The Eyes are Opened

Berkemah



Berkemah

0" Selamat pagi anak-anak!" salam Pak Doni selaku wakil kelas kami.     

"Pagiii pakk!!" Jawab kami serempak.     

"Baik, karena ini masih di hari pertama semester dua, maka saya akan memberitahu satu hal kepada kalian, yakni minggu depan bertepatan hari kemerdekaan Indonesia, akan diadakan camping sebagai tambahan nilai kulikuler kalian. Kita akan melakukan kemah selama tiga hari dua malam di gunung Lawu. Jadi tolong untuk kalian persiapkan agar mendapatkan ijin dari orang tua masing-masing." Terang pak Doni membuka pembicaraan kelas kami saat itu. Baru saja pak Doni berhenti bicara, salah satu temanku mengangkat tangganya dan bertanya pada pak Doni.     

"Pak, apakah kita kesana nanti membawa perlengkapan berkemah sendiri-sendiri?" Tanya Adit.     

"Oh, ya bagus pertanyaanmu Dit, untuk tenda dan peralatan kemah, kalian nggak perlu membawanya sendiri-sendiri. Semua peralatan untuk berkemah sudah kami sediakan dengan menyewa tenda di sana. Jadi kalian hanya membawa peralatan kalian sendiri. Untuk jelasnya nanti akan saya berikan pengumuman lebih lanjut. Yap, ada yang mau bertanya lagi?"     

"Pak, saya mau tanya. Uhmm.. apa itu nanti kita membayar? Lalu apakah berkemah ini wajib?" Tanya Ivana.     

"Ya. Kalian akan membayar sebagai uang sewa tenda dan peralatannya. Tapi yang pasti biaya sewa yang kalian bayarkan tidak melebihi seratus ribu peranak. Ini juga perlu kalian sampaikan kepada orang tua kalian agar mereka tidak terkejut saat surat edarannya di bagikan. Lalu jika ini wajib atau tidaknya.. Ya tentu saja wajib. Ini untuk nilai sosial kalian dan nilai tambahan di kulikuler pramuka. Jadi ini wajib. Ada lagi yang mau bertanya? Jika tidak ada ayo kita mulai pembelajaran hari ini." Ucap pak Doni sambil membuka buku pelajaran hari itu.     

"Waahhh.. kita camping Ndra! Gila! Baru kali ini lho sekolah kita ngadain camping. Biasanya nggak ada. Tahun-tahun lalu juga nggak ada. Pramuka ya pramuka aja. Nggak sampai ada camping di gunung gitu. Di sekolahan temanku juga kalau camping di sekolah mereka. Nggak sampai keluar sekolah." Ucap claudi yang terus berbicara tentang camping. Ia terlihat sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan itu. Sangat terlihat jelas sekali denganku. Aku yang baru saja berlibur ke puncak dan bermain-main ke gunung dekat puncak berharap menghindari naik gunung lagi karena aku tahu jika di gunung itu banyak sekali makhluk hidup selain manusia di sana.     

"Haaaahhh.. apa serunya sih camping? Males nggak sih? Nggak bisa mandi, makan pakai alas daun, tidur di karpet yang dingin. Aduuuhh kalau bisa nggak ikut aku sudah memilih nggak ikut Di, tapi sayangnya sudah di bilang itu wajib ikut.. Haaahhh.." Ucapku sambil beberapa kali menghela nafas panjang seakan aku tak berharap kejadian yang serupa terulang kembali.     

Aku tahu jika di dunia ini kehidupan ada yang datang dan ada yang pergi. Mereka yang sudah pergi di sebut mati dan mereka yang datang selalu disebut lahir. Namun kehidupan di dunia ini tidak hanya di isi oleh manusia saja. Ada makhluk lain yang ikut hidup di dalamnya, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan salah satunya makhluk ghaib. Sudah bukan hal tabu lagi jika kita mengetahui bahwa manusi dan makhluk ghaib hidup berdampingan, tetapi di dunianya sendiri. Manusia tidak dapat melewati dunia 'mereka', 'mereka' juga tidak dapat melewati dunia manusia. Seakan-akan dunia ini terdapat benang yang sanagt tipis memisahkan dua makhluk ini. dan hanya beberapa orang yang beruntuk dan memiliki kemampuan khusus dapat menyebrangi dunia ghaib. Di kehidupan sehari-hari 'mereka' banyak bersinggungan dengan manusia. Tetapi jika di alam bebas seperti hutan, gunung, dan lautan, disanalah tempat tinggal mereka berasal. Yaaahh.. seperti kerajaan 'mereka' dan di gunung lah salah satu tempat kerajaan makhluk ghaib terbanyak. Makanya aku sebenarnya paling males jika di ajak ke sana. Memang pemandangan di gunung sangat indah. Bisa melihat keindahan alam semesta yang di ciptakan oleh Tuhan dengan hamparan lautan hijau yang menyegarkan mata, udara yang sangat bersih dan segar sumper oksigen berasal serta tempat untuk merelaksasikan hidup kita jika merasa penat.     

