The Eyes are Opened

Aku Tahu Sebelum Kamu Tahu : Menjalin Kasih (Part 02)



Aku Tahu Sebelum Kamu Tahu : Menjalin Kasih (Part 02)

0Hari Sabtu, 01 Juni 2010, 17.00 WIB     

Langit mulai berubah warna, terlihat sangat indah saat ku pandang dari jendela kamarku. Bagian barat langit terlihat berwarna merah muda dan nila menghiasi sebagian langit yang mulai berubah menjadi gelap. Mendengar suara burung yang berterbangan di langit hendak kembali ke sarangnya sambil membentuk pola di bantaran langit yang sangat luas membuat keindahan alam yang tak dapat dinikmati untuk kedua kalinya.     

Sore itu sewaktu hari libur sekolahku, aku menikmati hari itu dengan sangat menyengakan. Bangun tidur lebih siang dari pada biasanya, makan mie instant hampir seharian, membaca buku novel dan komik seharian, sesekali membantu mama di dapur, dan aku hari ini bisa menikmati tidur siang yang sangat berkualitas yang jarang aku dapatkan selama aku di sekolah. Namun siapa sangka jika hari itu aku mendapatkan kejutan yang membuatku tak sangka sama sekali.     

Iya. Tepat jam 17.20 tiba-tiba mama memanggilku dengan suara yang sanagt kencang. Padahal saat itu mama sedang minum teh sore bersama papa di teras rumah. Aku terkejut mendengar suara mama yang memanggilku dan dengan cepat langsung menemuinya di depan.     

"Apa ma? Kenapa teriak-teriak sampe segitunya sih?" Tanyaku pada mama sambil terengah-engah setelah berlarian dari kamar hingga teras.     

"Sini. Ini ada Azka mau ketemu denganmu." Ucap mama sambil memberikanku tempat duduk di sebelahnya.     

Aku sangat terkejut sore itu melihat ada kak Azka di sebelahku saat aku datang menemui mama.     

"Kak Azka?! Sejak kapan kakak ada di sini?" Tanyaku yang terlihat sangat kaget melihatnya yang sudah duduk di depan kedua orang tuaku. Aku perlahan duduk di sebelah mama sambil menunggu jawaban dari kak Azka menanggapi pertanyaanku.     

"Ya udah dari tadi sih aku di sini, tadi sempat ngobrol-ngobrol dulu sama mama papamu. Terus kamu datang. Hehehehe." Ucapnya sambil terus memandangku tanpa henti.     

"Kalian ngobrol dulu ya, tante sama om mau masuk dulu sebentar. Oke? Nggak apa kan?"     

"Iya te. Nggak apa."     

"Jadi kakak ke sini ada perlu apa? Tumben nggak kasih kabar dulu?" Tanyaku yang semakin penasaran.     

"Uhmmmm.. gini Ndra, uhmm.. kamu mau nggak jadi pacar aku?"     

Mendengar pernyataan cinta dari kak Azka untuk kedua kalinya membuatku semakin bingung untuk memutuskannya. Namun kali ini ia terlihat sangat serius dan terlihat benar-benar menyukaiku.     

"I-ini kakak nggak salah? Apa aku yang salah dengar?"     

"Nggak Ndra. Aku tadi sudah meminta ijin sama mama papamu juga dan mereka memutuskannya kepadamu."     

"uhmmm.. i-iya. Aku mau jadi pacarnya kak Azka." Jawabku dengan malu-malu.     

Ia tersenyum sambil melihat ke arahku dengan tatapannya yang sangat dalam sedangkan aku masih tertunduk malu mengetahui aku memiliki seorang pacar pertama dalam hidupku. Perasaanku bercampur aduk entah harus senang atau tidak. Jantungku tiba-tib aberdegup kencang saat aku melihat kak Azka yang masih duduk di depanku. Ia mulai meraih tanganku dan memegangnya dengan sangat erat, membuatku makin gugup dan jantungku terasa tak dapat aku kontrol. Wajahku seakan memerah karena malu.     

"Makasi ya." Bisiknya sambil terus tersenyum dan tak hentinya memandangiku. Ia lalu melepaskan tanganku dan kemudian ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Terlihat sebuah bucket bunga yang berbeda dengan yang sebelumnya keluar dari dalam tasnya. Dengan wajahnya yang juga memerah, ia memberikan bucket bunga itu padaku.     

