The Eyes are Opened

Bertemu Dengannya



Bertemu Dengannya

1Hari demi hari telah berganti, tak terasa bulanpun berganti menjadi bulan yang baru. Sudah satu bulan lamanya sejak kejadian kecelakaanku di gunung Lawu. Hingga kini kakiku masih menggunakan gips dan aku mulai perlahan melakukan aktivitasku meskipun hanya di rumah. Aku juga sudah satu bulan belajar di rumah sebagai ganti aku tak dapat hadir di sekolah. Terkadang teman-temanku setelah mereka pulang sekolah selalu menjengukku di rumah. Meskipun terkadang hanya untuk bermain, tetapi yang pasti mereka datang menjengukku sambil membawakanku buku catatan dari materi yang kami pelajari di sekolah dan kami juga sekaligus belajar bersama di rumahku. Baru kali pertama kali dalam hidupku ada teman-teman sekolah yang datang dan bermain di rumahku. Biasanya hanya Karin yang datang untuk menginap dan meminjam buku novel. Suasana rumahku beberapa hari menjadi sangat ramai, melihat hal itu mama seringkali tersenyum kepadaku karena aku tak merasa kesepian di saat aku tak dapat kemana-mana. Mama juga sering kali membawakan teman-temanku makanan yang ia buat sendiri sehingga mereka sangat betah berlama-lama di rumah.     

Claudi yang duduk di sebelahku memandangi ketiga teman cowokku dengan tatapan sinis, " Enak sekali ya hidup kalian ini. Udah bisa belajar bareng kami lagi, makan enak terus tiap ke rumahnya Dyandra, abis gitu tiap pulang selalu bawa buku komiknya pulang lagi. Emang di sini itu cafe dan tempat peminjaman buku, Hah!!"     

"Halaaahhhh.. gitu aja sirik sih lu Di.. bilang aja kalau lu juga pengen kaya kita-kita. Ya gak ben!" Saut Alex dengan santai sambil mengambil sepotong kue brownies coklet yang baru saja matang dari oven.     

"Heh! Siapa yang mau hidup kaya kalian bertiga itu? IIssshhh dasar anak-anak ini yaaaa.. Ehhh!!! Jangan di habisin dong browniesnyaaaa!!!! Yaaahhhhh.. tinggal satu." Teriak Claudi yang sedari tadi memperhatikan Alex dan Ruben tak ada hentinya memakan kue brownies buatan tante Dona.     

[Ceplak!!]     

"Itu jatah gue tahu! Jangan di habisin!!" Ucap Claudi dengan nada marah pada Alex yang hendak mengambil sisa kue brownies tersebut dan memukul tangannya hingga tangan Alex yang putih menjadi merah setelah di pukul Claudi. Alex yang merasa kesakitan setelah di pukul Claudi hanya bisa mengelus punggung tangannya yang terasa panas.     

"Lah lu diem aja dari tadi. gue kira lu nggak mau Di. Makanya gue abisin!" Ucap Alex tanpa ada rasa bersalah setelah menghabiskan hampir seluruh kue brownies itu.     

"Kenapa ini ko pada ribut-ribut sih?" Tanya mama yang saat itu mendengar Claudi dan Alex bertengkar.     

"Ini lho ma, Claudi nggak kebagian keu browniesnya.. Dia makan semua sama ALex dan Ruben soalnya." Ucapku sambil tersenyum melihat mereka berdua yang bertengkar.     

"Owalaaaa.. kirain ribut masalah apa. Bentar ini tante bawaka yang baru ya. Udah nggak usah ribut-ribut. Dimakan bersama, nanti kalian kalau mau lagi tante bawakan pulang ya?" Ucap mama sambil mengambil ke brownies yang ada di meja makan dan membawakannya ke ruang tamu.     

"Waahhhh tante nggak usah repot-repot te.." Ucap Alex yang tetap sambil menerima kue brownies dari tangan mama saat mengantarkannya ke hadapan teman-temanku.     

"Heh! Dasar nggak tahu diri! Bagi woy!" Ucap Claudi yang mengambil nampan kue brownies dari tangan Alex dan menaruhnya di tengah-tengah meja.     

