The Eyes are Opened

Tanda Kucing Hitam



Tanda Kucing Hitam

2Hari demi hari terlah berlalu, liburan semesterku pun hampir usai. Aku mulai mempersiapkan kebutuhanku untuk sekolah. Kak Dita masih di rumah karena ia libur selama satu bulan.     

"Haaahhhh.. Sudah mau masuk sekolah aja besok lusa. Hmmm... Masih enakan liburan, tapi kalau libur kangen sekolah dan teman-teman. Ow ya, gimana kabar kak Andrew ya setelah kejadian kemarin? Pesanku juga nggak ada balasan sama sekali. Apa aku coba kirim pesan ya ke dia? Uhmm..nggak-nggak! Siapa aku juga kirim pesan ke dia? Pacar juga bukan. Hmmm.. Udah ah, baca komik aja dari pada bosan nggak ngapa-ngapain." Gumamku.     

"Hadduuuhh kamu ini ngomong sama sapa sih? Kok dari tadi kakak dengaerin ngomong nggak jelas. Sudah di bilangin kan? Kalau orang yang benar-benar jodohmu pasti akan mencarimu. Lha ini bilangnya suka tapi abis kejadian kaya gitu nggak ada kabar sama sekali. Udah nggak usah di pusingin." Ujar kak Dita yang sedang membaca buku novel di kamarku.     

"IIhhh!! Kakak ngapain juga sih di kamar Andra! Punya kamar sendiri masiha aja ngerusuh di kamarku!"     

"Ya sapa suruh kamu yang punya banyak komik dan novel di kamarmu. Kalau novelmu ku pinjam lalu aku lupa balikin ke kamarmu juga kamu ngomel. Ya udah aku baca di sini aja, lebih enak baca di tempat bacanya langsung dari pada aku harus bolak-balik ngembali'in lalu ambil lagi. Hahahaha.. enak, tinggal comot aja kalau di sini sambil tiduran. Hahahaha!"     

"Ih! Dasar kakak rese'! Udah ah aku keluar aja." Ucapku sambil melangkah keluar pintu.     

Saat itu hari sudah mulai gelap, bulan dan bintang mulai terlihat di langit yang berubah menjadi petang. Aku berjalan menuruni anak tangga di rumah, dengan pelan melihat sekitarku. Terasa sunyi di rumah. Aku berjalan menuju ruang makan, tak ada satu orangpun di sana. Aku berjalan lagi ke arah ruang tamu, namun tak ada orang juga di sana. Lampu ruang tamu telah di matikan dan ruangan terlihat gelap. Aku berjalan menuju kamar mama dan papa, namun disana juga nggak ada orang. Kamar mama dan papa juga gelap. Aku mulai merasa bosan, tak ada teman yang menghubungiku. Aku membuka pintu rumah untuk mencari angin di teras. Aku duduk terdiam di sana sambil melihat bulan dan bintang.     

"Waahhh malam ini terlihat terang sekali ya bulan dan bintangnya? Nggak seperti biasanya. Angin malamnya juga sangat dingin hari ini. Hmmm.. Enaknya mau ngapain ya? Belajar buat lusa sekolah sudah, nyiapin seragam juga sudah. Hmmm... Mama papa juga kemana hari ini kok nggak keliahat dari tadi ya?" Gumamku sembari berjalan ke arah pagar rumah dan membukanya.     

"Oh, ada kucing! Puuusss.. ckckckck.. puuusss.. Wah dia datang." Terlihat seekor kucing belang hitam sedang duduk-duduk di depan rumahku sambil bersimpuh.     

"Aaaahhh.. kok lucu sih kucing itu, kalau lagi bersanati kakinya di lipat ke dalam kaya orang sedang bersimpuh gitu." Ucapku sambil melihat kucing itu yang terdiam tak terganggu dengan keberadaanku. Aku mencoba mengelus kepalanya dan bagian leher bawahnya,kucingitu tak takut ataupun lari. Kucing itu terdiam dan menikmati elusan yang dia terima dariku. Tak lama kemudian, datang lagi seekor kucing yang memiliki bulu berwarna hitam gelap di seluruh tubuhnya. Ia berjalan dengan pelan mendekatiku, lalu menggosok-gosokkan badannya ke kakiku.     

