The Eyes are Opened

Awal Teror (Part 05)



Awal Teror (Part 05)

0Hari belum juga terlalu siang, namun sinar matahari memancarkan sinarnya dengan sangat terik seakan telah lewat jam dua belas siang. Beberapa anak ada yang tetap berada di dalam kelas meskipun saat itu sedang jam istirahat, mereka memilih untuk berada di kelas sambil bermain ponsel maupun mengobrol dengan yang lainnya. Termasuk aku yang sedang asik membaca buku komik yang aku bawa dari rumah. Di tengah-tengah riuhnya suasana kelas serta tak ada tanda-tanda teror kesurupan seperti kemarin, terdapat satu arwah gentayangan perempuan yang menghampiriku. Ia mengenakan pakaian sama seperti ku. Iya. Arwah itu mengenakan pakaian seragam putih abu-abu yang terlihat telah kusam dan baju yang sudah kekecilan. Rambutnya panjang sebahu dengan paras yang cantik. Ia menghampiriku dan duduk di atas mejaku. Awalnya aku tak tahu jika dia sudah meninggal. Aku membiarkannya duduk di atas mejaku asalkan dia tak menggangguku saat membaca komik. Namun ketika ia menaruh tangannya di atas meja dan mulai menyapaku, yang pertama kali aku lihat adalah tangannya. Tangannya yang sangat pucat dan setiap kukunya yang membiru membuatku menjadi penasaran dengan siapa yang duduk di atas mejaku.     

Aku mengangkat kepalaku dan melihat ada sebuah wajah perempuan yang menatapku sangat dekat hingga terasa hampir tak ada celah sedikitpun di antara kami. Aku terkejut saat melihatnya, namun aku berusaha untuk tetap tak membuat anak lain memperhatikanku. Aku langsung memundurkan bangku ku dan mencoba menarik nafas sedalam mungkin sebelum bersikap seperti tak ada apapun di depanku. Arwah perempuan itu terus menatapku dan tersenyum dengan senyum manis simpul pada raut wajahnya, aku menutup sebagian wajahku dengan komik yang masih ku pegang dan melihat nama di bet seragam yang ia kenakan. Namanya Siska, aku tak tahu kenapa ia terus berusaha untuk mencari perhatianku. Namun aku tetap diam tak berucap satu katapun.     

["Heeeiii.. aku tahu kamu bisa lihat aku kan?? Ayo kita ngobrol.. aku bosan banget pengen ngobrol cuman kamu yang bisa lihat aku.."] Ucapnya yang tak henti memperhatikanku. Tetapi lagi-lagi aku berpura-pura tak memperdulikannya. Aku berpura-pura membaca komik dan tak mendengarnya.     

Arwah ini terus menggangguku dan ia tak henti-hentinyya untuk mengajakku berbicara, hingga akhirnya ia tahu apa yang ku khawatirkan. Ia bercerita tentang apa yang tak tahu di dunia manusia, jika hantu jahat yang tinggal di kelas ini ingin membuat semua anak di kelas ini merasakan kerasukan yang amat sangat hebat. Nggak. Bukanhanya kelas ini saja, melainkan seluruh sekolah. Mendengar ceritanya aku terdiam dan berhenti membaca buku komikku, aku teringat dengan pesan yang di sampaikan tante Hetty kemarin jika akan teror kerasukan di sekolahku dan itu aku dengar juga dari arwah ini sebagai pembuktiannya. Aku mengambil buku tulis yang ada di hadapanku dan membuka halaman terakhir. Aku menulisa di sana untuk berkomunikasi dengan arwah itu tanpa ada yang tahu jika aku berkomunikasi dengan seorang hantu. Ia tampak tersenyum melihatku yang akhrinya mau berkomunikasi dengannya, dan terus bersikpa menempel padaku seperti anak kecil yang mendapatkan apa yang di minta. Namun belum juga aku menulisa apa-apa, arwah itu langsung pergi bak di terpa angin. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri tetap tak melihatnya, tetapi aku melihat Reina yang telah datang di saat jam istirahat yang tinggal beberapa menit lagi berbunyi.     

