The Eyes are Opened

Hanya Anganku Saja



Hanya Anganku Saja

0Pukul 21.30 WIB     

Hari semakin larut, udara malam semakin dingin dan hampir membuatku menggigil. Aku yang saat itu tak membawa jaket menahan dinginnya malam dengan melipat tangan dengan erat agar dapat megurangi dinginnya malam itu. Aku terdiam duduk di sebelahnya sambil melihat ke arah jalan raya berharap mamaku datang menjemputku. Beberapa kali aku menelepon mama namun tak ada satupun yang terjawab. Rasa khawatir dan gelisah mulai menghampiriku karena mama tak kunjung datang ataupun menjawab teleponku. HIngga akhirnya kak Andrew menawarkan dirinya untuk mengantarkanku pulang.     

"Uhm.. Ndra, gimana mamamu bisa dihubungi? Apa mau aku antarkan pulang ta dari pada kamu harus nunggu lama?" Tanyanya padaku.     

"Uhmm.. aku tunggu dulu aja lagi kak, mungkin sebentar lagi mama nyampe. Mungkin juga tadi lagi nyetir jadi nggak bisa angkat." Ucapku.     

"Oke deh.. Aku temenin yaa.."     

"Makasi ya kak.."     

["Drrrrttt-drrrttt-drrrttt~"]     

Suara ponselku bunyi bergetar, aku melihat mama meneleponku malam itu. Aku segera bangkit dari duduk dan melihat ke sekeliling untuk memastikan mama sudah ada di dekat sekolahan, namun tak kunjung aku melihat satu mobilpun yang menghampiri sekolah hingga suara mama dari balik sana terdengar.     

["Naakk.. maaf mama baru bisa telepon kamu. Ini mama sama papa abis antar mobil ke bengkel, tadi mobilnya mogok di tengah jalan."]     

"Hah? Mogok? kok bisa ma?"     

[" Iya, akinya habis. Kamu masih di sekolahan kan? Ada temanmu yang bisa di mintai tolong untuk antar kamu pulang nggak? Atau kamu mau nginep di rumahnya Karin aja?"]     

"Karin sudah pulang dari tadi ma.. Nggak mungkin juga Andra malam-malam gini gangguin Karin buat nginep, besok juga masih harus sekolah lagi.."     

["Nggak ada temanmu yang masih belum pulang ya?"] Tanya mama sedikit khawatir. Mendengar jawabanku tadi, kak Andrew yang duduk di sebelahku tiba-tiba berbicara dengan suara agak keras agar terdengar oleh mama.     

"Ndra! Aku antar aja kamu boleh nggak? Tante! Anaknya saya antarkan ke rumah ya!" Teriak kak Andrew yang memberanikan diri.     

["Siapa itu Ndra?"] Tanya mama.     

"Oh, itu teman Andra ma, kakak kelas Andra, dia juga anggota Osis di sekolah."     

["Itu lagi nemenin kamu dari tadi ya? Kalau dia bisa antarin kamu ya nggak apalah Ndra. Kami nggak bisa njemput kamu juga. Dari tadi papa pesenin ojek juga nggak ada yang mau, sudah malam katanya. Sini anaknya mama mau bicara."] Pinta mama.     

"Iya ma. Kak, ini mamaku mau bicara sebentar." Ucapku sambil memberikan ponselku ke kak Andrew.     

"Oh iya. Halo selamat malam tante.. Iya te, iya. Saya akan antarkan Dyandra ke rumah. Maaf kalau saya tadi lancang teriak seperti tadi ya te. Iya iya.. Hehehe.. Iya te, terima kasih. Malam te.." Ucap kak Andrew terakhir berbicara dengan mamaku.     

Hari semakin dingin dan aku tak dapat lagi menyembunyikan badanku yang mengigil. Entah kenapa malam ini terasa sangat dingin dan angin malam berhembus begitu kencang. Kak Andrew yang mengetahui aku kedinginan, ia menyuruhku untuk menungguku di dalam pos satpam agar tidak terkena angin malam dan ia berlari ke dalam gedung sekolah untuk mengambil sesuatu.     

Pukul 21.45 WIB.     

"Ndra!! Cepetan pakai ini!" Ucap kak Andrew yang terengah-engah setelah berlarian dari dalam gedung sekolah hingga ke pos satpam. Ia membawa dua mantel jaket tebal milik inventaris osis, satu untuk ia pakai dan satu lagi untuk aku memakainya.     

"Maaf ya agak kebesaran di kamu. Tadi aku sudah mencari yang ukurannya kecil tapi nggak ada yang sekecil ukuranmu. Paling kecil itu. Maaf ya Ndra.." Ucapnya sambil bergegas menuju parkiran sepeda motor.     

