The Eyes are Opened

Ketempelan (Part 03)



Ketempelan (Part 03)

0"Baik pak bu.. untuk kunjungan kontrol bulana Dyandra yang di karenakan oleh lokasi tempat tinggal yang sangat jauh, maka saya merekomendasika ke ibu kota Jawa Timur, di rumah sakit Kasih Sejahtera terdapat rekan saya yang bernama dokter Angel. Beliau dapat membantu Dyandra selama penyembuhan. " Ucap Dokter Ryan.     

"Oke dok terima kasih atas informasinya." Ujar papa.     

["Ma, rasanya aku tahu deh dokter yang di maksud dokter Ryan tadi. Aku kemarin bertemu dengan seorang dokter juga di gunung, namanya juga Angel. Uhmmm kalau nggak salah ada kartu namanya deh di dalam jaketku. Nanti di lihat."] Bisikku pada mama yang duduk di sebelahku.     

["Hah masa? Mana-mana nanti mama lihat. Kalau beneran nanti kamu coba hubungi dokter itu kalau sudah dikonfirmasi sama dokter Ryan ya. Jangan Lupa!"] Bisik mama padaku dan aku hanya menganggukkan kepala.     

Jam di dinding menunjukkan pukul 17.30 wib, hari semakin sore dan langit semakin gelap, menandakan malam hampir tiba. Terdengar suara adzan maghrib di dekat rumah sakit, suasana rumah sakit seketika langsung menjadi sunyi karena banyaknya karyawan rumah sakit melakukan ibadah sholat maghrib. Sore itu papa memutuskan keluar untuk membeli makan malam bersama mama, namun aku nggak mau di tinggal sendirian di kamar, karena kamarku sangat terasa sunyi dan sepi, nggak ada teman ngobrol. Ujarku pada papa agar amma tetap di sini menemaniku. Akhirnya papa menyetujuinya dan meninggalkan hotel untuk membeli makan malam di sekitar hotel.     

"Ndra, mama mau mandi duluan ya.." Ucap mama sambil berjalan menuju toilet yang terletak di dekat pintu masuk.     

Sambil menunggu mama mandi, aku menayalakan televisi dan menonton acara drama korea yang sedang tayang. Beberapa kali aku mencium bau busuk di sekitar kamarku, seakan bau bangkai, aku kira itu bau yang berasal dari luar jendela sehingga saat itu aku tidak terlalu menghiraukannya, aku kembali menonton televisi sambil memakan beberapa potong kue yang mama bawa dari rumah. Namun bau bangkai itu terus tercium hingga membuatku mual. Aku mencium kue yang mama bawa, aku pikir bau busuk itu dari kue yang mungkin sudah terlalu di ngin jika dimakan. Namun bukan bau kue yang aku pegang. Semakin lama bau busuk itu membuatku pusing dan aku mencoba memanggil mama beberapa kali saat mandi, tapi usahaku sia-sia. Mama tak mendengarnya. Aku mencoba menutup hidungku dengan menggunakan tissue dan meneteskan beberapa minyak kayu putih di atas tissue tersebut. Aroma minyak kayu putih memang sedikit menyamarkan bau busuk yang sangat bau di kamar, karena tak tahan lagi dengan bau busuk itu, aku memencet tombol untuk memanggil suster yang sedang berjaga. Aku memencet sebanyak 3x tetap saja tidak ada suster yang datang masuk kedalam kamarku. Hingga akhirnya tak lama mama selesai mandi dan membuka pintu kamar mandi. Disaat mama baru saja keluar dari kamar mandi, mama langsung menutup hidungnya.     

"Ughh!! Bau apa ini Ndra?! Kenapa bau busuk sekali??" Ucap mama sambil menutup hidungnya menggunakan handuk yang ia kalungkan di leher.     

"Nah itu Andra juga nggak tahu ma. Dari tadi sudah bau sejak mama mandi. Andra kira bau kue yang mama bawa, tetapi bukan e. Coba mama periksa di luar, mungkin baunya dari jendela." Ucapku sambil menunjuk ke arah jendela yang berada di sisi kiri tempat tidur pasien yang kosong.     

