The Eyes are Opened

Akhir dari Sebuah Hubungan



Akhir dari Sebuah Hubungan

3"Andraaaa!!!! Ndraaaa!! Andraaaa!!!" Terdengar suara teriakan Karin yang memanggilku dari jauh saat sepulang dari ibadah. Aku yang saat itu sedang menunggu papa menjemputku langsung menoleh ke belakang dan melihat Karin berlarian dari dalam gereja menemuiku.     

"Kamu mau kemana?" Tanyanya ketika ia sudah berada di hadapanku.     

"Ya pulang lahh.. Mau kemana lagi emang e? Sudah malam juga ini." Ucapku sambil sesekali melihat ke arah jalan raya memastikan papa belum datang menjemputku.     

"Kamu nggak mau ikut kami ta? Kami mau makan-makan di depot Terang itu lho. Ko Azka ya ikut lho."     

Aku yang mendengarkan ucapan Karin sedikit terkejut, karena belakangan ini kak Azka tak pernah bercerita apapun kepadaku. Apalagi hal seperti ini, ia tak ada bicara sama sekali. Saat itu aku cuman berpikir positif jika ia ikut dengan teman-teman gereja karena juga mendadak di ajak sehingga tak sempat memberi tahuku.     

"Hah? Ow iya ta? Uhmm.. emang sama siapa aja Rin yang ikut?" Tanyaku.     

"Ya yang pasti ada aku, ko Andrew, Dave, ko Azka, Timoti, Rangga, Angel, Grace, Cindy sama ko Gerry." Ungkapnya yang menyebut nama satu persatu anak ayng ikut makan malam bersama saat itu.     

"Kamu mau ikut nggak? Kamu belum di jemput kan ini? Cepetan telepon papamu kalau kamu mau ikut. Aku nggak ada temen e lho Ndra.. Masa iya sama anak-anak kecil tok.." Ucap Karin yang berusaha untuk membujukku.     

"Nggak Rin. Aku pulang aja. Lagi pula aku nggak bawa uang lebih hari ini. Nanti juga papaku nyampe ke sini kasian dong aku suruh pulang lagi." Ucapku pada Karin dengan tegas untuk tetap tak ikut makan malam saat itu.     

Dengan muka yang memelas, Karin berjalan masuk ke dalam gereja sambil mengucapkan selamat tinggal padaku yang masih menunggu jemputan datang.     

"Ya sudah deh Ndra kalau kamu nggak ikut. Hati-hati ya pulangnya. Byeee.."     

"Iya. Byeee.." Ucapku sambil mengantar Karin di depan pintu masuk gereja, dan di saat itu aku melihat kak Azka sedang bercanda bersama Grace dan Cindy. Terlihat sekilas raut wajah Cindy tersipu malu saat kak Azka mencoba menggodanya.     

"Woi ko! Kamu ini gimana sih?" Teriak Karin pada Azka setelah meninggalkanku di depan gereja. Dengan suaranya yang sangat lantang dan menggema di dalam gereja sampai terdengar olehku yang ada di depan.     

"Apa Rin? Kaget aku sampe'an. Tiba-tiba manggil aku pake teriak gitu. Ya apa ini nyo..nyo bojomu kok bar-bar seh.. Hahahahaha.."     

"Kenapa beb?" Tanya kak Andrew yang mendekati Karin saat ia berjalan ke arah kak Azka.     

"Eh, beb ya apa ini temanmu. Ada pacar e di depan kok malah guyonan sama cewek lain sih! Apalagi kita mau makan-makan aja Dyandra nggak tahu dan ko Azka juga nggak ada niatan ngajak Malah ngajak cewe lain. Nggak bener ancen e temenmu beb.. beb..." Ucap Karin sambil mengomel di depan Azka yang masih saja sibuk bercanda dengan anak-anak SMP itu.     

Setelah mendengarkan ucapan Karin. Kak Andrew langsung mendekati Azka dan memberi nasihat kepadanya. Benar saja Azka terkejut mendengar apa yang di ceritakan Karin barusan dan ia langsung berlari menuju depan gereja dan berharap aku belum di jemput pulang saat itu. Tepat sekali saat kak Azka keluar dari pintu gereja, ia melihatku yang masih duduk di depan pos satpam sambil menunggu papa menjemput. Ia berlari lagi menghampiriku disusul dengan kak Andrew dan Karin.     

"Niiikkk!!" Teriak kak Azka yang mendekatiku.     

"Kamu ngain di sini? Kok nggak bilang kalau belum di jemput?" Tanyanya.     

"Ah, iya nggak tahu papa lama datangnya. Udah dari tadi juga. Kenapa ko?"     