Aku melihat bucket bunga mawar yang berwarna merah dan merah muda terangkai sangat cantik dengan bau bunga yang sangat harum. Aku menerimanya dengan masih malu-malu sambil bebebrapa kali mencium wangi bunga mawar itu.     

"Uhmm.. jadi mulai hari ini kita jadian ya?" Ucapnya yang sedari tadi masih tersenyum dengan malu-malu padaku. Aku hanya mengangguk mengiyakan jadian kita hari itu. Seketika alam juga ikut merayakannya, terlihat bulan dan bintang yang malam itu bersinar sangat terang dan gemerlap menerangi kami malam itu.     

"Uhmmm.. kakak sudah makanmalam belum? Kalau belum mau makan bareng nggak di rumahku?" Tanyaku yang masih sedikit gugup dan malu berbicara padanya. Jujur aku saat itu benar-benar sangat bingung bagaimana seharusnya pacaran untuk pertama kalinya. Aku seakan masih buta arah orang pacaran itu harus bagaimana.     

"Nggak dulu deh. LEbih baik aku pulang aja. Tadi juga nggak bilang sama mamaku buat keluar lama. Nggak enak kalau pulangku kelamaan, nanti di cariin." Ucapnya sambil bergegas untuk pulang.     

"Oke. Baiklah kalau gitu." Ucapku sambil mengantarkan kak Azka berpamitan dengan kedua orang tuaku dan berlalu pulang ke rumahnya.     

"Gimana tadi?" Tanya mama yang seakan sudah tahu sebelumnya.     

"Yaaaa... nggak gimana-gimana ma.." Jawabku sambil malu-malu dengan membawa bucket bunga yang di berikannya masuk ke dalam rumah.     

"Ohhh.. sudah jadian nih ceritanya?" Ledek mama di depan papa.     

"Iiihhh apa'an sih mama ini. Kaya nggak pernah muda aja. Udah ah, Andra mau masuk kamar aja dulu." Ucapku sambil berlari menuju kamar.     

Tak lama setelah aku berada di kamar, ponselku berdering dan aku melihat ke layar ponsel kak Azka meneleponku. Dengan cepat aku mengangkatnya.     

["Hai Ndra. Ini aku sudah sampe rumah."] Ucapnya yang terdengar sambil menyalakan AC.     

"Kok cepat? Tadi pasti ngebut ya?"     

["Nggak ngebut kok. Emang tadi jalannya lagi sepi aja. Nggak kena lampu merah juga selama di jalan. Jadi ya pulangnya cepat. Ow ya, boleh nggak aku ganti panggilanmu? Nggak enak banget dengernya manggil nama terus."]     

"Emang mau manggil pake panggilan apa?"     

["Uhmmm... aku panggil kamu nonik aja gimana? Boleh nggak?"]     

"Ya terserah kamu aja deh kak."     

["Laahhhh.. kok kamu masih panggil aku kakak sih!"] Ucapnya yang terdengar ngambek.     

"Iya deh.. aku panggil kamu koko aja ya??"     

["Iya gitu donggg...Hehehe.. Kamu sekarang lagi apa nik? Hehehehe.."]     

"Sekarang cuman tiduran aja di kamar. Sambil telponan sama kamu gini lho.."     

Sepanjang malam aku mengobrol dengan kak Azka hingga tak terasa hari mulai larut. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat malam itu dan ia berjanji besoknya akan menemuiku.     

Hari Minggu, pukul 10.12 WIB.     

Malam telah berganti menjadi pagi. Sedari bangun tidur aku sudah memeriksa ponselku yang sudah berbunyi sejak jam 07.00 pagi. Aku melihat kak Azka telah mengirimkan banyak pesan kepadaku. Ia menjanjikan untuk mengajakku keluar hari ini dan nanti sore kami akan pergi ke tempat ibadah bersama-sama.     

Saat membaca pesannya memang sangat senang. Di pagi hari sudah ada yang menanyakan kabar, memberikan kabar ke pasangan. Namun, ketika mengetahui jika nanti sore akan pergi ke tempat ibadah bersama-sama membuatku merasa sangat canggung dan malu, karena biasanya aku ke tempat ibadah bersama mama dan papa. Tetapi sekarang aku pergi bersama pasanganku. Tak dapat membayangkan bagaimana reaksi teman-teman gerejaku yang melihat kami beribadah bersama. Akhirnya setelah membantu mama beres-beres pagi hari itu dan sudah meminta ijin pada mama untuk keluar bersama kak Azka pagi itu, akupun bersiap-siap untuk pergi dengannya jam 10 pagi ini.     