"Ini anak kalau makanan aja cepet, tapi kalau di tawari selalu bilang gak usah repot-repot, tetapi kalau makanannya sudah di depan mata tetap aja di ambil dan di abisin. Dasar lu Lex!" Timpal Theo yang duduk di ujung meja sambil melihat tingkah laku ALex sedari tadi.     

"Hahahahahaha... Sudah-sudah tante nggak maslah kok. Asalkan kalian suka nggak apa buat tante. Dimakan sampai abis ya.. Nanti kalau mau pulang tante bawakan lagi." Ucap mama yang langsung berjalan meninggalkan kami menuju dapur.     

Tak terasa kami berliam belajar bersama hingga hari hampir gelap. Menyadari hal itu, Claudi langsung merapikan seluruh buku dan alat tulisnya di dalam tas dan bergegas untuk pulang. Ia juga memberi kode pada Theo yang ada di sampingnya dengan menyenggolkan sikunya.     

"Ah iya Ndra sudah hampir malam. Kami pamit pulang dulu ya.." Ucap Theo yang juga sudah selesai merapikan buku dan alat tulisnya di dalam tas.     

"Lho? Kok Cepat sih? Ini gimana aku masih ada yang belum paham nih.." Ucapku yang baru saja mengerjakan soal matematika setengah halaman.     

"Uhhmm.. besok aja Ndra kita ke sini lagi. Kita belajar bareng lagi yaaa.. Ini sudah mau jam enam soalnya.. Nanti gue di cariin sama kakak gue nih." Ucap Cladi yang terlihat tergesa-gesa hendak pulang.     

"Hmmm.. Ya udah deh kalau gitu. Bentar ya aku panggilin mamaku dulu.. Maaaaaa!!!" Teriakku dari ruang tamu memanggil mama yang berada di dalam kamar sambil menonton televisi.     

" Ya Ndra?" Tanya mama sambil berjalan mendekati kami.     

"Uhmm.. tante, kami ijin pulang dulu. Terima kasih banyak tante buat jamuannya hari ini." Ucap Claudi yang mewakili teman-teman yang lainnya lalu mereka beranjak pergi keluar rumahku.     

"Lho? Kalian nggak mau makan malam bersama dengan kami?" Tanya mama yang terkejut melihat teman-temanku langsung begitu saja saat hendak pulang selesai belajar bersama denganku.     

"Iya nggak usah tante. Kami sudah di cari sama keluarga kami soalnya." Ujar Claudi yang masih berdiri di depan gawang pintu rumah sambil menjinjing tas dengan kedua tangannya di depan.     

"Beneran nggak mau makan malam bersama kami? Tante masak lebih lho!" Rayu mama sambil berjalan mendekati teman-temanku.     

"Uhmm.. nggak tante, saya pulang aja. Sudah malam juga. Kita juga sudah seharian di sini. Terimakasih tante atas tawarannya." Ujar Claudia yang masih tegasa dengan jawabannya.     

"Ya sudah kalau gitu, tante nggak bisa maksa lagi. Besok kalau main ke sini makan sama Dyandra ya.. Nanti tante masakin makanan yang enak-enak. Hati-hati ya di jalan!" Ucap mama mengakhiri perbincangan malam itu dan akhirnya Claudi dan yang lainnya meninggalkan rumah ku sambil melambaikan tangan hingga mereka berjalan lebih jauh dari rumah.     

"Yuk Ndra masuk dan kita makan malam bersama." Ajak mama sambil menggandeng tanganku masuk ke dalam.     

Malam itu setelah belajar bersama dengan teman-temanku, aku langsung makan malam bersama mama dan papa. Lalu selesai makan, papa mengantarku kembali ke kamar agar aku dapat beristirahat.     

"Kakimu gimana nak? Apa ada keluhan selama satu bulan ini? Besok sudah jadwalnya kontrol lagi lho!" Tanya papa saat memapahku menaiki tangga di rumah.     

"Uhmmm.. nggak ada masalah sih kaki Andra selama ini. Cuman ya gitu sudah mulai kerasa agak nyeri di tulangnya dan jahitannya muali kerasa gatel."     

"Ya berarti itu lukanya mau kering. Ya sudah kamu istirahat ya habis gini, besok bangun pagi buat kontrol ke rumah sakit. Kita berangakat lebih awal aja, agar nggak macet nanti di tengah jalan." Ucap papa setelah mengantarkanku hingga ke depan pintu kamar.     

