahun kemudian …     

"Sayang, kamu masih sibuk?" Seorang dokter bedah yang baru saja menuntaskan operasi pertamanya, langsung kembali ke ruangannya dan menerima panggilan dari sang suami.     

"Aku baru keluar dari ruangan operasi. Ada apa, suamiku?" Carol yang selalu menggoda suaminya dengan kata-kata lucu dan menggemaskan, berhasil membuat Jack tertawa lepas.     

"Tolong, jangan pancing aku lagi untuk memberikan adik untuk Gendhis dan Nathan. Hehehe."     

"Dasar! Memang maunya kamu itu sih. Ada apa?" Jawab Carol dengan balik bertanya.     

"Lewis tadi keruanganku. Dia tanya, apa kamu yang memberikan pekerjaan untuk istrinya?"     

"Hmm, bagaimana ya? Rumah sakit kebetulan membutuhkan tambahan tenaga perawat dan yang aku ingat hanyalah Likha. Aku tawarkan langsung kedia dan langsung setuju. Memangnya kenapa? Lewis tidak suka istrinya bekerja?" Carol bertanya balik.     

"Sebenarnya aku yakin dia tidak mempermasalahkan istrinya bekerja atau tidak. Hanya saja, dia khawatir aka nada Grace-Grace lainnya yang akan melukai dan menyakiti istrinya. Kamu tahu kan kalau dia beberapa kali mengalami nasib sial?" Ucapan sang suami memang ada benarnya tapi bukan berarti Likha dikurung sepanjang hari juga. Keahlian yang dimilikinya akan hilang seiring berjalannya waktu kalau tidak digunakan. Lima tahun sudah Likha menjadi ibu rumah tangga full time. Mungkin saat ini dia mulai bosan karena Leon sudah masuk sekolah.     

"Jadi bagaimana? Kamu bilang saja ke teman kamu kalau Likha pasti mengerti tanggung jawab sebagai seorang istri sekaligus ibu. Aku harus segera memberitahu bagian personalia kalau dia tidak jadi masuk." Jawab Carol lagi.     

"Biar aku bicara lagi ke Lewis hari ini. Waktunya makan siang. Kamu jangan telat makan yaa,"     

"Okay, kamu juga, daddy anak-anakku." Jawab Carol samnbil menahan tawa dengan menutup bibirnya rapat-rapat.     

"Sayang, bersiaplah. Pesawat akan tiba untuk meminta landasan menyambutnya malam ini." Ujar Jack dengan senyum nakalnya.     

"Bye," Carol memutuskan panggilan buru-buru sebelum ajang komunikasi biasa berubah menjadi ajang phone sex.     

Jack terkekeh melihat kelakuan istrinya yang semakin hari semakin menggemaskan untuknya.     

-----     

"Sayang, ada apa kesini?" Lewis kaget bukan main ketika selesai rapat mingguan, mendapati istrinya sudah berada didalam ruangan kerjanya. Likha yang sedang duduk di sofa ruang tunggu sambil membuka-buka lembaran tabloid bisnis yang ada dibawah meja tersebut, langsung menutup tabloid itu dan berdiri menghampiri suaminya.     

"Aku bawakan makan siang. Kamu pasti lapar." Likha membawa rantang makan siang yang terdiri dari tiga susun. Lewis mencium puncak kepala sang istri setelah Likha mencium punggung tangan sang suami.     

"Aku taruh ini dulu ya," Pria itu berjalan menuju mejanya dan meletakkan laptop juga ponselnya disana. Likha mengangguk dan tersenyum manis.     

Perempuan cantik berhijab itu pun membuka bekal makan siang yang dia bawa dan memisahkan setiak rantangnya satu persatu"     

"Kamu repot-repot masak ini." Ujar Lewis melihat banyaknya lauk yang sangat mengundang selera tersaji nyata di hadapannya.     

"Tidak sama sekali. Aku memasak banyak dirumah untukmu dan juga Leon." Jawab Likha dengan tutur kata lembut.     

"Mari makan kalau begitu," Ucap Lewis dan dibalas dengan anggukan Likha.     

Mereka berdua pun makan setelah mengucapkan doa tentunya. Likha tidak berkata apa-apa selama makan berlangsung. Lewis merasa ada yang disembunyikan istrinya namun dia akan bertanya itu nanti ketika mereka berdua sudah selesai menghabiskan makan siang bersama.     

"Baiklah, sekarang katakan apa yang kamu inginkan." Ucap Lewis setelah mereka selesai makan siang dan Likha pun selesai membersihkan alat makan tadi.     

"Aku ingin pulang ke Bali sebentar saja. Bolehkah?" Likha menekuk wajahnya dan memilih kedua telapak tangannya diatas pangkuannya. Lewis menghela napas dan menyandarkan punggungnya. Pria itu sepertinya menyadari kalau istrinya sedang berada di ambang bosan dan butuh suasana baru. semua istri pengusaha pada umumnya senang berkumpul dengan sejenisnya, ke salon, berbelanja pakaian merek ternama meskipun harganya bikin sakit kepala. Tapi, tidak dengan Likha yang tidak suka membelanjakan barang yang dia sudah punya. Mungkin karena itulah, saat ini dia sedang berada di titik jenuh.     

"Sayang, kemarilah." Lewis mengulurkan telapak tangan besarnya pada sang istri yang masih menundukkan wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.