"Meeoowwww...kkkrrrrr..krrrr.." Terdengar suaranya menyapa dan mendengakur saat ia menggosokkan tubuhnya ke kakiku. Entah kenapa ia terlihat nyaman saat berada di dekatku.     

Hampir kebanyakan orang bilang jika ada kucing hitam di dekat kita maka akan ada kesialan yang datang, atau ada yang bilang jika ada kucing hitam lewat berarti ada hantu di sekitar kita. Namun malam itu aku tak merasakan apapun , baik kehadiran makhluk halus maupun yang lainnya, melainkan seakan-akan kucing hitam itu memberi tahuku sesuatu. Kucing itu terus mengeong di sekitarku dan mengelilingiku sebanyak tujuh kali. Setelah ia memutari kakiku, ia duduk di sebelahku dan mendengkur seperti kucing lorng yang ada di dekatnya. Ia melihat ke arahku, menatapku sangat dalam. Aku melihatnya dan membalas tatapannya. Ketika itu juga aku merasa ia seperti memebri pesan padaku jika tak lama dari hari ini akan ada tetanggaku yang meninggal. Awalnya aku tak percaya dengan apa yang aku rasakan dan aku mengabaikan hal itu. Aku berdiri dari tempatku dan kembali masuk kedalam rumah.     

"Kamu dari mana dek?" Tanya kakak yang turun mencariku.     

"Oh, aku abis dari depan."     

"Ngapain? Sendirian?"     

"Iya lah sendirian. Cuman cari angin. Ow ya kak, mama papa kemana kok dari tadi nggak kelihatan?"     

"Oww... mama papa keluar katanya sih ada kondangan gitu. Kenapa?"     

"Nggak apa.. Abis rumah ini dari tadi kok sepi."     

"Dek, makan yuk! Aku laper nih." Ajak kakak membeli makan di depan gang.     

"Ayuk, aku juga laper nih dari tadi." Ucapku sambil mengambil jaket.     

"Waahhh.. malam ini dingindan sepi banget yaa.. Kaya jam sembilan aja. Padahal masih jam tujuh." Ucap kakak.     

"Iya. Ini sepi banget. Mana nggak ada orang yang lewat lagi." Ucapku sambil melirik ke atas dan sekeliling.     

"Dek, nggak ada hantu kan?" Tanya kakak yang jadi paranoid.     

"Ya ada laaahhh.. mereka cuman lihat dari jauh kok. Nggak lagi ganggu kita. Udah kak cepetan jalannya terus cepet beli lalu pulang." Ucapku sambil berjalan lebih cepat mendahului kakak.     

"Deeeekkkk!! Tungguuu!!" Teriak kak Dita yang berlari mengejarku.     

Malam itu kami membeli dua bungkus nasai goreng yang sudah menjadi langganan kami sedari dulu. Setelah membeli nasi goreng, segera aku dan kak Dita berjalan lebih cepta untuk pulang ke rumah. Saat kami sedang berjalan, tiba-tiba tercium aroma harum daun pandan. Baunya sangat wangi dan segar.     

"Kak, kamu nyium bau wangi-wangi kaya bau pandan nggak?" Tanyaku pada kakak saat kau berhenti.     

"Hah? Bau apa'an dek? Nggak tuh."     

"Coba cium-cium deh kak. Aku kok nyium wangi-wangi gitu ya? Apa hidungku yang salah cium baunya?"     

"Bau nasi goreng mungkiiinn.."     

"Lah kalau bau nasi goreng ya nggak kaya gini kaaakkk!! Ini beneran bau wangi kaya wangi pandan atau bunga gitu. Pokoknya wangi banget." Ucapku sambil beberapa kali mencium ke sekitarku.     