"Hmm.. masih jam delapan. Mau ngapain lagi ya enaknya? Belajar, sudah seharian sampai otak rasanya panas. Ah! Baca komik aja ah, buah hiburan biar nggak lelah otakku." Ucapku sambil menghampiri rak buku komik yang berada di sebelah kiri kamarku.     

Malam itu aku membaca beberapa buku komik hingga tak menyadari hari semakin gelap dan jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Namun mataku saat itu masih belum mengantuk sama sekali. Aku masih melanjutkan membaca komik yang lainnya hingga tak sadar aku tertidur hingga esok pagi.     

Di saat aku sedang tidur, aku terbnagun dan melihat aku berada di tengah-tengah kota yang di kelilingi oleh banyak taman di sana. Langit di sekitarku terlihat biru dan sangat cerha. Matahari bersinar dengan terang hingga terlihat sangat menyilaukan.     

"Dimana aku? Kok kaya ada di taman? Tapi ini dimana? Bukannya aku tadi sedang tidur ya? Apa ini mimpi? Tapi tumben banget aku mimpi di tempat kaya gini." Ucapku sambil berjalan mengelilingi taman itu sendirian.     

Taman itu terlihat sangat sepi tanpa ada orang lain dimanapun. Hanya pepohonan yang rindang dan sangat besar banyak tumbuh di sekitar taman itu. Dan beberapa bungamatahari tumbuh subur dan dan bermekaran di taman yang sangat indah itu. Aku terus berjalan mengelilingi taman itu tanpa arah hingga akhirnya aku berhenti di tengah jalan. Aku yang dari tadi merasa hanya aku sendiri yang berada di tengah-tengah taman yang sanagt besar itu, tiba-tiba melihat ada seorang pria yang berdiri di tengah-tengah taman sambil menatap ke arahku. Ia hanya terdiam di tengah-tengah taman itu sambil berdiri mengenakan setelan kemeja putih lengan panjang dengan bagian lengan yang di lipat dan menggunakan celana kain hitam dan menggunakan sepatu pantofel. Pria itu juga tampak memilik postur yang tinggi dan berbadan tegap proporsional. Terlihat dari jauh lengannya yang dempal dan memiliki dada yang lebar. Dari ujung kepala hingga ujung kaki tampilan pria itu sangatlah sempurna hingga aku membayangkannya tak mungkin aku memiliki pasangan yang seperti ini kelak. Tetapi anehnya, aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas, seakan-akan ada sesuatu yang menutupi mataku hingga aku tak dapat melihat wajah pria itu. Aku yang masih terdiam di tempatku melihatnya berjalan dengan perlahan mendekatiku. Ia berjalan dengan sangat gagah bak model dan sangat terlihat gentle. Ia berjalan mendekatiku hingga sangat dekat. Aku menengadahkan kepalaku untuk dapat melihatnya dari jarak yang sangat dekat ini. Tetapi lagi-lagi aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Seperti pandanganku buram ketika melihat wajahnya. Aku hanya dapat melihat senyumnya saat ia mendekatiku. Ia benar-benar sangat tinggi dari pada tubuh kecilku saat aku di depannya. Aku yang setinggi dadanya hanya dapat memandang ke bawah, dengan kebingungan yang aku rasakan saat itu aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya terlebih dulu.     

"Uhmm.. kamu siapa? Kenapa kamu mendekatiku sedekat ini?" Tanyaku pada pria yang berada di depanku.     

"Aku? Aku masa depanmu. Aku pasanganmu kelak." Ucap pria itu dengan nada yang santai dan suara yang sangat lembut saat mendengar ucapannya.     

Mendengar ucapan pria itu aku hanya tersenyum tak mempercayainya.     

"Hehe. Mana ada pasanganku di masa depan nanti? Pasti kamu bohongkan?" Ucapku yang dengan yakin tak mempercayainya.     

"Kenapa kamu tak percaya padaku jika aku memang pasanganmu kelak. Kita akan bertemu nanti di suatu tempat yang mungkin kamu nggak akan menyadarinya dan di waktu yang tepat."     

