The Eyes are Opened

Curiga (Part 03)



Curiga (Part 03)

0"Maaaaa... Andra pulanggg!!!" Teriakku ketika aku membuka pintu rumah. rumah terasa sangat sunyi tak ada orang di dalam yang menjawab sapaku sepulang sekolah. Aku berjalan memasuki rumah, lalu tak lupa menutup pintu rumah kembali.     

"Maaaaaa!!! Mamaaaa!!! Andra sudah pulang!!!" Teriakku sekali lagi sambil terus berjalan memasukki rumah hingga menelusuri sekeliling rumah.     

"Maaaaa... Mama dimana??" Teriakku sekali lagi sambil membuka tiap kamar di rumah dan tak kutemukan mama dimanapun.     

"Tumben mama pergi jam segini? Kok nggak kirim pesan juga ya? Kemana ya mama? Uhmmm.. udah lah.. aku mandi-mandi aja dulu sambil tunggu mama.." Ucapku sambil langsung masuk ke dalam kamar untuk menaruh tas sekolahku, lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.     

Setelah selesai mandi aku berjalan menuju kulkas untuk mengambil air minum dan terlihat ada sebuah pesan kecil di depan pintu kulkas yang tertempel dengan mainan magnet yang ada di kulkas.     

"Oh. Ada pesan dari mama di tempel di sini. Uhhmmm.."     

["Naakkk.. mama keluar sebentar sama tante Amel, mama mau jenguk orang gereja yang sedang di rawat di rumah sakit. Nanti kalau kamu makan ada makanan di kulkas tinggal kamu panasi lagi. Ada pisang goreng juga di meja makan. Hati-hati di rumah. Tutup pintu kalau nggak ada perlu dan kamu di kamar. Okeee? Byeee.."]     

"Oww... makanya kok aku pulang sekolah mama sudah nggak di rumah. Uhmm lihat ahh mama masak apa hari ini.." Ucapku sambil membuka kulkas.     

"Waahhhh... ada capjay sama mie goreng. Uhmm.. tapi aku masih kenang banget. Nanti aja ah aku makan pas malam. Balik kamar aja dulu." Ucapku sambil berjalan menuju ke kamar. Baru saja aku masuk ke kamar, aku mendengar ada suara sepeda motor yang berhenti di depan rumah. Aku yang penasaran langsung berlari menuruni tangga dan melihat dari jendela depan, siapa yang datang sore-sore ke rumahku.     

"Nonn!! Nooonnn!!! Kamu di rumah nggak?" Terdengar suara kak Azka dari depan pintu rumah. Aku terkejut mendengar suaranya yang benar-benar datang menemuiku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengehembuskannya sebelum aku membuka pintu rumah.     

[Ckelek!! Ngiiieeetttt!!!]     

"Nonnn!! Kenapa kamu tadi di sekolah?" Tanyanya saat aku baru saja membukakan pintu.     

"Uhmm.. masuk dulu aja ko.." Ucapku sambil mempersilahkan kak Azka masuk ke dalam rumah ku.     

"Mamamu mana kok sepi rumahnya?"     

"Iya mama lagi pergi ke rumah sakit. Njenguk orang gereja katanya." Ujarku sambil duduk di ruang tamu berhadapan dengannya. Aku yang saat itu tak tahu harus bersikap seperti apa di hadapannya ataupun berkata bagaimana dengannya hanya dapat terdiam di depannya dengan terus melihat matanya yang juga terus melihatku tanpa henti sedari tadi.     

"Kamu kenapa dari tadi di sekolah kok kayanya menghindariku terus?" Ucapnya dengan nada yang sangat pelan dan lembut, sambil mencoba meraih tanganku untuk di pegangnya.     

Aku melepaskan tanganku dari pegangannya, lalu memalingkan wajahku tak dapat melihatnya saat itu.     

"Enggak apa. Uhmm.. aku mau tanya sama kamu, tapi tolong di jawab jujur ya ko.."     

"Mau tanya apa?"     

"Apa hubunganmu sebenarnya dengan Grace dan Cindy?"     

Melihat ekspresinya yang sedikit terkejut dengan pertanyaanku, ia tak langsung menjawabnya beberapa saat dan tak lama kemudian ia menjawabku.     