"Nggak ada bau tuh di luar. Jendela ini kedap juga. Apa di bawah kolong kasur ya Ndra? Coba mama lihat ya.." Ucap mama sambil melihat ke bawah kolong kasur pasien yang aku tempati maupun kolong kasur yang kosong di sebelah kiriku. Namun mama tak menemukan apapun di bawah kolong.     

"Kolong kasurnya bersih Ndra. Nggak ada apapun. Baunya dari mana ya? Apa dari tadi selama mama belum datang kaya gini?" Tanya mama yang penasaran.     

"Uhmm.. tadi nggak ada bau busuk ma.. Waktu tadi pagi itu kecium bau bunga dan bau cemara gitu. Aku tanya sama suster yang jaga di depan, katanya rumah sakit ini nggak pakai pengharum ruangan sama sekali. Cuman pakai pengharum lantai saat mengepel. Udah itu aja. Tapi kalau bau busuk kaya gini baru kali ini ma." Ucapku sambil menahan nafas karena bau busuknya sangat menyengat. Mama mencoba menghubungi papa yang masih di luar untuk membelikan fresh air untuk menghilangkan bau tak sedap ini. Namun akhirnya mama memutuskan untuk membelinya sendiri di koperasi rumah sakit.     

Tak lama kemudian, ponselku berdering, terlihat kak Andrew meneleponku malam itu. Segera kau mengangkat telepon itu sambil menggunakan masker.     

"Yaa?? Halo kak.."     

["Hallo Ndraaa.. Aku dengar dari Karin, kamu lagi di rumah sakit dan sudah operasi kaki ya?"]     

"Iya kak. Ini lagi di rumah sakit." Ucapku.     

["Kamu kenapa Ndra? Kok suaramu bindeng gitu kedengarannya? Apa kamu juga terkena flu?"]     

"Nggak kak. Aku sehat-sehat aja kok. Ini cuman lagi pakai masker penutup hidung aja. Nggak tahu di kamarku tiba-tiba ada bau-bau busuk dari tadi. Padahal di kamar nggak ada apa-apa. Jendela kamar juga kedap udara masuk." Ucapku     

["Hah?? Kok bisa? Sudah hubungi suster jaganya? Tanya cleaning servicenya?"]     

"Nggak ada yang bisa di hubungi. Aku sudah pencet beberapa kali tombol panggialn juga nggak ada yang datang sampai sekarang."     

["Kamu disana sama siapa? Sendirian atau ada orang yang menjaga kamu?"]     

"Kalau sekarang ya sendirian kak.. Barusan aja mama keluar beli fresh air, sedangkan papa lagi beli makan." Ucapku yang masih belum tahu apapun. Setelah mendengarkan penjelasanku, kak Andrew meminta ijin untuk video call. Akupun menyutujinya. Aku membuka aplikasi untuk menyalakan video call malam itu juga. Saat pertama kali videoku muncul, wajah kak Andrew seketika terkejut. Ia melihat dengan mata yang melotot seakan-akan melihat sesuatu yang aneh di layar komputernya.     

"Kenapa kak? Kok gitu banget lihatnya?" Tanyaku dengan heran.     

["Uhmm.. nggak aku cuman mau tanya, itu apa'an Ndra di atas kepalamu?"]     

"Hah? Apa? Nggak ada apa-apa di atas kepalaku kak?" Ucapku sambil melihat ke atas dan memasstikan kembali lewat video camera yang merekam diriku. Memang tak terlihat apapun saat aku melihat ke arah atas, namun saat aku melakukannya lagi, aku mencium aroma busuk itu semakin pekat. Aku terdiam tak berani melakukan apapun. Aku juga tak berani mengeluarkan suara satu katapun dari mulutku. Hanya tulisan yang aku ketik di layar ponselku untuk berbicara dengan kak Andrew saat itu.     

["Ndra! Itu kamu bawa dari mana? Kenapa 'dia' nempel sama kamu? Apa kamu pernah melakukan satu hal saat mendaki kemarin?]"     

"Uhmmm.. nggak tahu juga kak.. Aku rasa sih nggak ada hal yang membuat 'mereka' tertarik sama aku. Cuman sewaktu aku sedang turun dengan rombongan terakhir, kami mengalami beberapa hal aneh. Dari yang aku beryemu arwah penasaran di gunung Lawu, sampai arwah itu mengikuti terus. Emang apa yang kakak lihat di kamera kakak?" Tanyaku.     