Pagi itu aku tak dapat berkonsentrasi dengan baik selama di kelas. Terlalu banyak yang aku khawatirkan dan memikirkan gunung yang akan kami tempati beberapa hari membuatku menjadi semakin was-was. Yahh.. memang aku tidak pernah naik gunung dan berkemah di sana. Tetapi mendengar mitos-mitos yang terjadi dan berita-berita yang tersebar tentang gunung Lawu menjadi semakin takut.     

"Baru saja kemarin liburan ke puncak dengan begitu banyak pengalaman mistis yang terjadi. Apalagi ini ke gunung Lawuu?? Mau cari mati tahh?? Hadeeehhh bisa gila aku kalau kaya gini. Apa iya papa ijinin aku coba? Amit-amit deh kalau ada kejadian yang kaya kemarin lagi. Bisa spot jantung aku disana." Gumamku selama jam pelajaran.     

"Heh! Ndra! Lu ngapain? Dari tadi gue dengerin kok lu ngomong sendiri?' Bisik Claudi.     

"Ahhh.. nggak apa. Aku cuman males aja kalau kemah. Nggak pernah kemah-kemah gitu soalnya. Lagi pula nggak yakin di bolehin sama papaku.." Bisikku.     

"Iya sama. Tapi mau gimana lagi.. "Ucap Claudi yang akhirnya kembali fokus pada pelajaran hari itu.     

Jam dinding di kelas terus berputar, hari juga semakin siang. Aku yang masih kepikiran tentang berkemah membuatku tak nafsu makan hari itu. Aku hanya duduk di kelas sambil merenungkan apa yang akan terjadi jika aku menyampaikan pesan ini ke papa. Aku melihat beberapa anak juga ada yang khawatir jika tak dapat mengikutinya karena tak di ijinkan oleh orang tuanya. Siang itu aku hanya terdiam di kelas tak melakukan apapun.     

"Andraaa!!!" Teriak Karin dari depan kelasku sambil berlari membawa sebungkus pentol dan cireng ke sukaanku. Ia membawa di kedua tangannya yang terangkat tinggi untuk menunjukkanku. Ia menghampiri ke mejaku, lalu memberikan pentol dan cireng itu padaku.     

"Aku dengar dari Claudi kamu nggak makan di kantin hari ini. Aku kira kamu bawa bekal dari mamamu, ternyata nggak makan sama sekali ya?" Tanyanya.     

"Iya. Lagi males makan aja ini. Kamu beli pentol sama cireng di depan sekolah?"     

"Ow, iya. Ini buat kamu. Aku tahu kalau kamu pasti bakalan suka banget. Hehehehe.. Nih! cepetan dimakan sebelum bel istirahat habis."     

"Iya makasi ya Rin.." Ucapku sambil mulai membuka pentol yang sudah terdapat bumbu saus tomat, sambal, dan kecap di dalamnya.     

"Kamu nanti ikut pergi kemah Rin?" Tanyaku sambil menikmati pentol yang dibelikan Karin.     

"Uhmm.. nggak tahu. Mungkin ikut. Kan katanya wajib. Kenapa? Kamu mau nggak ikut? Nggak di bolehin sama papamu pastinya ya?"     

"Nah itu.. Aku juga takut dan dari tadi itu aku mikirin tentang itu. Kalau nggak ikut konsekuensinya apa ya? Tadi nggak tanya juga sih sama pak Doni. Uhmm.. nanti pulangsekolah mau temenin aku ke pak Doni untuk tanya itu?" Ajakku yang mulai memakan cireng.     

"Boleh lah. Biar tahu juga. Tapi bukannya bakalan seru ya kalau bisa ikut camping? Aku pengen banget bisa camping. Nggak pernah cemping juga sih.." Ujarnya.     