"Yaahhh... Uhmm.. kalau Grace itu kan aku sudah pernah cerita, kalau dia anak dari tetanggaku, tetapi dia juga mantanku dulu waktu aku awal-awal SMA. Terus kalau Cindy ya adik dari temenku Gerry." Ucapnya yang terus mencoba meraih tanganku hingga akhirnya aku membiarkan dia memegang kedua tanganku. Terasa dari telapak tangannya yang basah karena keringat, aku membiarkannya karena aku tahu ia sangat takut dengan pertanyaanku yang selanjutnya. Aku juga tahu kamu menyembunyikan sesuatu dari aku sampai tanganmu terus berkeringat sejak tadi.     

["Kamu sudah nggak jujur pertama."] Gumamku dalam hati sambil terus menatapnya dengan tatapan yang dingin.     

"Lalu, apa yang terjadi tadi waktu jam istirahat ko? Kok temen-temenku bilang ada yang nembak anak SMP. Aku juga lihat kamu dari gedung SMP. Emang siapa yang nembak?" Tanyaku sekali lagi.     

"Ohh.. itu tadi Boy yang mau nembak, tapi dee malu-malu. T*l*l kok emang e Boy itu. Hahahahaha.. Padahal aku sudah bantu buat deketin sama cewek e tapi malah kabur. Hahahaha.." Ucapnya sambil tertawa, namun aku melihat ia tertawa untuk berusaha mencairkan suasana saat itu.     

"Udah kan nik? Kamu masih marah ta?" Ucapnya sambil beranjak dari tempat duduknya dan merangkulku di sebelahku. Aku meraih ponselku yang ada di depanku dan membuka galeri foto sambil melihatkannya kepada kak Azka.     

"Ini. Tolong jelaskan ini apa ko." Ucapku dengan nada dingin padanya dan tak peduli dengan apa yang ia lakukan padaku saat itu. Ia terlihat tak dapat berkata apapun padaku. Seakan ia ketahuan basah telah berselingkuh di belakangku. Raut wajahnya seketika berubah menjadi memelas dan ia memelukku dengan sangat erat seakan ia tahu jika apa yang ia lakukan itu salah. Aku hanya terdiam dalam pelukannya dan tak berkata apapun hingga ia menjawab pertanyaanku saat itu.     

"Maaf ya nik.. Aku bener-bener maaf masalah foto itu. Aku nggak ada apa-apa sama Cindy. Beneran kok. Tadi aku pas mau makan di warung ayam, terus ketemu Cindy juga di sana, akhirnya dia minta makan bareng. Kita nggak ada apa-apa kok. Beneran nik. Kamu jangan percaya sama foto itu. Siapa sih yang kasih tahu kamu foto itu?" Ucapnya yang terus menutupi apa yang sudah ia lakukan dan terus mengalihkan pembicaraan kami sore itu.     

"Sudah lah ko.. Nggak usah berbelit sampe kaya gitu. Kamu akui aja kenapa? Lagi pula ak juga sudah tahu kok kalau kamu ada main di belakangku. Ya kan?" Ucapku ketus pada kak Azka.     

"Nggak lho nik.. Aku nggak kaya gitu. Beneran. Maaf ya nikk.. Maaf.." Ucapnya terus ambil memelukku dengan nada yang melembut. Mendengarnya seperti itu aku merasa tak tega dan akhirnya aku memutuskan untuk memaafkannya.     

"Ya sudah aku maafin. Tapi beneran lho ko. Kamu nggak main belakang sama aku kan?"     

"Nggak nik. Aku nggak berani main belakang kaya gitu. Maafin aku yaaa.."     

"Ya. Terus kamu mau ngapain sekarang?" Ucapku yang masih dengan nada dingin padanya.     

"Ya nggak ngapa-ngapain. Cuman mau main ke sini. Boleh kan? Nggak apa kan?"     

"Iya nggak apa. Tapi jangan lama-lama. Soalnya mama nggak ada. Nggak enak sama tetangga nanti kalau ada yang tahu." Ucapku sambil melihat ke sekitar rumah. Aku tahu jika sore itu nggak ada orang ataupun tetangga yang keluar dari rumahnya, tetapi terkadanga mata mereka seperti CCTV yang memata-matai tetangga 24 jam dari dalam rumah mereka, tahu-tahu banyak terdengar gosip yang beredar di luar sana yang belum tentu benar adanya.     

"Iyyaaa.. Nggak lama kok, nanti jam lima aku jug abakalan balik. Ada les di rumahnya pak Eko." Ucapnya sambil terus memelukku.     

"Lho tumben kamu ikut les ko?"     