["Apa yang kamu lihat itu arwah seorang cowok?"]     

"Iya kak. Yang aku lihat itu 'dia' masih muda sekali. Mungkin sewaktu masih hidup ia masih muda. Tapi seluruh tubuhnya berlumuran dengan darah."     

["Uhmmm.. itu 'dia' suka sama kamu Ndra. 'Dia' ngikutin kamu dan terus nempel sama kamu. Makanya kamu beberapa kali sering mencium bau-bau'an gitu kan? Nah, kalau kamu mencium bau harum itu di berwujud manusia, tapi kalau kamu mencium bau busuk, 'dia' berwujud aslinya saat ia meninggal. Yang aku lihat sekarang ini 'dia' sedang berwujud saat 'ia' meninggal. Kepalanya terbalik ke belakang 180 derajat. Kedua kaki dan tangannya patah, seluruh tubuhnya berlumuran darah segar yang terus keluar. Tapi yang membuat mengerikannya lagi, matanya terlepas dari cangkang tengkorak dengan ada sebatang dahan pohon cemara di ujung matanya. Uhhmm.. sudah nggak berwujud gitulah Ndra wajahnya."] Jelas kak Andrew dengan ekspresi jijik yang terlihat dari raut wajahnya setelah menjelaskan apa yang ia lihat. Aku yang hanya mendengarkan penjelasnnya jadi semakin takut namun aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku terdiam dan tak berani bergerak sedikitpun. Aku merasakan ada seseorang yang sedang berada di dekatku. Sangat dekat hingga aku dapat merasakan auranya yang hampir bersentuhan dengan tubuhku. Terasa dari belakang tubuhku. Kepalaku terasa sangat hangat seakan-akan ada orang yang bernafas dengan sangat dekat dengan kepalaku. Aku terdiam seperti patung memandang layar ponselku dan hanya dapat memberi kode pada kak Andrew jika aku merasakan sesuatu di kelapa belakangku.     

Kak Andrew yang saat itu melihatku dengan ketakutan, ekpresinya langsung berubah dan menatap ke belakang kepalaku dengan tatapan yang sangat tajam dan terlihat pada bibir kak Andrew seperti mengucapkan sesuatu hingga akhirnya bau busuk dan perasaan yang nggak enak di belakang kepalaku seketika menghilang. Rasa lega dan puas saat aku mengetahui jika makhluk itu sudah pergi dari belakang kepalaku dan aku mencoba mencium bau busuk itu, sudah tidak ada sama sekali saat ini.     

"Kak.. makasi yaaa.. sekarang makhluk itu sudah pergi." Ucapku pada kak Andrew yang juga terlihat lega.     

["Ngapain kamu ngucapin makasi sama aku. Aku lho nggak ngapa-ngapain! Hahahaha.. Sudah aku mau bantuin mamaku dulu ya Ndra. Ow iya kelihatannya Karin sama beberapa temanmu akan menjengukmu sebelum mereka pulang ke rumah."] Ucap kak Andrew sebelum mengakhiri video call kami.     

"Lho kakak kok tahu? Abis dapat penglihatan?"     

["Nggak kok! Barusan Karin kirim pesan, dan bilang kaya gitu. Hahahaha.. Dia ngerasa nggak enak banget sama kamu. Selama di gunung dia ninggalin kamu terus dan nggak sampai nemeni kamu. Waktu jatuh aja dia nggak banyak bantuin kamu katanya."]     

"Owalaaaa.. aku kira kakak tahu karena dapat penglihatan. Hahahahaha.. iya nggak apa. Aku juga sudah kanget sama mereka. Uhmmm.. masalah Karin yang itu aku malah nggak tahu kalau dia merasa sampai segitunya sama aku."     

["Mungkin dia ada rasa bersalah sudah merebut aku dari kamu Ndra? Hahahahaha.."]     

"Ihhhh kepedan banget sih kamu kak. Ya sudah sana. Ini mama papaku juga sudah kembali dari luar. Bye kak.. Makasi ya sudah nemenin.." Ucapku mengakhiri pangilan video malam itu.     