"Lho Re, kok baru masuk kamu? Telat e sampe siang gini e.." Ucap Leni yang sedang duduk di bangku milik Michael yang ada di dekat pintu.     

"Kenapa emang e kalau aku datang telat? Mau mbok laporno guru ta? Nek nggak ngerti apa-apa wes meneng o ae!" Ucapnya dengangeram sambil terus berjalan ke bangkunya. Di saat yang bersamaan semua anak yang mendengarkannya langsung mencibirnya dari belakang seakan apa yang di lakukan Reina sangat tak pantas.     

"Hei Re! Leni itu tanya baik-baik! Kok kamu jawabnya kaya gitu sih?!" Ucap Pricil yang langsung melabrak Reina sebelum sempat ia duduk di bangkunya. Reina membalikkan badannya dengan wajah yang marah. Ia memandangi Pricil yang lebih pendek darinya dengan tatapan yang sangat tajam.     

"Apa sih? Nggak dengar ta aku tadi bilang? Kok orang suka ngurusi hidup orang lain aja! Mau apa terusan kalau aku telat sampe jam segini hah? Kenapa emang e?? Orang kok kepo!!" Ucapnya sambil membanting tasnya di atas meja. Semua anak seketika terdiam tak ada yang berani berucap satu katapun, namun ternyata ucapan Reina saat itu tak membuat Pricil terdiam. Ia tetap menghampiri Reina ke mejanya dengan nada yang ikut marah-marah.     

"Hei Re!! Aku ini tanya baik-baik kok kamu malah kaya gitu sih? Bisa kan kamu jawab dengan enak? Kok nggak sopan banget. Sok jago lagi. Siapa kamu itu di sini? Nggak usah natap kaya gitu! Orang yang mau ngomong enak jadinya marah kan?!" Ucap Pricil yang terus emosi pada Reina namun ia tak memperhatikan situasi dan kondisi Reina yang tak menyukainya.     

[Bruaakkkk!!!!]     

"Heh c*k!!! Kamu mau cari masalah ambek aku ta? Ayo sini kalau mau gegeran! Ayo gak usah ndek kelas, ke lapangan aja!! Orang baru dateng kok malah cari masalah. Bisa nggak se diam aja kalau tahu ada orang telat! Bang**t ancene kon iku c*k!!!"     

Melihat Reina yang seketika emosinya memuncak, beberapa anak laki-laki yang sedang memperhatikan dua anak perempuan ini langsung melerainya. Pricil yang langsung di bawa mundur sama Leni dan Stefie, sedangkan Reina di tahan oleh Adit dan Noel.     

"Ehhh.. eehhh.. sudah Re.. jangan emosi.. Sudah.. sudahhh... Cil keluar o cill!!" Ucap Adit yang berusaha melerai mereka berdua.     

"Apa sih ini!! Lepasin gue nggak!! Ngapain gue pake di tahan-tahan kaya gini?! Lu kira gue bakalan ngehajar cewek kaya gitu? Kagak!! Gue tahu diri!! Lepas!! Jagain tuh mulut comberan! Mulut sama otak kok nggak bisa di pakai. Padahal sudah SMA sekolah swasta lagi!!" Ucapnya dengan geram sambil melepaskan tangannya dari Noel yang sedari tadi menahannya, lalu kembali duduk ke bangkunya.     

"Sori-sori Re, kita nggak mau lu sampe mukul dia." Ucap Noel yang meminta maaf kepada Reina, namun Reina tak mendengarkan ucapan Noel dan langsung mengeluarkan buku pelajaran bahasa Inggris yang sebentar lagi akan mulai. Di saat yang bersamaan, aku melihat Nyai penjaga Reina saat itu juga terlihat geram dan terus memandang ke arah depan kelas. Aku yang melihatnya langsung melihat ke arah depan kelas dan seketika itu juga aku terkejut sampai membuat teman Bayu yang ada di depanku ikut terkejut dan menoleh ke arahku.     

"Kenapa Ndra? Kok kamu kaya gitu? Emang ada apa?" Tanya Bayu.     