"Masa sih? Ya aku tahu ini cuman mimpiku. Apa mungkin aku sebelum tidur terlalu banyak menghayal tentang pasanganku nanti ya? Hahahaha.. Nggak mungkinlah ada yang seperti ini di dunia nyata." Sangkalku yang masih tak percaya dengan ucapannya. Tak mudah bagiku untuk mempercayai hal seperti ini saat itu. Karena buatku ini pertama kali aku mendapat petunjuk melalui mimpi. Bagiku saat itu mimpi ada bunga tidur yang kita buat saat kita tertidur.     

"Aku nggak bohong. Tapi ingat satu hal saat kita bertemu saat ini, kamu nggak akan pernah percaya padaku sampai saat itu tiba. Dan aku disini bukan karena imajinasimu yang membangunkanku, tetapi aku memang datang ke sini untuk menemuimu." Ucapnya lalu ia menghilang begitu saja.     

Tak lama aku terbangun dari tidurku dan mimpi yang baru saja aku mimpikan masih terngiang-ngiang hingga aku bangun dari tidurku. Aku melihat ke arah jam dinding dan melihat hari sudah pagi. Aku segera bangun dari tempat tidurku dan mengambil tongkat yang aku taruh di sebelah nakas tempat tidurku. Aku mengambil segelas air yang aku taruh di atas meja belajarku. Aku minum hingga air itu habis. Aku perlahan menuruni anak tangga dengan pelan-pelan, di tengah-tengah anak tangga aku mencium aroma yang sangat harum tercium dari arah dapur.     

"Wahhh.. mama sudah masak pagi-pagi gini? Tumben? Baunya harum sekaliii.." Ucapku yang tak sabar dapat dengan cepat turun menuju ke dapur. Aku menemui mama yangsedang memasak dan langsung duduk di meja makan menunggu masakan mama selesai di masak.     

Aku menjalani hari-hariku pagi ini dengan seperti biasa. Selesai makan pagi, aku mandi dan memulai untuk belajar hal baru lagi, sesuai materi yang telah di berikan Claudi kemarin. Lalu siangnya aku belajar bersama dengan mereka hingga malam hari. Karena materi hari ini sangat banyak dan masih banyak juga pelajaran kemarin yang masih aku belum paham sehingga Theo mengajariku hingga larut malam. Alex dan Ruben lebih dahulu untuk pulang karena mereka ada les taekwondo jam tujuh malam. Tinggal aku, Claudi dan Theo yang masih berada di rumahku sambil belajar bersama. Tak terasa kami belajar hingga pukul setengah sembilan malam.     

"Ndra, aku harus pulang sekrang. Nggak kerasa udah larut banget." Ucap Theo yang berhenti mengerjakan tugas biologi saat itu.     

"Iya gue juga harus pulang nih. Udah ngantuk banget." Ucap Claudi yang terlihat beberapa kali menguap.     

"Ah iya nggak apa kok. Kita yang terllau asik juga belajar sampai nggak kerasa sudah jam segini." Ucapku sambil mengantarkan kedua temanku menuju pintu gerbang.     

"Eh nanti tolong sampai'in ke mama papam ya Ndra kalau kita sudah pulang. Kami juga makasi banyak sudah bisa makan malam di sini." Ucap Theo sekali lagi sambil mengenakan helm.     

"Iya sama-sama.. Biasa aja kali.. Masa iya kalian ke sini buat belajar tapi nggak aku kasih makan? Hahahaha.. Ya sudah hati-hati ya pulangnya.." Ucapku sambil melambaikan tangan pada Theo yang sudah pergi duluan menggunakan sepeda motornya.     

"Kamu belum di jemput Di?" Tanyaku sambil menemani Claudi yang masih menunggu di depan rumahku.     

"Iya ini udah di jalan supir gue. bentar lagi nyampe." Ucapnya yang baru saja menerima telepon dari supirnya.     

"Ow ya Ndra, besok lusa itu beneran ulang tahun lu?" Tanya Claudi tiba-tiba.     

"Hah? Lu tahu dari mana?" Tanyaku sambil sedikit malu mengakuinya.     

"Ya tahu lah! Masa teman sendiri nggak tahu! Hahahaha.."     

"Hehehe.. Ya udah besok lusa kasih tahu yang lain ya kalau nanti kita akan makan-makan di sini sampai malam. Byeee Di.." Ucapku pada Claudi yang sudah di jemput oleh supirnya.     

