The Eyes are Opened

Bunga Bersemi Namun Bukan Untukku



Bunga Bersemi Namun Bukan Untukku

1Kalau di bilang ini liburan sekolah yang mengesankan, ya bisa saja dibilang seperti itu. Banyak hal yang telah terjadi dalam beberapa hari ini saat aku liburan sekolah. Mulai dari pengalaman mistis, hingga bertemu gebetan di satu hotel yang sama. Aku yang tipe orang tak mudah untuk mengungkapkan perasaan terlebih dahulu, memutuskan untuk menyimpannya sendiri. Aku tak ingin tersakiti jika aku mengungkapkan perasaanku dan ia tak menyukaiku. Malu seumur hidup rasanya jika perasaanku bertepuk sebelah tangan. Buatku juga tak mudah untuk menahan perasaan suka ini. Salah-salah aku selalu salah tingkah jika berhadapan dengannya. Mungkin juga orang lain yang berada di sekitarku mengetahui jika aku menyukainya dengan melihat gelagatku padanya. Namun dapat dekat dengannya sudah membuatku sangat senang.     

Sore itu setelah seharian aku bersama dengan kak Andrew aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Namun kak Andrew ingin berenang sore bersama keluarganya. aku berjalan sambil membayangkan kebersamaanku dengan kak Andrew barusan saja membuatku tersenyum-senyum sendiri hingga tak terasa aku telah tiba di depan pintu kamarku.     

[Ting-tong-ting-tong]     

Aku memencet tombol bel pintu kamar agar orang di dalam kamar dapat membukakannya untukku.     

"Dari mana aja kamu dek? Kok nggak kelihatan dari tadi." Tanya kak Dita yang membukakan ku pintu saat itu.     

"Ohhh abis jalan-jalan sama temen tadi. Ada teman satu sekolahku yang ternyata nginep di hotel ini."     

"Temen apa temeeeennn.. Hayo ngakuuu.." Ledek kakak.     

"Temen kok kak.."     

"Halah bilang aja gebetan. Pake nutup-nutupi segala bilangnya temen." Ucap kak Dita yang tersenyum-senyum padaku.     

"Iya di bilang temen ya temen kak.. Kenapa sih kepo banget."     

"Tadi papa ceritanya kamu lagi kencan sama cowok ituuu.. Hayooo.."     

"Iiiihh papa nih yaaaaa suka ngomong yang nggak-nggak lhooo!! Maaaa!! Papa lho kok nakal siiiihhh!!"     

"Hahahahahaha.. Malu dia paaa.. Hahahahaha... Sudah mandi dulu sana dek. Nanti malam makan di resto hotel aja ya?" Ujar kak Dita yang masih tersenyum kepadaku dan berlalu menuju kamar.     

"Iyaaa ini juga mau mandi. Hiihh! Rese' deh kalian berdua ini." Ucapku dengan nada kesal.     

Hari pun berganti, langit yang berwarna biru cerah mulai berubah menjadi orange dan lama kelamaan berubah menjadi gelap. Bulan dan bintang pun mulai memancarkan sinarnya di langit yang gelap. Selesai mandi sore aku menikmati waktuku bersantai di depan balkon kamar sambil melihat pemandangan malam dari atas. Lampu-lampu rumah dan jalanan mulai menyala satu per satu seperti bintang yang di langit mulai bercahaya di kala malam. Angin berhembus semakin kencang dan hawa di puncak semakin dingin. Aku sangat menikmati malam itu di atas sini sambil terkadang membayangkan siapa kelak orang yang menjadi pasanganku di masa depan. Di saat aku sedang melamun dan melihat ke langit, kakak datang ke balkon sambil membawakanku cokelat hangat yang baru saja ia buat.     

"Dek, mau?" Tanya kakak sambil menyodorkan secangkir coklat hangat yang baru saja ia buat.     

"Ia aku mau kak. Mana?" Jawabku sambil mengambil coklat panas itu dari kakak.     

"Enak ya di sini. Udaranya sejuk dan dingin banget. Kaya nggak ada polusi udara aja. Segerr gitu tiap kali bernafas." Ucap kak Dita sambil menyeruput minuman coklat miliknya.     

"Iya di sini enak banget. Jarang-jarang papa ajak ke sini ya? Tahun depan ke sini aja lagi waktu liburan. Lumayanlho hotel ini. Udah gede, fasilitasnya banyak danlengkap. Jadi kita nggak kemana-mana gitu nggak bosen. Makanannya juga enak-enak." Uacapku yang masih tetap memandangi langit yang bertaburan bintang di langit.     