"Sori-sori Yu.. Nggak ada apa-apa kok. Cuman kaget aku kira ada yang merambat i kaki ku tetapi ternyata rambutku yang rontok. Hehehehe.. Sori yaaa.." Ucapku pada Bayu.     

"ya elahhh kirain ada apa'an Ndra.. Ndra.. Jangan bikin suasana tambah nggak-nggak deh." Ucapnya dengan nada yang dingin.     

"Soriii Yuuu.." Ucapku meminta maaf.     

["I-itu bukannya makhluk halus yang kemarin ya?"] Gumamku sambil menutupi sebagaian wajahku dengan buku agar tak terlihat aku dapat melihatnya, karena sebagian makhluk halus di sekolah ini sangat tertarik banget sama orang yang dapat melihat kehadirannya. Seperti hantu perempuan tadi yang menghampiriku.     

Makhluk itu terlihat menempel di dinding depan kelas dengan posisi merayap dengan kepala di bawah. rambutnya terurai sangat panjang hingga menyentuh lantai kelas. Terdengar ia menggeram saat melihat Reina yang terus menatapnya. Tak lama makhluk itu memutar kepalanya 180 derajat. D     

[Kretek-kretek-kretek-kreeetteeekk]     

Terdengar seperti suara tulang yang patah bersamaan ketika makhluk itu memutarkan kepalanya 180 derajat. Aku yang melihatnya dari balik buku komikku seketika tercengang dan ngilu mendengar suara itu. Aku langsung menaruh buku komikku dan bergegas mengambil buku bahasa Inggris dan dengan cepat aku berlari ke depan sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi.     

"Lho Ndra kamu sudah mau ke lab ta?" Tanya Linda yang melihatku berlari ke luar kelas.     

"Iya Lind. Mau cari tempat duduk duluan biar nggak dapet di depan hahahaha.." Ucapku yang masih berdiri di depan kelas di dekat meja Nia.     

"Ikut dong kalau gitu. Aku ya males banget kalau kedapetan tempat duduk paling depan. Nggak bisa ngapa-ngapain." Ucapnya yang langsung lari menghampiriku. Seketika itu juga terdengar bel pergantian kelas saat aku dan Linda baru saja keluar kelas. Anak-anak yang mendengarnya langsung berlarian keluar kelas.     

"Ayo Ndra sebeelum di dului sama tiga serangkai." Ucap Linda yang menarik tanganku menaiki tangga di dekat kelas. Aku langsung berlari menaiki anak tangga yang berada di hadapanku. Saat aku berlari menaiki anak tangga tersebut aku merasakan hawa yang sanagt berbeda dengan yang sebelumnya, dan bercamour dengan hawa manusia. Saat itu aku tak menghiraukan dan terus naik ke lantai dua. Benar saja, ketika aku sudah sampai di lantai dua, hampir saja aku di kejutkan dengan penampakan hantu perempuan yang menemuiku tadi di kelas. Ia duduk di atas tembok pembatas lantai dua dekat pintu gerbang lorong. Sambil menyilangkan kakinya dan tersenyum kepadaku. Aku yang berusaha untuk bersikap seperti biasa saja karena saat itu mulai banyak anak yang juga naik ke lantai dua. Ia menunggu hingga aku berjalan memasuki lorong sambil duduk di atas tembok pembatas dan beberapa kali mencoba menggodaku dengan berbicara kepadaku.     

["Heeiii cantikkkk.. beneran kan apa kataku?"] Ucapnya saat menggodaku saat aku tengah berjalan menuju ke lorong masuk ke dalam lab inggris. Aku hanya terdiam dan sesekali meliriknya. Aku berusaha untuk tidak menanggapinya sama sekali dan terus berjalan di samping Linda.     

"Kenapa Ndra?" Tanya Linda.     

"Ahhh.. nggak apa kok Lin. cuman lihat di luar itu langitnya lagi bagus." Ucapku yang mengalihkan pembicaraan agar aku tak ada waktu untuk menanggapi hantu perempuan itu dan terus masuk hingga ke dalam lab inggris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.