[Tinn! Tiinn!!]     

Terdengar suara klakson mobil yang terdengar di depan pintu rumahku. Lalu aku melihat kak Azka keluar dari pintu mobil yang berwarna hitam itu. Ia meminta ijin pada mama yang saat itu sedang berada di ruang tamu dan akhirnya kami berdua keluar rumah.     

Sepanjang perjalanan, nggak banyak yang kami bicarakan. Hanya seputar sekolah, teman-teman dan kesukaan kami saja.     

"Uhmm.. ini mau ke mana ko?" Tanyaku yang masih bingung dengan tujuannya.     

"Nanti aja kamu pasti tahu." Ucapnya yang terus melihat ke arah jalan raya sambil membawa mobil yang kami tumpangi dengan kecepatan yang tinggi. Pagi itu ia membawaku menuju ibu kota dan mengajakku makan di sebuah resto yang sangat cantik. Nuansa yang sangat cocok bagi pasangan muda yang baru saja menjalin kasih. Dekorasi yang sangat cantik denganberbagai ornament tanaman hias yang menggantung di beberapa sisi rumah makan itu serta beberapa ornament berwana pink yang menambah kesan lovely pada restaurant tersebut. Kami memesan beberapa menu yang ringan di makan. Kak Azka memesankanku wafle coklat dengan secangkir jus bauh aynga snagat menyegarkan siang hari itu, ia sendiri makan pasta macaroni cheese dengan segelas moca float. Kami menghabiskan waktu bersama sambil menikmati makanan yang telah di hidangkan di depan kami. Lalu setelah makan, ia mengajakku untuk menuju tempat area basket yang tepat hari itu ada pertandingan basket.     

"Kamu sudah pernah masuk ke arena basket belum non?"     

"Belum. Baru kali ini aku masuk ke arena pertandinganbasket. Dan inijuga pertama kalinya aku nonton pertandingan basket di sini." Jawabku sambil terus melihat ke sekeliling sambil melihat dengan tatapan kagum. Banyak puluhan bahkan ribuan orang yang datang ke stadium untuk melihat pertandingan basket saat itu. Tanganku di gandengan oleh kak Azka melewati ratusan orang yang ada di hadapanku. Tak pernah ia lepaskan tanganku sedetikpun hingga akhirnya kami memasuki pintu masuk menuju stadium lomba dan mencari tempat duduk yang telah ia beli.     

Kami duduk di tengah-tengah stadium bersama dengan supporter yang lainnya. Terlihat di tengah-tengah lapangan beberapa pemain basket sudah bersiap untuk tanding basket. Hingga dua jam pertandingan itu di mulai, aku dan kak Azka sangat menikmati pertandingan itu hingga usai.     

"Aku dari dulu itu pengen bisa masuk ke tim kaya gitu. Makanya aku dari dulu gait banget buat latihan basket. Nggak siang, nggak malam mesti latihan. Apalagi kalau sudah mau tanding gitu mesti seminggu bisa dua sampe tiga kali latihan pagi-sore." Ucapnya sambil terus memandang lapangan basket, seakan itu cita-cita terbesarnya menjadi atlet basket.     

"Ya pasti kamu bisa lah ko. Kan kamu bintang lapangan basket di sekolah. Terus nanti setelah lulus SMA kamu mau kuliah atau gimana?" Tanyaku.     

"Uhmmm.. ya itu yang aku masih pikirkan. Mungkin aku kulaih sambil ikut club basket di kampus. Aku pernah dengar katanya dari club basket di kampus juga bisa sampai kaya gini. Ya doain aja aku bisa sampai jadi atlet basket." Ucapnya sambil melihatku dan tersenyum. Senyumannya saat itu terasa sangat manis sekali saat melihatnya dan jantungku tiba-tiba merasa berdegup dengan sangat kencang.     

["Waduuuhhh.. kok aku jadi deg-degan gini sih? Udah-udah foku Ndra! Fokus! Jangan sampe salting di depan pacar sendiri!"] Gumamku dalam hati sambil terus melihat jalannya pertandingan basket yang saat itu terlihat sedang memanas dengan selisih skor yang terpaut satu digit.     