"Deeekk.. kamu jangan aneh-aneh ah.. Kakak jadi takut lho inii.. Udah yukkk cepetan pulang!" Ajak kakak sambil menarik tanganku dan berlari menuju rumah. Sesampainya di rumah, kami langsung makan nasi goreng yang kami beli sambil menunggu mama dan papa pulang ke rumah.     

"Kamu kenapa sih dek? Masih mikirin bau wangi itu?"     

"Iya. Kaya ada kunti deh disekitar kita tadi. Tapi aku nggak lihat apa pun sih. Tapi ya mau gimana lagi daerah perumahan kita ini terbilang angker sih!" Ucapku sambil menikmati nasi gorengku. Tak lama kemudian, papa dan mama pulang ke rumah dengan keadaan tergesa-gesa. Mereka memasuki kamar, lalu mengganti pakaian yang mereka kenakan dengan pakaian serba hitam. Kami melihat mama dan papa sedikit bingung dengan apa yang mereka lakukan hingga akhirnya kak Dita bertanya pada mama dan papa.     

"Mama sama papa ini mau kemana lagi sih? Sudah malam gini kok mau keluar lagi? Pake baju hitam-hitam segala lagi." Tukas kak Dita.     

"Ini barusan papa dapat kabar dari om Yono, kalau Mak Shin meninggal tadi sore." Ucap papa yang masih siap-siap.     

"Hah? Mak Shin yang tinggal di depan pasar itu meninggal? Yang bener pa? Yang tiap mau imlek selalu bikin bakcang itu kan?"     

"Iya. Mak Shin itu. Ya sudah ya, mama papa berangkat dulu. Kalian jaga rumah." Ucap papa sambil menutup pintu rumah dan pergi lagi.     

Mendengar obrolan kakak dengan papa barusan seketika saja aku teringat dengan si kucing hitam yang mendatangiku barusan. Seakan-akan kucing itu memberi tahuku jika ada kerabat yang akan meninggal.     

"Kok aneh ya? Kenapa kebetulan sekali kucing hitam itu datang dan emang nggak lama ada orang yang meninggal? Kebetulan atau emang kucing itu kasih tanda ya buat aku?" Gumamku yang masih makan di meja makan bersama kak Dita.     

"Kenapa dek kok bicara sendiri?" Tanya kak Dita.     

"Nggak apa kok kak?"     

"Kenapa? Tadi jelas-jelas kamu tadi ngomong apa gitu." Desak kak Dita.     

"Hmmmm.. mungkin kakak bakalan nggak percaya kalau aku cerita. Nanti kakak mikirin aneh-aneh lagi." Tukasku.     

"Nggak-nggak.. Emang kenapa?" Tanya kak Dita yang makin penasaran.     

"Uhmmm.. itu tadi waktu aku lagi santai di depan, ada kucing hitam datengin aku, tadi awalnya aku nggak ngeh sama kedatangannya. Anehnya kucing itu kaya sudah familiar gitu sama aku, nggak takut atau pergi waktu aku mendekatinya dan mengelusnya, malahan kucing itu nggesek-nggesekin badannya ke kakiku." Ujarku pada kakak.     

"Hah! Kau gila ya! Main kok sama kucing hitam! Kucing hitam kan..."     

"Iya kau tahu, katanya, kucing hitam pembawa sial lah, kalau ada kucing hitam ada kematian lah, atau kalau ada kucing hitam itu ada hantu di sekitarmu. Tapi aku masih nggak percaya. Yang anehnya, si kucing tadi lihat mataku sangat dalam banget, terus pergi gitu aja. Abis gitu mama papa datang mau melayat. Aneh nggak sih?" Tanyaku pada kak Dita yang masih nggak percaya dengan ceritaku.     