"Nggak apa. Uhmm.. kamu mau ikut makan malam ta? Aku sama anak-anak yang lain mau makan malam di depot Terang situ lho. Nti pulang e tak anterin."     

"Weesss ta la ko...ko... nggak usah di tanyain lagi. Ajaken aja langsung. Ojok sampe kamu mbelain siiii.." Ucapan Karin terhenti ketika kak Azka melihatnya dengan tatapan yang tajam.     

"Wesss Rin... wess... ojok bikin hubungan orang lain bertengkar deh.. Aku ini baru saja dua minggu baikan sama Dyandra. Jangan buat kita bertengkar lagi." Ucapnya dengan nada tegas pada Karin. Melihatnya yang seperti itu nampak kak Azka masih saja menyembunyikan sesuatu di belakangku tanpa aku mengetahuinya sedikitpun. Sangat rapi rahasianya tersembunyi sampai tak dapat di sela sedikitpun.     

"Udah beb, kita masuk aja dulu. Biar mereka yang bicara berdua." Ajak kak Andrew pada Karin untuk masuk ke dalam gereja dan Karin melambaikan tangannya kepadaku sebagai tanda perpisahan kami saat itu.     

"Ya gimana ikut yuk." Ajak kak Azka padaku, namun ketika terkahir kalinya kak Azka mengajakku, tiba-tiba papa datang menjemputku dengan sepeda motor.     

"Uhmm.. aku nggak ikut ko. Maaf ya.. Itu papa sudah datang. Kasian nanti kalau papa di suruh balik lagi. Bye ko.." Ucapku berlalu sambil meninggalkan kak Azka yang masih menungguku di depan gerbang. Setelah aku pergi meninggalkan gereja, kak Azka langsung berlari masuk ke dalam gereja kembali menghampiri Karin dan kak Andrew yang menunggunya di depan pintu masuk.     

"Gimana Ka? Kok pulang Dyandra e?" Tanya kak Andrew pada kak Azka.     

"Iya. Lagian dia juga bener-bener nggak mau ikut. Nggak biasanya Dyandra kaya gini."     

"Itu gara-gara kamu ko.. Nggak ngajak duluan Dyandra e.. Malah ngajak anak SMP. Sapamu seh ko itu? Ojok-ojok selingkuhanmu ya ko!" Ucap Karin yang spontan kepada kak Azka.     

"Ssttt!! Jangan keras-keras kalau ngomong kamu Rin! Ngawur ae. Apalagi ngomong kaya gitu di depan e Dyandra kaya tadi."     

"Lho berarti beneran ta selingkuhanmu? Kok sampe kamu kaya gini? Sampe Dyandra aja nggak boleh tahu." Ucap Karin yang mulai curiga dengan kak Azka.     

"Udah lah. Yuk berangkat sekarang aja. Aku sudah laper ini. Aku langsung ke depot e ya Ndrew. Kamu kabari anak-anak yang di dalem." Ujar Azka sambil berjalan menuju sepeda motornya dan langsung keluar gereja.     

Karin dan Andrew yang mengetahui kebenaran itu menjadi saling bertatapan dan tak dapat melakukan apapun saat itu. Apalagi Karin yang menjadi semakin bersalah dengan telah menjodohkan temannya kepada kak Azka. Memang kak Azka itu orang yang sangat baik dan supel sama semua orang, tetapi ia memiliki sifat buruk yang suka sekali seligkuh sana sini dengan perempuan yang cantik.     

"Udah beb, kamu jangan sampai cerita hal ini ke Dyandra lho ya. Kalau kamu tahu pun nanti aja di waktu yang tepat kamu cerita. Sekarang kamu tunggu di sini aku panggilin anak-anak yang lain supaya cepat ke depot Terang." Ucap kak Andrew sambil berjalan menuju anak-anak yang lainnya.     

Karin termenung di sudut gereja mengetahui apa yang terjadi dalam hubunganku dengan kak Azka saat itu. Ia merasa bersalah namun ia tak dapat melakukan apapun, ia hanya berdiam diri sambil meunggu kak Andrew memanggil anak-anak yang lainnya untuk berangkat menuju depot Terang yang terletak tak jauh dari gereja. Kami bersama-sama berangkat menggunakan sepeda motor dan saling berboncengan hingga tiba di depot yang di tuju.     

Di sisi lain, saat aku pulang bersama dengan papa hingga tiba di rumah, papa ternyata memperhatikanku selama di perjalanan pulang. Lalu papa menghampiriku setelah memasukkan sepeda motor kedalam garasi rumah.     

"Ndra, kamu kenapa kok dari tadi diem terus?" Tanya papa saat mama menghampirinya di depanku.     