Suara sorak sorai dari dalam stadium terdengar sangat riuh dan sangat bising. Beberapa supporter juga membawa balon yang berbentuk panjang, mereka juga memukul-pukulkan balon tersebut agar memberikan semangat bagi pemain yang sedang bertanding. ada juga yang membawa sebuag terompet lapangan yang sangat kecang sekali jika di tiupkan apalagi orang yang meniupkan terompet itu berada di dekat kita. Terasa sakit di telinga hingga setiap ada orang yang meniupkan terompet aku harus menutupkan telingaku agar tidak terlalu sakit.     

Tak terasa waktu berjalan sangat cepat hari itu, dan pertandingan basket hari itu sudah selesai dengan kemenangan tim yang kak Azka dukung. Kami berjalan keluar stadium dan melihat beberapa aksesori dan merchandise basket yang di jual di depan stadium. Sambil menggandeng tanganku ia berjalan ke stand baju basket yang berjualan di sana.     

"Non, kamu mau ini nggak?" Tanyanya sambil menyodorkanku sehelai kaos dengan logo basket yang terkenal.     

"Kamu suka warna apa? Kalau mau aku ambilin buatmu, nanti kita kembaran." Ucapnya sekali lagi.     

"Uhmmm.. aku suka warna pink." Ucapku sambil menunjuk sebuah kaos yang berwarna baby pink. Aku sekilas melihat harga dari baju itu, dan membuatku terkejut bahwa satu baju itu seharga Rp 350.000 dan untuk baju ukurannya besar sebesar Rp 500.000. Aku terdiam dan hanya mengikutinya kemanapun ia berjalan di hall stadium saat itu.     

"Ko, ini uang kaosnya aku ganti." Ucapku sambil memberikan beberapa lembar uang untuk mengganti uangnya.     

"Nggak usah. Simpan aja uangmu. Emang aku mau belikan kok. Jadi kamu nggak usah kepikiran harganya mahal atau nggak. Aku emang dari tadi pengen bisa kembaran baju sama kamu. Oke? Yuk kita jalan lagi." Ucapnya sambil mengajakku ke parkiran dan menaiki mobil untuk pergi ke tempat lainnya lagi.     

Tak terasa hari berjalan sangat cepat, aku melihat ke jam tangan yang aku gunakan, sudah menunjukkan pukul tiga sore. Kami berhenti sebentar di depan supermarket untuk membeli minuman dan beristirahat sejenak di sana.     

"Non rasanya ini nggak nututi kalau kita juga ke gereja sekarang. Iya kalau nggak macet, kalau macet bisa sampai rumah jam lima atau jam enam." Ucapnya sambil memperhatikan jam di mobilnya.     

"Ya udah nggak apa. Minggu depan aja kita ke gereja bareng." Ucapku sambil meneguk sebotol air yang telah ia belikan untukku.     

Lalu kami memutuskan untuk pulang sore itu dan di sepanjang perjalanan menuju ke rumah, kamimulai bnayak bercerita tentang kehidupan kami dan cita-cita kami. Terkadang dia juga membuatku tertawa akan tingkah konyolnya serta celotehan-celotehan yang nggak jelas. Meskipun perjalan saat pulang kami mengalami macet di tengah jalan, namun kami tak merasakannya sebagai perjalan yang sangat lama karena kami menikmati di setiap moment selama perjalan.     

Tak terasa hubungan kami berlangsung selama dua minggu, tanggal 17 Juni tepat saat itu juga ia berulang tahun. Aku bersama mama membelikannya kue tart sebagai ucapan ulang tahun padanya. Lalu mama mengajaknya makan malam bersama di rumahku. Ia sangat menikmati dan menyukai saat aku memberikannya surprise. Malam itu juga ia meminta ijin pada mama untuk mengajakku malam malam di luar untuk merayakan ulang tahunnya bersama teman-temannya.     

"Ko, aku canggung banget malam ini." Bisikku pada kak Azka saat ia mengajakku makan malam di sebuah tempat makan di kota kami.     