"Iya. Aneh! Kamu yang aneh percaya dengan kaya begituan! Sudah ah, aku mau tidur. Udah ya dek, jangan main hal-hal klenik kaya gitu. Kakak takut sejak kejadian minggu lalu." Ucap kak Dita yang berlalu naik ke kamarnya.     

"Haaaahhh.. masa iya sih? Aku juga maunya nggak percaya hal yang seperti tu. Ya seandainya kucing itu nggak memberikan pesan kaya gitu mana aku percaya. Tapi aku juga nggak bisa cerita ke kakak masalah itu. Malah bisa-bisa tambah ngomel nanti. Hmmm... udah lah aku tidur aja."     

Aku kembali ke kamarku dan memutuskan tidur malam itu. Sejak malam itu aku mengalami hal-hal yang sangat aneh. Aku sering kali di jumpai dengan kucing hitam dan kucing itu selalu menghampiriku sambil menggosokkan badannya ke tubuhku yang dapat ia jangkau saat ia melintas. Kucing itu selalu mengeong lalu mendengkur ketika menggosokkan badannya, seakan ia ingin menyapaku dan mengatakan suatu hal padaku. Setelah kucing hitam itu pergi, aku selalu mendapat firasat tentang orang-orang yang akan meninggal. Iya. Orang meninggal yang sangat dekat dan aku kenal, bahkan orang-orang yang tinggal dekat denganku. Sangat random dan sering kali aku tak tahu siapa yang akan meninggal. Setelah mendapatkan firasat seperti itu, tak lama langit menjadi kelabu, padahal beberapa jam sebelumnya sangat cerah, matahari bersinar dengan terang dan tak ada ramalan jika cuaca hari itu akan hujan. Namun beberapa jam kemudian hujan turun dengan sangat deras, seakan langit ikut berduka atas meninggalnya satu manusia lagi.     

Seketika saja aku tersadar dan mengingat lagi tentang kucing hitam itu. Aku akhirnya selalu memperhatikan sekitarku jika ada kucing hitam yang ada di dekatku. Kejadian ini sangat sering dan berulang-ulang hingga akhirnya jika aku mendapatkan tanda ini, aku selalu bercerita kepada mama.     

"Ma!Mama! Lagi apa?" Tanyaku saat sepulang sekolah.     

"Sudah pulang? Ini mama lagi masak sup ayam buat kamu makan siang." Ucap mama yang masih memasukkan sayuran ke dalam panci.     

"Waaahh.. enak nih. Segar siang-siang makan sup ayam.. Ya udah Andra ganti baju dulu ya ma. Ow ya ma, Andra kok ngerasa nanti ada tetangga yang meninggal ya? Tapi nggak tahu siapa?" Ucapku yang masih belum beranjak dari dapur.     

"Hah? Kamu ini ada-ada aja. Kok dapat firasat seperti itu?"     

"Hmmm.. nggak tahu. Filling aja." Ucapku yang berlalu menaiki tangga dan segera mengganti pakaian sekolahku.     

"Sudaahh.. nggak usah pakai filling-fillingan! Sana ganti baju!"     

Saat aku berada di kamar, aku masih memikirkan hal itu, dan beberapa kali sebelumnya aku pernah menguji apakah benar jika kucing hitam itu bersikap seperti itu akan ada sesuatu yang terjadi? Aku yang saat itu belum pernah mengobrol lagi dengan kak Andrew tak tahu benar kepastiannya, tapi sudah banyak sekali hal yang terjadi setelah kucing hitam itu datang kepadaku. Hari itu aku memutuskan untuk tidak memperdulikannya dan berlari menuruni tangga untuk makan siang.     

[Duk-duk-duk-duk-duk]     

Suara langkah kakiku saat menuruni anak tangga terdengar dengan keras. Di saat di tenga-tengah tangga aku mendengar ada seseorang yang sedang berbincang dengan mama di depan. Awalnya aku tidak terlalu memperdulikan orang itu dan aku terus berjalan ke ruang makan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.