"Iya nggak apa kak, di pinjami jaket ini aja sudah makasi banget. Kalau kedodoran dikit nggak masalah buatku, enak tambah hangat kan di badan hehehe.."     

"Ya udah yuk naik keburu tambah malam, nanti mama papamu malah khawatir ankanya nggak pulang-pulang. Hehehehe.."     

Akhirnya malam itu aku pulang di antar oleh kak Andrew menggunakan sepeda motornya. Angin malam yang sangat dingin berhembus kencang membuatku semakin kedinginan meskipun aku telah memakai jaket. Rasanya jaket ini kurang hangat untukku namun apa daya, jaket ini hanya jaket pinjaman dan memang bukan untuk digunakan berkendara seperti ini. Tapi jika tidak ada jaket ini pun mungkin aku sudah menggigil kedinginan. Mungkin aku harus banyak bersyukur beberapa hari ini karena dengan apa yang aku miliki aku dapat mengetahui sebelumnya apa yang akan terjadi, yaahhh meskipun nggak semuanya benar-benar terjadi dan selalu aku ujiulu kebenarannya.     

["Hmm... omong-omong kak Andrew ini kenapa baik banget sama aku ya? Sampai-sampai perhatian sama aku kaya tadi. Bikin salting aja deh. Apa dia ada rasa suka sa dma aku ya?"] Gumamku dalam hati sambil melamun melihati jalanan yang mulai sepi dan hanya terdapat beberapa kendaraan bermotor saja.     

"Ndra! Andra! Hey! Dyandra!!" Teriak kak Andrew yang membangunkanku dari lamunan hingga ia menghentikan sepeda motornya di pinggir jalan.     

Aku terkejut hampir berteriak di pinggir jalan seperti orang yang abis melihat makhluk halus yang lewat. Aku terdiam melihat ke sekitarku dan tak beberapa lama aku memandangi wajah kak Andrew     

yang berada di depanku persis. Ia menanyakan keadaanku apakah aku baik-baik saja dan kenapa aku melamun di tengah jalan seperti tadi. Aku terdiam tak dapat menjawab pertanyaanya, yaahhh karena aku tadi melamunkan dia yang sedang memboncengku pulang ke rumah. Aku tak tahu apa motivasinya hingga mendekatiku seperti ini. Apakah ia menyukaiku atau hal lainnya. Lagi-lagi aku tenggelam dalam lamunanku memikirkan kak Andrew, hingga aku berpikir apakah aku sendiri yang menyukainya. Ini pertama kalinya buatku, jadi aku tak tahu dan susah untuk membedakannya.     

"Andra! Hey! Kok ngelamun lagi??" Ucap kak Andrew menyadarkanku sambil menepuk pundakku hingga akhirnya aku tersadar.     

"Ah, iya kak maaf aku ngelamun tadi." Ucapku sambil tersenyum malu.     

"Heeiiii jangan ngelamun tengah malam gini lho kamu. Bahaya bisa kesambet!" Ucapnya mengingatkanku.     

"Iya kak."     

"Kenapa kamu? Ngelamunin aku ya? Hehehehe.."     

"Iiiihhh kepedan banget! Udah ah yuk jalan lagi. SUdah mau sampe juga nih rumahku." Ucapku mengalihkan pertanyaannya.     

"Ndra, kamu nggak bisa bohong dari aku lho! Kamu tadi emang lagi mikirin aku kan?"     

"Enggak kok! Nggak usah pake nebak-nebak deh kak. Udah nyetir aja yang bener, nanti nabrak lho!"     

"Hei Ndra! Aku ini bisa tahu pikiran orang lho. Jadi kamu gak bisa bohong sama aku. Aku tahu orang yang bohong sama enggak, dan secara otomatis aku bisa di bilang bisa baca pikiran orang."     

"Hah? yang bener kak? Kalau gitu emang tadi aku ngelamunin apa coba?" Tanyaku menguji kak Andrew.     

"Kamu tadi mikirin tentang aku kan?? Apa aku ini suka kamu atau nggak?? Ya kann??"     

Mendengar apa yang terucap kak Andrew dari mulutnya aku terdiam kembali tak dapat mengucapkan sepatah katapun apa lagi mengakuinya jika aku dari tadi memikirkannya. Aku bingung harus menjawab ucapannya seperti apa. Aku takut nanti malah aku dimanfaatin dengan perasaanku saat ini.     