Setelah mereka pergi, aku hendak masuk rumah dan melihat mobil mama dan papa baru saja datang. Langsung aku membuka pagar rumah lagi dan membukakan pintu untuk mobil papa yang hendak masuk.     

"Lho kamu ngapain di depan Ndra?" Tanya papa yang saat memarkirkan mobil.     

"Barusan aja aku anterin temenku pulang." Jawabku.     

"Oh kok sudah pulang?" Tanya mama yang baru saja turun dari mobil.     

"Ya sudah malam ma. Mama ini gimana sih? Udah ah, Andra masuk aja ke dalam. Ngantuk juga sekarang." Ucapku sambil masuk rumah dengan hati-hati.     

Aku masuk ke kamar dan mulai untuk tidur. Hari ini aku merasa sangat lelah, dan sangat mengantuk. Tak sampai setengah jam aku berbaring di kamar, aku sudah terlelap malam itu. Beberapa jam aku tertidur aku bermimpi kembali ke dalam taman yang kemarin aku datangi.     

"Lho aku mimpi ini lagi? Kok tumben aku mimpi ini lagi dabn berulang-ulang?" Gumamku sambil berjalan ke arah tengah taman.     

Masih sama seperti yang kemarin, aku melihat seluruh taman itu tidak ada orang satupun di sekelilingku. Aku berjalan menyusuri beberap atanaman yang baru aku lihat dan mereka terlihat sangat cantik di tengah-tengah taman yang sangat sepi. Beberapa bunga mawar merah bermekaran dengan sangat cantik menghiasi taman yang sepi itu. Aku terus berjalan ke arah dimana aku bertemu dengan pria itu di tengah taman. Namun tak kutemukan pria itu dimanapun. Lalu saat aku hendak berbalik aku terkejut melihatnya yang berada tepat di belakangku.     

"Kamu mencariku ya?" Ucap pria itu sambil tersenyum.     

"Hah? Nggak kok. Siapa yang sedang mencarimu. Aku cuman heran aja kenapa aku bisa bermimpi lagi di sini. Aku kira apa yang aku lihat berbeda dengan yang kemarin, tetapi semuanya tetap sama." Ucapku sambil mengalihkan pandanganku pada bunga mawar yang berada di sisi kiriku.     

"Iya memang aku sengaja mendatangimu hingga besok saat ulang tahunmu." Ucapnya lagi sambil terus tersenyum saat melihat ke arahku seakan ia tertarik kepadaku.     

"Ih! Kenapa memandangiku seperti itu sih? Ow ya, aku belum tahu namamu. Siapa namamu? Namaku Dyandra." Ucapku sambil menoleh ke arahnya dan lagi-lagi aku masih tak dapat melihat wajahnya dengan jelas.     

"Namaku.... bzzzztttt-bzzzzttt." Ucapnya.     

"Hah? Siapa namamu? Aku tak dapat mendengarnya dengan jelas?" Tanyaku sekali lagi sambil memukul telingaku.     

["Kenapa aku nggak bisa mendengarkan suaranya saat ia menyebutkan namanya ya? Apa yang salah dengan telingaku? Sebelumnya aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas, sekarang aku tak dapat mendengarkan namanya. Ini aneh."] Gumamku dalam hati. Lalu ia mengulangi menyebutkan namanya dua kali dan tetap sama, setiap ia mengucaokan namanya, aku tak dappat mendengarnya dengan jelas hingga aku menyerah dan mengabaikan namanya siapa.     

Mimpiku malam ini terasa sangat panjang dari pada mimpi sebelumnya. Ia mengajakku berjalan bersama mengelilingi taman dan menggandeng tanganku. Ia terus membuatku tertawa dan aku mulai merasa nyaman dengannya. Aku tak tahu sedang apa yang aku lakukan. AKu mengikuti segala alur yang aku rasakan di dalam mimpi ini. Hingga akhirnya ia berpamitan denganku dan menjanjikan untuk menemuiku lagi esok hari.     

Aku terbangun dan melihat jam di dinding di kamar sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Aku segera bangun dan melihat mama yang sudah berada di kamarku dan membuka jendela kamarku agar telihat lebih terang dan udara pagi bertukar dengan udara kamarku yang lembab.     

"Pagi sayanggg.. Selamat ulang tahun ya.." Ucap mama dengan lembut sambil mengecup kening dan kedua pipiku pagi itu.     