"Lho kok sudah nggak ada bau busuk ya Ndra?" Tanya mama yang baru saja masuk kamar dan mau menyemprotkan fresh air yang sudah ia beli di koperasi rumah sakit.     

"Ya Andra juga nggak tahu ma. Tadi tiba-tiba sudah hilang bau busuknya." Ucapku sambil meneguk air minum yang berada di samping kananku di atas meja nakas.     

"Kenapa emangnya ma?" Tanya papa yang penasaran.     

"Ini lho pa, tadi itu ada bau busuk banget di kamar. Kaya bau bangkai gitu. Baaauuuukkk banget. lebih bau dari pada bau bangaki tikus mungkin ya. Sampai-sampai kami aja pakai masker pelindung hidung tadi. Buat mual juga baunya." Jelas mama pada papa.     

"Mana? Nggak ada bau gini lho ma. Salah cium mungkin mama ini.."     

"Lah kalau salah cium Andra juga dong! Orang Anakmu yang nyium bau ini sebelum aku kok!"     

"Ya sudah lah.. yang penting sekarangkan sudah nggak bau.. Yuk kita makan dulu. Ow ya Ndra, nanti salah satu dari mama dan papa akan tinggal di hotel dekat rumah sakit. Jadi yang jaga di sini gantian ya.. Nggak apa kan?" Ucap papa sambil menyiapkan makan malam yang di taruh di meja kecil di dekat lemari pakaian.     

"Iya nggak apa kok pa. Kalau mama papa mau tidur di hotel juga nggaka apa. Andra bisa tidur di sini sendirian. Kan bisa panggil suster kalau ada apa-apa sama Andra." Ucapku sambil menyantap nasi goreng yang baru saja di belikan oleh papa.     

"Yakin kamu nak? Berani di sini sendirian? Kalau ada hal yang kaya gitu lagi gimana? Mama kok khawatir ya Ndra.. Apa malam ini mama tidur di sini nemenin kamu dulu?"     

"Ya terserah mama deh kalau kaya gitu. Asal nanti jangan ngeluh kalau badannya sakit semua ya! Andra nggak mau!" Ucapku dengan tegas.     

"Iya-iya nggak lah.. Mama kan bisa pakai sleeping bagmu buat tambahan kasur di sofa ini."     

"Yaaaa.. terserah mama deh yaaa..." Ucapku yang masih menikmati makan malam itu bersama.     

Akhirnya malam itu mama tidur di rumah sakit menemaniku sedangkan papa beristirahat di hotel yang telah di booking sebelum tiba di rumah sakit. Papa kembali ke hotel pukul 21.00 WIB dan baru kembali lagi ke rumah sakit besok pagi pukul 07.00 WIB. Malam itu aku dan mama bercerita banyak hal tentang pengalamanku menaiki gunung Lawu. Aku bercerita dari awal aku mendaki hingga banyak hal mistis dan supranaturan terjadi padaku dan beberapa temanku yang lainnya. Mama yang mendengarkannya sangat kagum dan ia berkata jika mama menjadi bernostalgia ketika aku bercerita tentang mendaki gunung.     

"Kamu cerita seperti ini jadi membuat mama nostalgia dulu saat jaman mama muda. Waktu mama masih umur 20an, itu mama masih kuliah di Jawa Tengah, di kampus dulu mama jug aikut aktivitas-aktivitas alam gitu. Naik gunung sama teman-teman kampus yang akhirnya ketemu papamu di gunung." Ucap mama sambil tersenyum malu saat menceritakan hal itu.     

"Lho Andra kok baru tahu kalau mama dulu pernah naik gunung sih? Kemarin waktu Andra mau naik gunung kenapa nggak boleh? Padahal mama papa sendiri masih muda gitu sudah naik gunung." Ucapku yang masih belum bisa menerima pernyataan mama sebelum aku berangkat ke gunung Lawu.     

"Ya kan waktu itu mama dan papa sudah dewasa. Sudah berumur 20 lebih. Sedangkan kamu masih muda, remaja, masih tengil begini mau naik gunung. Ya kita orang tua khawatir lah kalau ada apa-apa gimana? Orang kamu di ganggguin kakakmu aja dikit-dikit mama kok." Ucap mama sambil tertawa melihat kearahku.     