"Eh dek, yang cowok itu emang secakep apa sih?" Tanya kak Dita yang penasaran dengan kak Andrew.     

"Yaahhh.. gitu deh. aku gak bisa blang secakep apa sih.. kan kalau aku bilang cakep nanti buat kakak jelek. Hmm ya nanti lah kalau berjodoh kakak bisa lihat aja sendoro orangnya seperti apa. Hehehehe.."     

"Dasar. Gitu aja nggak mau kasih tahu kakak. Lagian nggak akan kakak ambil kok.. Kakak nggak suka berondong tahu! Lebih menarik koko-koko yang keren gituuu.. Hehehehe.." Ucap kakak yang tersenyum sambil berkhayal.     

"Hiliiihhh bilangnya sekarang kaya gitu. ciba nanti kalau ada cowok biasa yang manis kaya kecap juga bakalan kakak embat deh. Hahahaha.."     

"Apa'an sihh. Mana ada aku kaya gitu. Hahahaha.."     

Kami asik berbincang dan bercanda bersama sampai kami melupakan waktu makan malam. Tak lama kemudian mama masuk ke kamar kami dan menemui kami di balkon dan mengingatkan kami untuk bersiap-siap makan malam di resto hotel. Kami langsung bangkit dan berlari keluar kamar, tak lupa mengambil tas kami dan juga ponsel.     

"Aaahhh lapar sekali rasanya.. Kok kita nggak sadar ya kalau udah malam dan belum makan?" Tanya kakak sambil berjalan memegangi perutnya yang kelaparan.     

"Kalian terlalu asik mengobrol tentang cowok sih makanya lupa. Hahahaha" Ledek mama yang sedang berjalan di depan kami sambil menggandenga lengan papa.     

"Tuh kan maa anak-anak kita sudah besar semua. Sudah bukan anak kecil yang tiap saat merengek untuk minta di gendong." Timpal papa yang memanjakan mama di depan kami.     

"Masaaa!! Kami nggak seperti itu tuh!" Ucapku dan kakak bersamaan.     

"Hmmm.. malam ini makan apa ya? Katanya makanan di resto ini paling enak dari pada di penginapan lain lho." Ucapku yang sudah membayangkan makan enak malam ini.     

"Ya kita lihat aja nanti. Lihat tuh restonya benar-benar ramai sekali. Rasanya seluruh tamu hotel sedikit yang makan di luar, mereka lebih memilih makan di resto deh. Yuk masuk."Ucap papa yang masuk ke dalam resto terlebih dahulu, lalu di susul bersama mama, aku dan kak Dita.     

Kami berkeliling di dalam resto sambil melihat-lihat masakan yang tersedia di resto malam itu. Banyak menu buffet yang tersedia. Dari masakan Indonesia, Barat, dan juga Jepang. Ada juga tersedia dessert yang manis-manis serta segar dan berbagai jenis sup yang hangat tersaji di sana. Aku memilih beberapa makanan Barat, aku mengambil beberapa potong steak daging, kentang goreng, sayuran segar, dan juga pasta. Kakak mengambil beberapa makanan Jepang berupa Shasimi dan sushi kesukaannya. Sedangkan mama dan papa mengambil masakan Indonesia khas Bali. Malam itu kami sangat menikmati masakan yang tersedia. Berbagai macam makanan tersaji dengan baik dan sangat lezat. Di saat kami sedang makan, dan kak Dita baru saja menyelesaikan makanannya, ia melihat sosial media di ponselnya. Ia banyak sekali memngikuti artis-artis sosial media yang sangat populer, dan beberapa temannya dan kerabat. Ia juga mengikuti akun media sosial milik Karin. Di saat kak Dita sedang memperhatikan halaman utama sosial medianya, ia melihat foto sosial media milik Karin yang baru saja di posting.     

"Lho Karin sekarang sudah punya cowok ya?" Tanya kak Dita tiba-tiba saat melihat postingan foto Karin.     

"Hah? Masa? Nggak ah.. Setahuku Karin belum punya cowok kok. Emang sih di sekolah dia populer banget, banyak teman cowok yang dekat dengannya. Tapi emang dia belum punya cowok ataupun pacaran kok. Kalau dia dekat dengan cowok biasanya dia selalu cerita padaku." Ucapku yang tidak memperhatikan foto Karin di sosial media karena asik menikmati makan malamku.     