"Ya samaaa... Aku juga nggak pernah ikutan kaya gitu.. Hahaha.."     

"Itu kamu kelaperan banget ya? Sampe cepet banget abisnya? Pdahal aku belinya banyak lho! Hahahahaha.."     

"Bisa jadi aku kelaparan tapi nggak aku rasakan dari tadi. Hahahahaha.."     

"Ya udah Ndra aku balik kelas dulu ya. Bentar lagi jam istirahat udah habis.. Byeee.. Nanti kalau aku belum keluar duluan tungguin aku ya Ndra!" Ucapnya sambil meninggalkan kelasku.     

"Iyaaaa!! Nanti aku tungguin di depan kelas ya! Daahhh!!"     

[Teng!-Teng!-Teng!-Teng!]     

Bunyi bel istirahat telah berakhir, menandakan jam pelajaran selanjutnya akan di mulai. Semua teman-temanku pada berlarian memasuki kelas dan dengan segera mereka duduk di bangkunya. Hanya Claudi yang saat itu masih belum masuk ke kelas hingga jam pelajaran hendak di mulai.     

"Kamu dari mana Di?" Tanyaku pada Claudi yang baru saja masuk ke kelas.     

"Gue abis dari toilet dulu tadi. Hahahaha.. Abis makan bakso kebanyakan, pake sambelnya yang super pedes sampe akhirnya sakit perut. Hahahahaha.. Lu sudah makan Ndra?"     

"Waahhh.. awas nggak bisa berhenti lho sakit perutmu. Hahahaha.. Sudah tadi makan pentol sama cireng aja di belikan Karin."     

"Ow iya tadi gue ketemu Karin di kantin duduk sama cowo gitu. Uhmmm.. kayanya sih anak osis yang lu kenal itu Ndra." Ucapnya sambil mengeluarkan buku bahasa Indonesia dari bawah laci meja.     

" Ow iya ta? Mungkin temannya Di. Kan Karin juga banyak temen cowoknya juga." Ucapku.     

"Hmmm.. iya mungkin ya. Udah ah, itu pak Joko sudah masuk nanti aja ngobrol lagi nanti malah kena semprot lagi." Ucap Claudi yang langsung terdiam saat pak Joko masuk dan melihat ke arah kelas.     

Aku mengikut kelas hari ini tanpa banyak berbicara dengan teman-temanku dan masih saja di dalam pikiranku terlintas tentang camping untuk minggu depan. HIngga tak terasa jam pulang sekolah sudah tinggal lima menit lagi. Senang rasanya akhirnya pulang. Saat-saat yang di tunggu banyak anak untuk dapat segera pulang dan keluar dari kelas secepat mungkin. Hari ini karena jam pelajaran terakhir adalah mata pelajaran PPKN, maka pak Bono yang mengajar PPKN memperbolehkan kami untuk berberes pulang.     

"Horeee!!! Pulang-pulang!" Teriak teman-teman sekelasku yang lebih senang jika pulang lebih awal.     

"Sssssstttt!! Kalian jangan teriak seperti itu. Nanti kelas yang lainnya akan terganggu. Kalian boleh merapikan buku dan alat tulis kalian lalu segera pulang ke rumah dan jangan berteriak di lorong. Mengerti?!"     

"Mengerti pak!! Makasi pak! Selamat siang!" Ucap kami bersamaan saat pak Bono meninggalkan kelas.     

"Ndra, klu langsung pulang?" Tanya Claudi yang masih merapikan alat tulis dan buku-bukunya.     

"Nggak. Abis gini mau ketemu pak Doni dulu di ruang guru."     

"Ngapain? Mau tanya masalah camping itu?" Tanya Claudi.     

"He'em. Aku mau memastikan jika aku nggak ikut bisa apa nggak. Llau konsekuensinya apa jika aku tak ikut." Ucapku sambil menggendong tas di punggungku.     

"Kenapa Di? Kamu mau ikut ke pak Doni?" Tanyaku.     

"Nggak. Gue mau pulang aja langsung. Mau ada acara ulang tahun adik sepupu gue soalnya sore ini. Jadi mesti harus pulang cepat-cepat." Ucapnya sambil berjalan bersama keluar kelas.     

"Ya udah kalau gitu. Aku mau ke kelas Karin dulu ya Di. Byeee.. Hati-hati pulangnya.' Ucapku sambil melambaikan tangan pada Claudi yang telah menuruni anak tangga di sekolah. Di saat yang bersamaan ada kak Andrew yang sedang menaiki anak tangga hendak menjemput Karin yang belum keluar kelas.     