"Ah, nggak apa kok pa. Andra masuk ke kamar dulu ya.." Ucapku sambil berjalan melewati mama dan papa di ruang TV.     

"Andra kenapa pa?" Tanya mama.     

"Nggak tahu. Waktu papa jemput ada si Azka, lalu selama perjalanan kaya gitu mukanya." Ucap papa pada mama.     

"Apa mereka habis bertengkar?"     

"Nggak tahu juga. Andra nggak cerita apapun soalnya. Coba kamu tanyain anakmu kenapa. Pasti ini juga karena si Azka itu. Padahal dulu papa sudah nggak setuju sama Azka, papa sudah ngerasa kalau si Azka ini bukan anak baik-baik." Ucap papa lalu masuk ke dalam kamar. Sedangkan mama berjalan menaiki tangga dan menghampiriku.     

[Tok-tok-tok-tok]     

"Ndraaa.. mama masuk yaa.." Terdengar suara mama dari balik pintu sambil membuka pintu kamarku. Aku yang baru saja pulang dari gereja malam itu langsung berbaring di tempat tidur dan belum mengganti pakaianku dengan pakaian tidur. Aku hanya terdiam saat mama masuk ke dalam kamar dan hanya melamun ke arah langit-langit.     

"Ndraaa.. kamu kenapa nak.. Ada yang mau kamu ceritakan ke mama?" Tanya mama dengan lembut dan tak memaksaku untuk bercerita. Aku masih terdiam dan di kepalaku terasa sesak hingga tak tahu bagaimana menghadapinya, akhirnya aku memutuskan untuk berani bercerita di depan mama apa yang terjadi padaku belakangan ini.     

"Ma, misal ya.. ini misalkan mama masih pacaran sama papa dan mama tahu kalau papa selingkuh di belakang mama tetapi papa tetap saja menyembunyikan kenyataan itu dari mama hingga saat ini. Bahkan mama juga sudah memaafkan papa sebelumnya, tetapi masih aja di ulangi lagi. Apalagi semua teman-teman mama dan papa tahu kalau papa selingkuh tetapi nggak ada yang memberi tahu mama sama sekali. Apa yang mama lakukan?" Tanyaku dengan harap mama dapat menjawab sesuai apa yang aku inginkan malam itu.     

"Uhmmm.. Kalau kasusnya kaya gitu, ya awalnya mama masih bersabar, lalu mama akan cari celah dan informasi tentang hubungan papamu dengan selingkuhannya. Hingga benar-benar terbukti. Lalu dengan tegas mama akan mengakhiri hubungan itu, meskipun papamu masih nggak rela untuk meninggalkan mama saat itu juga."     

"Lah kalau mama sebenarnya sudah punya bukti yang kuat, sudah mama bicarakan sama papa, tetapi papa tetap menyangkalnya dan merahasiakan hubungan itu dari mama gimana? Apa yang mama lakukan?" Tanyaku sekali lagi.     

"Ya.. tetap. Mama bakalan mengakhiri hubungan itu. Meskipun sangat sakit kenyataannya tapi itu yang terbaik buat mama. Berati papa itu bukan jodoh yang baik buat mama dan mama percaya ada pria yang lebih baik buat mama yang sedang menunggu mama di masa depan."     

"Ohh.. gitu ya ma.. Tapi sekarang Andra nggak ada keberanian buat bilang putus sama ko Azka. Andra takut sakit hati."     

"Naakk.. dimanapun namanya kita memiliki hubungan dengan seseorang itu pasti ada perjumpaan dan ada perpisahan. Baik itu dari keluargamu, orang di sekitarmu dan bahkan teman-temanmu. Jadi perpisahan itu hal yang wajar bakalan terjadi pada siapapun. Mau nggak mau kamu harus mengakuinya dan menghadapinya. Jika nggak bisa menghadapinya maka kamu akan terus tenggelam di masa lalu tanpa dapat bangkit dan berubah. Maka kesempatanmu untuk bertemu dengan orang-orang baru yang mungkin dapat saling membangun akan semakin jauh dan bisa saja akan hilang. Jadi.. nggak usah khawatir ya sayang.. Kalau memang Azka itu jodohmu, pasti dia tak akan melakukan hal itu. Tetapi kalau dia bukan jodohmu. Pasti nanti akan ada yang lebih baik dari Azka. Dengerin kata-kata mama ini ya nak.. Ya sudah kamu tidur dulu ya. Sudah malam. Besok bangun pagi kita jalan-jalan bareng ya.." Ucap mama yang sedari tadi berusaha menghiburku agar aku dapat menerima apapun yang terjadi saat ini.     

Akhirnya malam itu aku tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan kak Azka ataupun menunggu pesannya masuk hingga esok hari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.