"Iya nilai matku jeblok. Kan bentar lagi mau UNAS. Jadi mau nggak mau aku les dulu. Biar nanti Try Out juga nggak jelek-jelek banget. Hehehehe..." Ucapnya sambil tersenyum melihatku yang sudah nggak marah lagi padanya.     

"Ow iya deh.. Emang kapan mau ujiannya? Perasaan kan masih lama."     

"Ya kan bentar lagi. Nanti pertengahan tahun katanya. Nggak tahu kalau maju ataupun mundur. Makanya aku sama anak-anak lainnya mau les di pak Eko."     

"Emang sama sapa aja?" Tanyaku.     

"Ya sama Boy, Hendra, Angga, Dimas, Hana, Celine, Doni. Ya banyak nik. Kamu kok nggak les di pak Eko aja? Enak lho kalau les mat di pak Eko. Kamu bener-bener di bimbing sampe bisa. Terus soal-soal yangdi sekolah kamu nggak ngerti itu di ulang lagi di tempat les sampe kamu ngerti." Ucapnya sambil melihatku.     

"Iya.. Tapi aku kan sudah terlanjur les di cik Shinta. Nggak enak lah tiba-tiba keluar terus pindah. Lagian aku nggak tahu teman-temanku yang ikut les di pak Eko ada nggaknya." Ucapku sambil melihat ke bawah.     

"Ada banyak kok yang les di sana. Aku pernah lihat temanmu yang kemarin di perpus itu lho. Sapa sih?"     

"Uhmm.. Jessica?     

"Bukan. Satunya."     

"Ohhh.. Linda."     

"Iya. Linda itu les di pak Eko. Ada Darren, Adit, Noel, ada banyak kok nik yang les di sana. Sekitar 20an anak yang kelas 10 les di pak Eko. Kamu coba aja tanya-tanya mereka bisa gabung apa sudah full." Terangnya padaku.     

Sore itu meskipun hanya sebentak kak Azka ia menemaniku dan menunjukkan jika ia benar-benar minta maaf kepadaku. Di saat yang bersamaan aku merasa bersalah padanya, apakah aku terlalu berlebihan padanya sikapku tadi, atau aku telah melakukan hal yang benar?.     

Kami menikmati waktu berkualitas kami saat itu meskipun hanya sebentar saja. Hubungan kami juga berjalan kembali seperti biasa dan kami mengobrol banyak hal setelah itu. Hingga tak terasa jam telah berjalan dengan sangat cepat hingga tak terasa waktu telah menujukkan pukul setengah lima sore. Kak Azka yang melihat jam dinding dengan segera menagmbil tasnya yang ia taruh di kursi sofa depanku.     

"Non.. Aku pergi dulu ya.. Mau langsung pergi les." Ucapnya sambil memakai jaket dan menggendong tasnya di punggung.     

"Iya. Hati-hati ya ko.." Ucapku sambil beranjak bangkit dari tempat dudukku.     

"Iya. Makasi ya.. Ow ya, kamu beneran nggak apa ta sendirian di rumah?" Tanyanya yang sedikit khawatir padaku yang sendirian di rumah.     

"Iya nggak apak kok. Sudah biasa sendirian dirumah. Lagi pula mungkin bentar lagi mamaku datang pulang. Nggak mungkin mama pergi di siang-siang gini sampe papa pulang. Mesti pulang sebelum papa ya pulang kerja." Ucapku sambil mengantarkan kak Azka hingga ke depan gerbang rumah.     

"Yakin ya? Nggak apa di rumah sendirian?"     

"Iya ko.. Nggak apa kok. Sudah sana cepetan berangkat sebelum telat lho lesnya." Ucapku sambil tersenyum melihatnya.     

"Iya. Ya sudah aku balik dulu ya.. Nanti kalau ada apa-apa kamu kirim pesan aja sama aku. Nggak apa kok. Nti aku bakal kesini kalau sudah pulang les."     

"Emang kamu pulang lesnya jam berapa? Pasti malam. Hahahaha.. Ya sudah cepetan sana nanti telat lho!"     

"Iya.. Ya sudah.. bye non.. Berangkat dulu yaa..." Ucapnya sambil menyalakan sepeda motornya dan meninggalkan rumahku dengan kecepatan tinggi agar ia tak terlambat menuju rumah pak Eko yang terletak sangat jauh dari rumahku. Akhirnya sore itu aku kembali sendirian di rumah, aku langsung menutup pintu rumah dan langsung masuk ke dalam kamar sambil menunggu mama pulang ke rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.