"Nggak apa. Mereka sudah tahu semua kok kalau kita pacaran. Yah meskipun di sekolah aku masih nggak berani terbuka dengan hubungan kita tapi teman-temanku sudah tahu semua." Ucapnya sambil meyakinkanku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk melangkah masuk ke dalam tempat makan itu sambil ia menggandeng tanganku selama kami memasukinya     

Saat kami baru saja menginjakkan kaki ke dalam tempat makan itu, terdengar suara riuh teman-temannya yang menyorakinya. Beberapa temannya langsung menghampirinya dan menariknya ke tengah-tengah kerumumnan sambil sesekali menggodanya jika hari ini ia membawa pacar barunya. Aku sangat malu dan nggak percaya diri ketika di tengah teman-temannya yang sangat eksis dan tampak bak model. Namun dengan kepecayaan diri dari kak Azka yang langsung menarik tanganku untuk ikut begabung dengannya di tengah-tengah kerumunan, ia memperkenalkanku di hadapan teman-temannya saat itu. Beberapa anak yang lain terlihat snagat senang sambil menghisap sebatang rokok yang berada di tangannya. Beberapa yang lain meminta traktiran untuk makan di tempat makan itu dengan porsi yang banyak.     

Aku akui memang kak Azka ini dari keluarga yang cukup. Serta gaya hidupnay yang benar-benar sangat royal sekali dengan orang-orang terdekatnya. Tak lama kemudian ia memutuskan untuk kami semua duduk di kursi yang telah ia pesankan dan kami makan malam bersama sambil mengenal satu sama lain.     

Ketika kak Azka sedang ngobrol dengan beberapa teman laki-lakinya, aku melihat beberapa anak perempuan yang terlihat sangat dewasa dari padaku. Anak perempuan itu mendekatiku dan mencoba berbicara denganku.     

"Hallooo.. kenalan yukkk." Ucapnya sambil menyodorkan tangnnya padaku.     

"Haloo.. namaku Dyandra. Kamu?"     

"Namaku Grace. Kamu satu sekolah dengan ko Azka?" Tanyanya yang muali basa basi.     

"Iya aku satu sekolah dengan ko Azka. Kamu sekolah di mana?"     

"Aku masih SMP. Jadi aku panggil kamu cece aja ya? Biar keliahat sopan." Ucapnya sambil tersenyum kepadaku.     

"Hah? Yang benar kamu masih SMP?" Tanyaku yang tekejut mendengarnya.     

"Iya. Aku masih SMP. Aku lho baru umur 14 tahun. Hahahahaha... Kenapa?" Ucapnya sambil tersenyum kepadaku.     

"Enggak.. Kamu keliahatan tua aja. Kaya lebih dari umurku sih.. Hehehehehe.."     

"Waaahhh jadi muka ku boros banget ya? Hahahahahaha... Tapi emang sih aku lihat kamu pertama kali aku kira kamu seumuranku malah. Hahahahaha... Soalnya ko Azka memang punya banyak teman di SMP. Salah satunya temanku ini. Namanya Cindy." Ujarnya sambil mengenalkan anak perempuan lain yang duduk di sebelahnya.     

Aku sempat teringat dengan mimpiku yang pernah aku alami. Aku mengingat kembali mimpi itu dan mencoba mengingat anak perempuan yang bersama kak Azka di kantin waktu di dalam mimpi saat itu. Namun tak dapat aku ingat wajahnya, cuman sekilas anak ini sangat mirip sekali dengan anak yang ada di dalam mimpi. Aku terdiam sambil memperhatikan anak perempuan ini.     

"Halo ce.. salam kenal, namaku Cindy." Ucapnya sambil tersenyum melihat ke arahku.     

"Oh iya.. halo salam kenal juga... Kamu SMP mana?"     

"Aku sama ce kaya Grace. Ya di SMP Bhakti Negara." Ujarnya sambil terus tersenyum.     

["Kok Cindy ini mirip yang ada di mimpi y? Masa iya ko Azka sukanya sama anak-anak SMP?"] Gumamku dalam hati.     

Ternyata mimpikku menjadi kenyataan. Karena kepolosanku, aku tak menyadari kak Azka juga menyukai anak SMP yang saat itu berkenalan denganku. Sejak acara ulang tahunnya, kedua anak SMP ini terus menerus mencari perhatian kak Azka di depanku tanpa memperdulikan aku yang saat itu adalah pasangannya kak Azka.     