"Lho?! Sssstttt!!!" Ucapnya berbisik agar Karin tak mengetahui jika kak Andrew menjemputnya, lalu ia melampaikan tangan untuk menyuruhku menghampirinya di dekat tangga.     

"Kakak mau njemput Karin?" Tanyaku yang sudah menhmapirinya di dekat anak tangga.     

"Iyap. Sekalian mau antar Karin pulang."     

"Ohh.. Aku pinjam dulu ya kak Karinnya, mau aku ajak ketemu pak Doni dulu di ruang guru.' Ucapku sambil tersenyum.     

"Okok.. Kalau gitu aku tunggu di kantin aja deh. Emang mau ngapain ketemu pak Doni?" Tanya kak Andrew yang ingin tahu.     

"Aaahhh.. nggak apa. Hehehe.. Oh, itu kelas Karin sudah selesai. Aku ke sana dulu ya. Aku perlu kasih tahu kalo kakak ada di kantin?"     

"Nggak usah. Aku sudah kirim pesan kok ke Karin. Ya udah. Bye Ndra.." uJarnya sambil berlari menuruni anak tangga agar tak terlihat oleh Karin.     

"Andrraaaa!! Yuk ke pak Doni!" Teriak Karin yang berlari menghampiriku ketika ia baru saja keluar kelas.     

"Iya. Yuk. Biar nggak kelamaan, sebelum pak Doni juga pulang." Ucapku sambil berlari menuruni anak tangga dan menuju ke ruang guru yang terletak di dekat kantin sekolah.     

Kami berlari menyusuri lorong kelas anak tiga, terlihat beberapa kali Karin menoleh ke arah kanan melihat kelas kak Andrew yang telah kosong dan ketika kami tiba di ruang guru sebelum bertemu pak Doni, ia juga terlihat curi-curi pandang untuk mencari kak Andrew di kantin yang terlihat dari jendela kaca belakang ruang guru. Aku hanya terdiam dan tidak memperdulikan Karin saat itu, lalu langsung menghampiri meja pak Doni yang tengah berberes hendak pulang ke rumahnya.     

"Permisi pak." Ucapku yang menghampiri meja pak Doni.     

Oh iya Dyandra ada perlu apa?" Tanya beliau yang kembali duduk di mejanya.     

"Maaf pak ngganggu sebentar, saya mau tanya msalah kemah minggu depan. Itu kalau nggak ikut apa nggak bisa ya?"     

"Iya Dyandra.. Kalau masalah itu memang sudah di wajibkan untuk seluruh murid ikut. Kecuali jika memiliki catatan kesehatan seperti jantung dan lainnya karena itu akan mempengaruhi waktu kita menanjaki gunung."     

"Uhmm.. ada konsekuensinya nggak pak kalau seandainya nggak di ijinin orang tua ikut?"     

"Kalau kasus seperti itu pasti ada konsekuensinya.. Bagi murid yang nggak ikut ya pasti nilai sosial dan kurikulernya kosong. Kalau ada murid yang nggak ikut karena kesehatan, nanti kami mintai surat keterangan dokter yang biasa menanganinya dan hasil cek lab. Lalu kami akan memberikan tugas pengganti sebagai keikutsertaannya." Terang pak Doni dengan jelas.     

"Aaahhh.. begitu ya pak.." Jawabku dengan nada lesu.     

"Iya. Makanya saya memberitahukan sekrang agar kamu dapat berdiskusi denganorang tuamu. Nanti waktu surat edaran dari sekolah terbit, mereka nggak terkejut jika anaknya akan ikut serta kemah ini. Sebenarnya juga kemah ini diadakan secara nasional di seluruh sekolah Indonesia. Bertujuan untuk mengajak anak-anak generasi muda melestarikan alam dan lingkungannya, selain belajar pramuka secara langsung. Jadi nanti pasti nggak hanya sekolah kita saja yang melakukan kemah ini. Seluruh sekolah juga ada kegiatan kemah ini." Ujarnya sekali lagi.     

"Oke deh pak. Saya paham. Terima kasih atas waktunya ya pak.." Ucapku memberi salam lalu meninggalkan ruang guru siang itu.     

"Yuk Rin kita pulang." Ajakku pada Karin.     