Malam itu kami banyak sekali berbicara berdua, dari yang awalnya bercerita tentang gunung hingga kami saling menceritakan kisah cinta kami. Kami bercerita cukup lama hingga tak terasa jika waktu telah sangat larut. Aku melihat ke arah jam dinding yang terpasang di atas televisi, terlihat jam sudah menunjukkan pukul 12.00 wib. Mama bangkit dari tempat tidrunya dan berjalan menuju toilet. Aku sendiri yang mulai mengantuk merapikan selimutku dan berdoa sebelum tidur untuk mengakhiri malam hari ini.     

Hal yang sebenarnya tak ku sukai saat berada di rumah sakit ialah saat tengah malam seperti ini. Ditengah gedung rumah sakit yang sudah mulai sepi dari pengunjung yang menjenguk serta keluarga yang hanya di perbolehkan menginap hanya satu orang, belum lagi beberapa kamar kosong tanpa ada pasien sama sekali. Suasana seperti ini terkadang membuat bulu kuduku berdiri. Sunyi dan sangat sepi sehingga suara langkah kaki perawat yang berjaga di depan kamar pun sering terdengar hingga ke dalam kamar pasien. Sering kali aku menjadi paranoid apakah benar itu suara langkah kaki perawat yang berjaga, jika bukan perawat bagaimana? Karena tak dapat di sangkal sama sekali jika di dalam rumah sakit semewah apapun rumah sakit itu pasti terdapat 'penunggu' yang tinggal di sana ataupun terdapat arwah gentayangan yang sebelumnya pasien dari rumah sakit tersebut. Dan benar saja dengan apa yang aku perkirakan. Saat mama sudah terlelap tidur, dan aku pun juga mulai terlelap tidur, tiba-tiba aku merasakan ada suara langkah kaki yang terdengar di sekitar kamarku. Aku tanpa sadar terbangun dan melihat ke sisi kanan dimana mama tidur. Aku yang saat itu dalam kondisi tengah sadar, melihat mama yang masih tertidur pulas di dalam sleeping bag yang aku gunakan untuk berkemah. Melihat mama masih tertidur aku kembali tidur juga dan menarik selimutku hingga dekat dengan dadaku.     

Jam dinding di kamar terdengar berdetik sangat keras dan terasa terdengar di telingaku sangat dekat. Aku melihat ke arah jam dinding saat itu, terlihat masih dini hari pukul 02.10 WIB. Aku kembali mencoba untuk tertidur kembali, memejamkan mata dengan berpikiran positif untuk tidur dengan tenang. Namun aku tak dapat tidur kembali selama satu jam. Berkali-kali aku membolak balikkan badanku untuk mencari posisi tidur yang nyaman, dan aku masih belum menemukannya. Kepalaku mulai terasa pusing dan mataku mulai terasa berat untuk tetap terbuka. Di saat aku mulai merasa lelah, 'mereka' mulai menggangguku lagi. Mengintipku dari balik jendela kamar dan ada yang mengintipku dari balik tirai sekat kamarku. Aku semakin gelisah dan hal itu membuatku menjadi takut. Aku mencoba untuk tidur kembali, menutup seluruhtubuhku dengan selimut dan mulai memejamkan mata. Perlahan aku mulai mengantuk kembali dan akhirnya aku terlelap hingga ke esokan harinya.     

"Ndraaaa.. bangun nak." Ucap mama dengan nada lembut.     

"Hmmmm?? Masih ngantuk maaaaa.." Ucapku sambil masih tidur dan enggan untuk membuka mata, rasanya mata ini baru saja dapat beristirahat dengan tenang tapi tak terasa jika hari mulai pagi.     

"Ayo bangun dulu, mama rawati ya bandanmu biar nggak kerasa lengket semua dan tetap bersih meskipun belum bisa turun kasur dan mandi." Ucap mama yang sudah menyiapkan air hangat di dalam baskom yang sudah di sediakan suster di kamar mandi.     

"Nanti aja bisa nggak ma.. Andra masih ngantuk dan masih mau tidur. Semalem nggak bisa tidur. Banyak yang ngganggu dan suka memperhatikan Andra dari balik tirai." Ucapku yang masih setengah sadar.     