"Lalu ini apa dong? Kok dia posting foto kaya gini?" Ucap kak Dita sambil menyodorkan ponselnya di depan wajahku. Aku mengambil ponsel kak Dita dan memperhatikan setiap foto yang di posting oleh Karin.     

Di dalam postingan itu memang tak menampakkan wajah dari si cowok namun ia memposting dengan foto yang bisa di bilang sangat ambigu namun juga sebagai salah satu tanda bagi orang-orang di sosial media jika mereka memiliki pasangan namun tak ingin show of pasangan mereka. Karin memposting 2 foto yang berbeda. Satu foto menunjukkan ia memfoto si cowok dari belakang dan hanya memperlihatkan punggungnya dari kejauhan. Foto yang kedua menunjukkan mereka duduk berdampingan di bioskop sambil tangannya di lingkarkan di lengan si cowok.     

"Itu sapa dek si cowoknya? Apa kamu kenal?" Tanya kak Dita.     

"Nggak. aku nggak tahu. Lagian juga semua fotonya kan nggak ada wajah dari si cowok. Ya mana aku tahu." Ucapku yang masih memperhatikan foto-foto itu dan ciri-ciri cowok itu yang mungkin aku kenal.     

Di saat aku memperhatikan bagian foto pertama, aku tanpa sengaja melihat ke arah pergelangan tangan si cowok sebelah kiri, terlihat cowok itu menggunakan sebuah gelang terbuat dari tali berwarna coklat. Melihat itu aku menjadi teringat gelang yang sama dengan seseorang, namun aku tak yakin jika gelang yang aku lihat merupakan milik orang yang sama dengan yang aku kenal.     

"Gelang ini kok kaya pernah lihat ya?" Gumamku sambil melihat foto Karin.     

Ketika aku sedang memperhatikan foto Karin di ponsel kak Dita, tiba-tiba mama dan papa di sapa oleh seorang anak cowok dari belakang ku. Mama dan papa yang melihat dan mengetahui jika mereka di sapa, mama dan papa membalas sapa suara cowok itu. Aku dan kak Dita yang penasaran sumber suara itu, langsung saja menoleh ke belakang dan melihat kak Andrew yang juga bersama keluarganya yang hendak makan malam bersama mendatangi meja kami.     

"Dek, apa itu gebetanmu?" Bisik kak Dita sambil menyenggolkan sikunya pada lenganku.     

"Heh! Bukan gebetan! Itu kakak kelasku aja kok kak. dan benar Cowok itu yang aku temui tadi siang" Bisikku pada kak Dita.     

Melihat kak Andrew yang berjalan ke arah meja kami, papa langsung menyambutnya dengan berdiri dan menawarkan untuk makan malam bersama dengan kami.     

"Ndrew!! Sini makan di sini!" Teriak papa yang menyambut kak Andrew yang menghampiri kami.     

"Iya om makasi. Saya juga mau makan malam bersama keluarga saya kok di sana." Ucapnya sambil menunjukkan tangannya pada tempat keluarganya yang sedang berkumpul di suatu meja besar di sudut resto dekat jendela yang menghadap ke jalan raya.     

"Ohhh kirain kamu sendirian ke sini. Kalau sendirian ya makan sama kami aja nggak apa. Kita masih belum selesai makan juga kok. Hahahaha.." Ucap papa pada kak Andrew yang telah berdiri di samping papa sambil tersenyum melihat ke arahku.     

"Hai kak. Makan ya kak.." Ucapku yang sedang menikmati steakku saat itu.     

"Yo'i." Jawabnya sambil memperhatikanku dan terus tersenyum.     

"Ehhmm kak, kenalin ini kakak ku."     

"Halo kak.. Nama saya Andrew. Kakak kelasnya Dyandra." Sapanya.     

"Haloo Andrew.. saya Anindita, biasa di panggil Dita. Salam kenal ya.. Mari makan ya Ndrew.." Sapa kakak yang juga sedang menikmati sushinya.     

"Iya. Ya udah om saya pamit dulu, silahkan menikmati makan malamnya ya om. Kalau besok om belum balik, yuk om kongkow-kongkow sama saya."     

"Oh boleh-boleh! Besok kami masih di sini sampai lusa kok."     