"Uhhmmm kamu pulang duluan aja Ndra. Aku masih mau ketemu temanku di kantin."     

"Oh, gitu. ya udah aku pulang duluan ya. Bye Rin.."     

"Bye Ndra.. Hati-hati.." Ujarnya sambil melambaikan tangannya lalu berlari menuju kantin setelah aku membelakanginya.     

["Aku tahu kok rin kamu sudah jadian sama kak Andrew, tapi kenapa sampai sekarang kamu nggak cerita hal itu sama aku? Kenapa masih ditutup-tutupi? Aku nggak masalah jika kamu memang suka sama kak Andrew dan aku juga nggak marah kok. Aku cuman sedikit kecewa aja sikapmu seperti ini terhadapku."] Gumamku dalam hati sambil berjalan menyusuri halaman sekolah yang sanagt luas menuju gerbang sekolah dimana pak Daud sudah menungguku sedari tadi.     

"Haaahhh.. laperrr.. panas lagi.. Udah ah, cepet-cepet pulang terus makan aja." Gumamku sambil mulai berlari kecil menuju gerbang sekolah.     

Sesampainya di rumah, aku tak berani untuk menceritakan kegiatan sekolah yang akan di adakan minggu depan di hadapan mama, aku hanya terdiam seolah tak terjadi apapun di sekolah. Aku memasuki kamarku untuk mengganti pakaianku lalu turun ke ruang makan untuk makan siang.     

"Maaaa... masak apa?" Tanyaku sembari menghampiri mama yang sedang menggoreng ote-ote kesukaanku.     

"Ini mama bikin ote-ote."     

"Waaahhh.. asiikk.. tapi kok banyak sekali ma? Sapa yang mau makan nanti?"     

"Ini mama mau ngasik ke bu Tejo. Beliau kan juga suka ote-ote makanya maka sekalian buatin." Ucap mama sambil tersenyum dan terlihat wajahnya sangat bahagia ketika membuatkan makanan untuk orang-orang terdekatnya.     

"Ya udah kalau gitu sisain buat Andra enam biji ya ma! Nanti kasih petisnya juga biar enak." Ucapku sambil ikutan tersenyum melihat mama.     

"Iya iya punya mu pasti mama kasih agak banyaklah.. Masa punya anaknya sendiri di kasih lebih sedikit. Hahahahaha.. Sudah sana makan siang dulu. Mama tadi bikin sayur asem, daging empal, sama dadar jagung. Sudah siap di meja makan semua. Nasinya juga mama taruh di sana." Ucap mama yang masih terus menggoreng ote-ote di dapur.     

"Ow ya mama masih inget sama kakak kelasku yang cowo namanya Andrew itu nggak?"     

"Yang ketemu di hotel di puncak itu kan?"     

"Iya."     

"Kenapa?"     

"Dia sekarang pacaran sama Karin ma! Tapi gitu nggak si cowok, nggak si cewek nggak ada yang mau cerita sebelumnya ke aku kalau mereka pacaran"     

"Oh ya bagus deh kalau mereka pacaran. Untung aja nggak sama kamu." Ucap mama tiba-tiba dan membuatku bertanya-tanya.     

"Lho kok gitu sih ma?"     

" Ya bagus aja nggak sama kamu. Uhmm.. lebih tepatnya mama sejak kenal dia lebih dekat di puncak itu, mama nggak sreg aja. Yaahhh.. ini filling mama sih. Kaya nggak cocok aja sama kamu." Ucap mama yang tiba-tiba berhenti menggoreng sambil melihat ke arahku yang masih makan. Ucapan mama seakan membuatku tersadar dengan ucapan kak Andrew di kolam renang. Ya dalam hati aku memang merasa ada rasa bersyukur jika aku tak bersamanya. Tapi kenyataannya aku merasa sakit hati apalagi dengan Karin yang tak mau memberi tahuku sama sekali. Padahal aku ini sahabatnya sejak kecil.     

"Kamu tahu dari siapa kalau Karin pacaran sama cowok itu?" Tanya mama menghampiriku yang terdiam saat aku sedang makan.     

"Uhmm.. kak Andrew sendiri yang cerita kalau dia sudah resmi pacaran sama Karin beberapa hari lalu. Tapi Karin masih nggak mau cerita padaku. Ia berpikir kalau nanti aku tahu, aku cemburu dengannya karena kak Andrew sebelumnya menyukaiku dan dekat denganku terlebih dahulu, tetapi kak Andrew malah pacaran dengannya." Ucapku sambil menundukkan kepala dengan nada yang lesu.     