"Makasi ya ma.." Ucapku sambil tersenyum mengetahui hari ini hari ulang tahunku. AKu bergegas turun dari temapt tidur dan mama membantuku berjalan hingga ke lantai bawah. Papa yang sudah berada di bawah sambil membawa kue ulang tahun yang sangat cantik dengan hiasan bunga-bunga yang sangat indah menghiasi kue ulang tahun itu di tambah dengan hiasan happy birthday di atasnya dan beberapa lilin kecil untuk melengkapi kue ulang tahun pagi itu. Senyum yang lebar dan perasaan bahagia menghiasi wajahku pagi itu. Di saat yang sama aku juga teringat dengan mimpiku semalam masih terngiang-ngiang pria itu dan semakin hari aku semakin mengharapkannya. Kami bertiga merayakan ulang tahun sederhanaku sambil makan pagi bersama.     

Setelah selesai makan pagi bersama, papa bergegas untuk segera bersiap-siap mengantarku ke rumah sakit untuk kontrol. Aku berjalan menuju kamar mandi dan juga bersiap untuk pergi.     

Selama satu jam perjalanan dari rumah menuju ibu kota dan membutuhkan 15 menit hingg atiba di rumah sakit. Aku menjalani terapi dan kontrol pada tulangku hingga tak terasa sudah pukul 12 siang. Selesai dari rumah sakit, aku langsung meminta papa untuk segera pulang sebelum teman-temanku datang untuk belajar bersama. Siang itu berjalan seperti biasanya, aku tiba di rumah dan beberapa jam kemudian teman-temanku datang, Karin pun datang bersama kak Andrew. Kami makan-makan merayakan ulang tahunku bersama dan bercanda bersama.     

Waktu terus berjalan hingga tak terasa semua temanku bermain dan belajar bersama hingga sampai larut malam. Satu demi satu teman-temanku pulang dan hanya tinggal aku seorang sendirian lagi di kamarku. Aku memutuskan membaca komik sebentar dan hingga tak terasa aku tertidur hingga esok hari.     

Aku kembali di dalam mimpi yang sama, melihat banyak tanaman dan bunga yang bermekaran di sekelilingku, namun kali ini aku melihat tamannya yang sedikit berbeda dari pada kemarin. Banyak bunga mawar yang bermekaran dimana-mana. Lebih banyak dari pada yang kemarin, aku berjalan mengelilingi taman dan terlihat di depan mataku bunga mawar yang bermekaran berwarna merah, dan merah muda tumbuh di mana-mana.     

"Waaahhh.. kok taman ini hari ini sangat cantik sekali? Banyak bunga mawar yang tumbuh dan bermekaran di mana-mana." Ucapku sambil tersenyum dan menyentuh bunga mawar yang berada di depanku. Aku mencium bunga mawar itu dan harumnya sangat segar. Aku merasa sangat bahagia saat itu melihat bunga mawar itu. Aku terus berjalan menyusuri jalan setapak yang pertama kali aku lihat dan mengikuti arah jalan itu. Langkah demi langkah sambil melihat ke kanan dan ke kiri, lalu aku terdiam di ujung jalan itu aku melihat ada tanaman bunga mawar berbentuk hati yang tersusun rapi dan sangat besar.     

"Apa itu? Kok Ada yang seperti itu?" Ucapku sambil terus berjalan mendekati bunga itu. Terlihat pria itu muncul dari balik bunga mawar itu. Ia tersenyum manis memandangku dengan tatapan yang sangat dalam. Ia berjalan mendekatiku dan berkata di depanku dengan nada yang sangat lembut.     

"Maukah kamu menjadi pasanganku seumur hidup?" Ucapnya dengan lembut dan tersenyum manis kepadaku.     

Aku yang mendengarnya masih tak percaya dan tak dapat menjawabnya dengan langsung. Di saat itu juga aku terbangun dari tidurku. Aku duduk di atas kasur dengan masih terngiang-ngiang ucapannya di dalam mimpi, hingga aku melamun beberapa saat sampai mama membuka kamarku.     

Setelah mimpi itu berakhir, keesokannya aku tak mendapatkan mimpi itu lagi dan perlahan aku mulai melupakan mimpi pria itu dan menjalani hari-hariku seperti biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.