"Ko, kamu kenla sama kedua anak itu?" Bisikku pada kak Azka yang tengah duduk melihat beberapa temannya sedang bermain dan bernyanyi bersama di sana.     

"Ohhh.. aku kenal. Yang agak gendutan itu tetanggaku, lalu anak yang sebelahnya itu adiknya si Gerry. Itu lho yang namanya Gerry." Jelasnya sambil menunjukkan kepadaku temannya yang bernaman Gerry.     

"Kenapa? Kamu khawatir aku suka sama anak SMP itu? Hahahaha... Nggak lah non.. Jangan cemburu gitu. Hehehehe.." Ucapnya sambil merangkulku di depan teman-temannya.     

Lalu ia melihat ke arah jam tangan, terlihat di sana sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB.     

"Non, kamu mau pulang dulu ta? Sudah malam soal e. Nanti di cari'i mama papamu lagi." Bisiknya di telingaku karena suara yang sangat riuh di dalam rumah makan itu. Akhirnya saat itu juga kak Azka mengantarkanku pulang dan berpamitan dengan teman-temannya.     

Selama ia mengantarkanku pulang aku tak ada pikiran dan firasat apapun. Sampai tiba di rumah juga ia bersikap seperti biasa.     

"Ya sudah ini sudah nyampek. Kamu cepetan masuk gih. Sudah malam." Ucapnya dengan lembut.     

"Iya. Abis gini juga langsung masuk. Kamu langsung pulang ke rumah atau balik lagi ke tempat tadi?" Tanyaku.     

"Mungkin balik bentar ke tempat tadi. Belum bayar soalnya itu. Hehehehe.. Mau bayarin dulu lalu langsung pulang." Ungkapnya sambil menyalakan mesin mobilnya kembali.     

"Ya sudah. Hati-hati ya ko.. Byee.. Makasi juga buat malam ini.." Ucapku sambil melambaikan tangan melihat kepergiannya meninggalkan rumahku. Setelah ia sudah terlihat jauh, aku langsung masuk ke dalam rumah.     

Namun ketika baru saja aku menginjakkan kakiku ke dalam rumah, aku mendapatkan penglihatan jika kak Azka telah membohongiku. Aku melihat, benar memang kak Azka kembali ke rumah makan itu, namun di sana ia mulai mendekati Cindy anak SMP itu. Lalu ia juga mengantarkan pulang ke rumahnya. Apa yang aku lihat seperti nyata, seakan aku sedang menonton televisi yang menampilkan apa yang di lakukan oleh pacarku saat itu.     

Aku langsung masuk ke kamar dan menutup pintu kamarku dengan pelan-pelan. Aku dengan cepat mengganti bajuku lalu aku berdoa untuk meminta petunjuk dengan apa yang telah aku lihat barusan. Setelah aku berdoa, tak terasa hari sudah semakin larut, dan aku menjadi semakin mengantuk. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur cepat malam itu.     

[Tok-tok-tok-tok!!]     

Terdengar suara ketukanpintu dari depan kamarku.     

"Ndraa.. sudah pulang?" Suara mama memanggilku dari balik pintu.     

"Iya ma.." Aku bergegas turun dari tempat tidurku lalu membuka pintu kamarku.     

"Oh sudah pulang? Kok mama nggak dengar? Jam berapa kamu pulang?" Tanya mama yang langsung masuk ke kamar.     

"Barusan aja pulang. Tadi jam sembilan nyampe rumah." Jawabku sambil kembali ke tempat tidur dan menarik selimutku.     

"Abis makan apa tadi? Makan di mana?"     

"Makan di rumah makan baru yang di pinggir jalan itu lho ma. Yang ada cafenya juga. Tadi makan pasta aja aku di sana."     

"Ohh.. Enak? Kamu mau tidur sudahan?"     

"Biasa aja rasanya. Cuman tempatnya aja yang asik, ada live musiknya, ada cafenya.. Jadi buat anak nongkrong lebih asik aja sih di sana. Iya ini mau tidur. Andra tidur dulu ya ma.." Ucapku sambil merebahkan badanku.     

"Ya sudah kalau gitu. Byee.." Ucap mama sambil meninggalkan kamarku dan mematikan lampu kamar. Malam itu aku tertidur dengan pulas hingga tak terasa aku memperoleh jawaban dari doaku barusan melalui mimpiku saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.