"Hmmm.. Anak mama memang sudah besar ya sekarang.. Hehehehe.. Sudah nggak usah dipikirn kenapa Karin nggak mau cerita sama kamu. Dia mungkin butuh waktu yang tepat untuk bercerita denganmu agar kamu dapat menerima isi hatinya jika ia menceritakan semuanya dan kalian nggak bertengkar. Sudah positif thingking aja. Apapun yang ia sembunyikan dari kamu saat ini nggak usah terlalu di pedulikan atau sampai kamu tanya-tanya ke yang cowo. Kamu cukup diam aja, pura-puralah nggak tahu meskipun kamu sudah tahu segalanya. Itu sudah biasa jika berada di dalam lingkaran pertemanan sesama perempuan. Udah ya, mama mau siap-siap ke bu Tejo dulu." Ucap mama yang kembali ke dapur untuk mengambil ote-ote yang sudah matang.     

"Ow ya ma. Minggu depan sekolah Andra akan ada acara kemah tiga hari dua malam ya!"     

"Dimana?"     

"Di gunung Lawu."     

"Hah? Gunung Lawu? Berapa orang yang ikut?"     

"Yang ikut satu angkatan. Kata guru Andra ini acara camping nasional ma. Jadi hampir seluruh sekolahan pasti mengadakan acara ini." Terangku.     

"Yaaa.. nanti malam kamu cerita ke papamu aja gimana. Mama nggak bisa kasih keputusan untuk ini. Udah ya, mama mau ke rumah bu Tejo dulu keburu sore nanti papa pulang malah ngomel lagi. Rumahnya nanti di bersihkan ya Ndra sehabis makan."     

"Iya maa.." Ucapku sambil melanjutkan makan siangku dan mama berlalu begitu saja meninggalkan rumah sambil membawa sebungkus ote-ote yang masih hangat di tangannya.     

Sore harinya ketika papa sudah pulang kerja dan sudah duduk di depan tv sambil menonton siaran filam laga di televisi, aku mulai mendekati papa dan menceritakan jika minggu depan sekolahku mengadakan berkemah di gunung Lawu selama tiga hari dua malam bersama teman-teman satu angkatan dan terdapat empat orang guru yang menjaga kami serta dua orang guru pramuka yang menemani dan mendidik kami selama di gunung. Mendengar hal tersebut awalnya papa sangat terkejut dan dari raut wajahnya menunjukkan jika papa keberatan aku mengikuti kegiatan itu dan berharap jika aku tidak perlu mengikuti perkemahan itu di gunung Lawu.     

"Kenapa sih pa aku nggak di bolehin ikut? Ini lho acara sekolah, dan ini juga wajib pa!"     

"Iya memang papa nggak suka kamu ikut acara kaya gitu-gitu. Bahaya! Nanti kalau ada apa-apa sama kamu gimana?"     

"Ya kan ada guru penjaga dan pengawasnya juga pa! Banyak anak yang ikut kok."     

"Lalu tendanya gimana? Kita nggak punya tenda Andra. Lagi pula kamu pikir beli tenda itu murah! Apalagi tenda dengan ukuran besar itu nggak murah."     

"Kami nggak di suruh bawa tenda sendiri-sendiri kok pa. Nanti di sewakan sama guru kami di tempat kemah, jadi tinggal bayar aja sewanya." Tukasku.     

"Kalau nggak ikut gimana?"     

"Nilaiku pa yang jadi taruhannya! Nilai sosial sama kurikuler ku nol nanti! Raportku bisa-bisa turun dong waktu di total! Gitu katanya Andra harus bisa dapetin inilai raport bagus tahun ini buat nanti jenjang kuliah!"     

"Ya emang! Makanya belajar di pelajaran akademikmu yang bagus biar nilainya juga bagus. Jadi kalau kamu nggak ikut kegiatan itu nggak ngefek nilainya." Ucap papa dengan enteng.     

"Ya mana bisa kaya gitu pa! Andra juga anak biasa yang nggak super duper pintar ataupun jenius! Kenapa papa bilangnya kaya Andra itu robot sih! Udah ah, malas Andra kalau bicara sama papa yang ujung-ujungnya banding-bandingin!" Ucapku lalu meninggalkan papa di ruang TV dan berlari menuju ke kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.