"Omong apa'an sih nih anak. Efek dari gunung apa ya? Sudah bangun dulu sebelum papa datang nih!" Ujar mama sambil menepuk lenganku.     

"Ya sudah mama rawat Andra aja, Andra masih mau tidur dulu."     

"Ya mana bisa? Mama jadinya keberatan nanti kalau mau bersihin punggungmu nak. Ayo bangun dulu! Nanti tidur lagi!" Ucap mama dengan tegas dan akhirnya membuat mataku terbuka.     

Setelah mama membersihkan tubuhku, tak lama kemudian perawat pagi datang untuk mengontrol kondisiku dan melihat air infus sudah habis atau belum.     

"Sus, kemarin apa nggak ada orang sama sekali ya di meja jaga?" Tanyaku pada suster yang sedang mengontrol tekanan air infus yang keluar.     

"Ada kok. Perawat yang shift malam ada di meja jaga semua. Kenapa dek?"     

"Iya kemarin saya beberapa kali memencet tombol bel ini tapi nggak ada perawat jaga yang datang ke kamar saya. Apakah bel saya rusak ya sus?"     

"Uhmm.. saya periksa dulu ya belnya.. permisi.." Ucap perawat tersebut sambil beberapa kali memencet tombol dan memeriksan ke meja jaga yang terletak di depan lorong bangsal ruanganku.     

"Bisa kok dek tombol belnya masih aktif. Saya tadi juga cerita kepada perawat jaga malam yang tadi belum pulang, dan bilang jika semalam nggak ada panggilan sama sekali, makanya nggaka da perawat yang datang ke sini."     

"Kok aneh ya sus? Semalam saya benar-benar ingat jika saya memencet tombol untuk panggil perawat jaga kok. Hmmm.. ya sudah sus nggak apa. Terima kasih ya sus.."     

"Iya sama-sama.. kalau ada apa-apa langsung hubungi kami aja di meja jaga ya.." Ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkan kamarku. Tak lama setelah perawat yang mengontrolku pergi, bu Maria dan pak Andi datang menemuiku.     

"Dyandra.. selamat pagi.." Ucap bu Maria dan pak Andi bersamaan.     

"Oh gurunya Dyandra ya.. pagi bu..pakkk.. silahkan masuk.." Jawab mama yang sedang merapikan barang-barangku.     

"Halo Ndra.. maaf kemarin saya pergi lalu nggak sempat memberi tahumu jika nggak bisa kembali ke rumah sakit. Di penginapan sedang ada masalah soalnya." Ucap bu Maria menjelaskan.     

"Masalah apa bu?"     

"Uhmmm.. ada anak dari kelas E yag kerasukan malam itu dan hal itu membuat seluruh penginapan menjadi heboh. Pak Eka dan bu Hera yang menjaga di penginapan juga tak sanggup untuk mengatasi anak-anak yang lainnya, sehingga membuat kami berdua memutuskan untuk kembali ke penginapan." Terang bu Maria tanpa memberi tahu nama anak yang mengalami kerasukan kemarin.     

"Lalu anaknya sekarang gimana bu? Apa masih ada gejala kesurupan lagi?"     

"Sekarang sudah nggak. Kata pak Eka sih arwah yang memasuki anak itu sudah ada dari anak itu turun gunung. Saya jug akurang tahu penyebabnya kenapa anak itu di tempeli arwah penunggu gungung sampai sudah turun pun. Karena waktu saya tiba di penginapan bersama pak Andi, yang saya tahu hanyalah anak itu berteriak meronta-ronta saja. Lalu tak lama kemudian dia nggak sadarkan diri." Ucap bu Maria.     

"Ow iya, kami kesini juga bersama beberapa teman-temanmu, mereka sedang menunggu di depan. Apa boleh ibu suruh mereka masuk? Nanti ibu dan pak Andi akan menjenguk Via di ruang ICU dan menanyakan kabar kondisi terkininya Via." Ucap bu Maria dan tak lama meninggalkan kamarku bersisipan dengan Claudi, Karin, Ruben, Theo, dan Alex yang datang menjengukku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.