"Ok deh om. Ow ya boleh saya minta nomor telepon om? Biar besok mudah buat janjiannya."     

"Ok-ok nanti biar Dyandra yang mengirimkan nomor saya ke kamu yan Ndrew.."     

"Baik om. Saya pamit yaa.. Yuk Ndra. Aku makan dulu ya di sana. Mari semuanyaa.." Ucapnya sambil memberikan kode untuk mengirimkan pesan padanya dengan tangan kirinya.     

"Dek! dek! Kamu lihat gelang yang di pakai Andrew temenmu itu nggak? Kok sama kaya yang di fotonya Karin ya?" Bisik kakak padaku.     

"He'em. Sama. Sudah nanti aja di kamar kita omongin kak." Bisikku sambil menikmati dessert yang baru saja di ambilkan oleh mama.     

Pukul 20.12 WIB.     

Setelah kami selesai menikmati seluruh hidangan yang ada di resto hotel malam itu, akhirnya kami memutuskan untuk langsung kembali ke kamar. Kakak yang telah berjalan terlebih dahulu ke kamar karena perutnya yang sakit setelah makan kebanyakan di susul mama dan papa berjalan keluar resto. Aku berjalan terakhir dan ketika hendak keluar resto, aku melirik ke arah kanan dan melihat kak Andrew yang sedang asik menikmati makan malam bersama keluarganya. Aku juga sempat melihatnya beberapa kali mengeluarkan ponsel dan seperti membalas sebuah pesan. Malam itu aku tak ingin memikirkan hal yang negative namun aku tak dapat berbuat apapun karena diantara kami tak ada yang menyatakan perasaan sama sekali. Jadi aku berpikir bukan urusanku jika kak Andrew memilih Karin untuk menjadi kekasihnya dan aku tak berhak marah ataupun cemburu pada mereka. Aku berjalan perlahan sambil melihat ke arah etalase kue donat coklat yang baru saja di tambahkan. Aku berhenti di depan etalase itu dan meminta karyawan hotel untuk membungkuskannya untukku satu potong saja.     

Ketika aku masih menunggu kue donatku di siapkan, kak Andrew yang tanpa sengaja menoleh ke belakang melihatku yang sedang berdiri di stand dessert. Ia bergegas menyelesaikan makan malamnya dan langsung menghampiriku. Aku tak tahu jika kak Andrew menghampiriku, setelah aku menerima kue doantnya aku langusung berbalik tanpa melihat kak Andrew dan berjalan keluar resto. Kak Andrew beberapa kali memanggilku namun aku tak mendengarnya, karena di sana sangat ramai dan juga malam itu resto hotel memutar lagu santai di dalamnya.     

Kak Andrew terus mengejarku hingga di depan pintu resto. Ia menarik lengan kananku agar aku berhenti berjalan. Aku terkejut lenganku di tarik olehnya dan aku langsung melihatnya ke belakang.     

"Eh, kak Andrew! Kenapa sampai kaya gitu kak? Kakak abis lari dari dalam resto?" Tanyaku.     

"Iya lah! Kamu dari tadi aku panggilin nggak noleh-noleh! Jadinya aku lari kejar kamu tahu! Sampe ngos-ngosan nih." Ucapnya yang terengah-engah setelah berlari.     

"Hahahaha.. ya maaf kak.. namanya aja orang nggak ke dengaran apalagi aku lagi asik makan donat coklat kesukaanku. Hahahaha.. Maaf yaaa.." Ucapku yang sedang makan sambil menahan tawa.     

"Eh, bentar jangan kemana-mana. Tunggu di sini bentar! Oke?!" Ucapnya yang lalu berlari masuk ke dalam restorant. Entah apa yang ia ingin ambil, dan tak lama ia keluar dari resto sambil memegang selembar tissue di tangan kanannya dan mengelapkannya pada ujung bibirku yang belepotan dengan coklat.     

Mataku terbelalak, jantungku pun terasa berdetak sangat cepat hingga terasa detakannya di luar dadaku. Aku terkaku melihat kak Andrew yang menghapuskan coklat di bibirku. Sangat dekat wajahnya dengan wajahku. Kurasa hanya tiga ruas jari jaraknya. Nafasnya yang hangat terasa di pipiku hingga aku menahan nafasku agar aku tak terlihat sangat gugup. Ia membersihkan coklat yang menempel di bibirku dengan lembut hingga aku sampai salting dibuatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.