"Hmmm.. gimana ya Ndraa, emang sih kita ini baru kenal beberapa minggu, bisa di bilang satu bulan lebih kita saling kenal. Yaahhh kan karena kerjaan osis juga aku kenal kamu. Kalau sekarang aku bilang aku suka kamu... uhmmm... ya.. aku memang ada suka sama kamu sejak malam itu di ruang osis dan waktu aku mengajakmu di lab kosong itu. Entah kenapa aku tertarik sama kamu. Mungkin karena kamu anak cewek yang mirip denganku aku menyukaimu. Tapi kita jalani dulu aja ya sebagai teman. Jangan buru-buru kamu suka sama aku, apalagi terlalu dalam, aku nggak mau kamu kecewa sama aku nantinya."     

Aku terdiam seribu bahasa mendengar ucapan kak Andrew itu, entah harus senang atau nggak. Yang pasti ia tak ingin ada perasaan lebih antara aku dan dia. Uhhmmm.. kenapa ucapannya yang terakhir kaya akan ada sesuatu yaa..     

"Eh Ndra, bener kan ruamhmu lewat sini?" Tanya kak Andrew yang tiba-tiba mengalihkan fokusku.     

"Hah? iya benar kok kak." Ucapku meyakinkannya.     

"Kenapa kak?" Tanyaku.     

"Enggak apa.. cuman di dekat rumahmu banyak banget ya.. Sampe ada di setiap pohon lho! Gilak ini sih namanya uji nyali kalau pulang ke rumah malam-malam gini."     

"Hahhahahaha.. Yaaahhh mau gimana lagi kak.. Ini kan perumahanku termasuk perumahan baru.. Masih babat alas, jadi ya kaya ginii... Apalagi memang di sekitar sini jarang banget pemukiman, adapun jauh-jauh karena masuk ke daerah kampung gitu ini perumahannya." Terangku.     

"Ohhhh pantesan banyak banget. Tapi kamu harus sering hati-hati lho kalau keluar-keluar gitu. JANGAN NGELAMUN!!! Inget itu Ndra!! Bahaya kamu bisa kesambet nggak balik lho roh mu!"     

"Heh! Masa sampai gitu sih kak?"     

"Yeee.. di kasih tahu masih balik tanya gitu! Ya iya lahhh!! Next lah aku ceritain kejadian kaya gitu. Aku pernah soalnya temanku kesambet nggak balik rohnya. Ow ya ini masuk blok yang mana nih rumahmu?"     

"Oh masuk ke blok CC kak, agak tengah gitu rumahku nomor dua belas kanan jalan, pagar hitam." Ucapku menjelaskan dan tak lama kak Andrew mengantarkanku tiba di depan rumah.     

Mama dan papa yang tengah menungguku di depan rumah sambil minum kopi menjemputku di depan gerbang sambil tersenyum pada kak Andrew yang telah mengantarkanku.     

"Makasi ya sudah antar Dyandra sampai rumah. Maaf kami nggak bisa mempersilahkan untuk masuk karena sudah jam malam." Ucap papa sambil membawa tas sekolahku.     

"Iya nggak apa kok om. Maaf kalau kemalaman nyampai rumahnya, tadi Dyandra kedinginan di jalan soalnya jadi saya bawa motornya agak pelan-pelan supaya angin malamnya nggak terlalu kencang."     

"Ohhh iya nggak apa, asal Dyandra sama kamu selamat aja di jalan tadi. Ow ya nama kamu siapa?"     

"Nama saya Andrew om."     

"Ow iya iya.. Sekali lagi makasi ya Ndrew.. Kalau pulang nanti hati-hati di jalan.."     

"Iya om, saya pamit dulu. Mari om, te, Ndra aku pulang dulu ya.. See you.." Ucap kak Andrew sambil melambaikan tangannya kepada kami.     

Setelah kak Andrew meninggalkan rumahku agak jauh, aku bersama mama papaku masuk ke dalam rumah dan aku bergegas ke kamar ingin cepat-cepat untuk rebahan di kasur.     

"Andraaaa!!! Ayo cuci muka dulu!! Jangan langsung tidur!! Kamu kan dari seharian belum mandii!!!" Teriak mama dari bawah.     

"Andra sudah mandi tadi sore di rumahnya Karin ma!"     

"Iya cuci muka dulu baru tidur nak!"     

"Iyaaaaa!!!"     

Aku bergegas turun ke kamar mandi untuk menggosok gigiku dan membasuh mukaku. Disaat aku sedang membasuh mukaku, tiba-tiba ponselku berbunyi dan aku dengan cepat-cepat untuk membuka ponselku untuk melihat siapa yang mengirim pesan malam-malam gini.     

"Kak Andrew? Kenapa ya?" Tanyaku heran. Aku langsung membuka pesannya dan aku terkejut membaca pesannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.