The Eyes are Opened

Ngikut



Ngikut

0[Tring-tring-tring-tring!!]     

Suara pesan di ponselku berbunyi beberapa kali. Aku yang sedang membasuh mukaku dengan cepat menyelesaikannya dan segera membuka ponselku yang saat itu aku taruh di kantung baju tidurku. Aku melihat nama kak Andrew muncul pada layar ponselku saat itu. Aku penasaran kenapa ia malam-malam gini mengirim pesan padaku. Apa ia mau memberitahuku jika ia sudah sampai di rumahnya? Tapi itu nggak mungkin karena kami nggak ada hubungan apapun, dan itu nggak mungkin terjadi. Itu hanya anganku saja pada kak Andrew yang memang menjadi cowok idaman anak-anak sekolah. Aku membuka isi pesannya dan aku terkejut saat membacanya.     

22.45 PM ["Andra! Kamu sudah tidur belum?! Aku mau kasih tahu sesuatu tapi kamu jangan kaget ataupun marah ya!"]     

23.00 PM [" Maaf kalau aku lancang, tadi sewaktu kamu ngelamun di sepanjang jalan ternyata kamu ketempelan kunti laki. 'Ia' tertarik sama kamu meskipun aromamu tidak harum seperti anak indie lainnya dan dia menyukai wanita yang sedang haid. Tadi sudah aku usir sih dan ia nggak akan nempelin kamu lagi. Tapi apa benar kamu sedang haid?"]     

23.05 PM ["Ow iya, btw aku sudah nyampe rumah nih. Salamin buat mama papamu juga."]     

23.06 PM [" Nite Ndra. See you tomorrow."]     

"Hah yang bener? Kok aku nggak kerasa ya? Adduuhhh kak Andrerw ini kadang buat tambah takut aja deh bicarain kaya gini tengah malam lagi." Gumamku dalma hati.     

"Ndra, kok belum tidur? Kirain sudah tidur tadi." Ucap papa yang tiba-tiba menghampiriku saat di depan kamar mandi.     

"Iya bentar lagi mau tidur kok ini pa. Ya udah Andra mau balik kamar dulu ya. Bye pa, nite." Ucapku sambil mencium pipi kiri papa.     

Aku berlari menaiki tangga dan bergegas masuk ke kamar, menutup seluruh badanku dengan selimut dan berbaring di dalamnya. Aku tak dapat memejamkan mataku hingga beberapa jam sambil memikirkan apa yang telah terjadi padaku sebelumnya. Akupun tak membalas pesan dari kak Andrew, aku bingung mau membalas dengan apa.     

"Hmmm apa besok aja ya aku bicarain? Aarrgghhh jadi takut sendirikann!! Udah ah aku tidur aja!" Gumamku sambil berusaha tidur di dalam selimut.     

Jam dinding terus terdetik hingga rasanya terdengar sangat jelas di telingaku di setiap detiknya. Semakin lama semakin susah untuk memejamkan mata. Aku membuka selimutku dan mencari ponselku yang aku taruh di nakas sebelah tempat tidur.     

"Hahhh?? Masih jam dua subuh juga! Kirain sudah jam lima pagi. Udah lah aku coba tidur lagi aja."     

[Tik-Tok-Tik-Tok-Tik-Tok-Tik-Tok]     

Aku mencoba untuk tidur kembali malam itu, memejamkan mata dan mencoba menghitung angka hingga mengantuk, namun aku tak dapat tidur juga malam itu. Aku melihat ke layar ponselku dan terlihat di sana masih jam dua lebih sepuluh menit. Terasa lama sekali malam ini hingga sepuluh menit aku tidur terasa seperti semalaman telah berlalu. Di saat yang sama malam itu aku merasa bulu kuduku tiba-tiba berdiri dan seperti ada orang yang terus memandangiku dari balik jendela. Perasaan tak nyaman ini membuatku gelisah hingga akhirnya aku memutuskan untuk membuka jendela kamarku, melihat ada siapa diluar sana.     

[Sraakkkk!!!]     

Suara gorden jendelaku terbuka.     

"Nggak ada siapa-siapa kok. Tapi kenapa kaya ada orang di balik jendela ini ya?" Gumamku yang sedikit takut mengingat akan cerita kak Andrew tadi.     

"Haahhh.. masa sih ada kunti laki yang ngikutin aku? Udah ah balik ke kasur lagi aja."     

Disaat aku membalikkan badan menuju temapt tidur, aku merasa ada orang lagi di balik jendelaku dan kembali lagi aku membuka gordenku untuk memastikannya, dan lagi-lagi tak kudapati satu orangpun di sana.     

"Hmmmm.. aneh banget nggak sih?? Lagi pula kalau ada orang yang naik ke atas sini kan nggak bisa? Nggak ada pohon atau pijakan yang bisa di naiki hingga ke atas sini?? Kalau lewat atap ya nggak mungkin? Pasti terdengar lah langkah kaki orang di atap? Hmmm udah ah, tidur aja lagi." Ucapku sambil menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku.     

Jam terus berputar detik demi detik, namun malam itu memang benar-benar membuatku tak dapat tidur sedetikpun. Rasa di hantui dan terus di pantau dari jauhpun terus menyelimuti kamarku. Aku yang tak terbiasa tidur dengan lampu menyala terpaksa menyalakan lampuku saat itu dan memutuskan untuk tetap di dalam selimut hingga esok pagi. Berkali kali aku mengganti posisi tidur dan berkali kali pula aku memeriksa jam yang ada di dinding. Sangat terasa lama sekali hingga aku merasa lelah malam itu dan akhirnya tertidur karena kelelahan.     

[Cip-cip-cip-cip-cip-cip-cip]     

Terdengar suara burung gereja yang selalu bertengger di balkon kamarku ketika di pagi hari.     

"Ugghhh.. sudah pagi? Kenapa cepat sekali rasanya kalau aku benar-benar dapat tidur? Coba semalam aku bisa tidur senyenyak itu pasti waktu cepat berlalu. Aarrgghhh.. tapi aku masih ngantuukkk.. Rasanya aku cuman beberapa menit deh. Dari semalam gak bisa tidurr..." Gerutuku sambil menarik selimut dan menutupi wajahku.     

Selang beberapa saat kemudian mama memasuki kamarku dan dengan sigap membuka seluruh gorden kamarku dan mematikan lampu kamar. Lalu menghampiriku untuk membangunkanku. Namun karena aku masih terjaga di tempat tidurku, aku dengan segera membuka selimutku.     

"Aaargghhh!!! Ihhhh kamu bikin kaget mama aja deh!!" Teriak mama saat mau mendekati tempat tidurku. Senyum simpul terpasang di raut wajahku pagi itu seakan aku puas dengan ekpresi mam ayang terkejut akanku.     

"Sudah cepat sana turun dari kamar lalu mandi! Sudah siang ini nanti kamu terlambat!' Ucap mama yang akhirnya mengomel karena masih shock.     

Tanpa berbicara apapun aku membuka selimutku dan segera melipatnya serta tak lupa merapikan tempat tidurku sebelum aku turun ke lantai satu. Lalu setelah semuanya beres, aku dengan cepat berlari menuju kamar mandi.     

"Hahhhhh.. iya sih aku masih haid, makanya aku dari kemarin moodku up and down banget.. Hmmm.. apa benar yang di katakan kak Andrew ya? Apa aku coba bicara langsung dengannya nanti di sekolah?" Gumamku saat mandi.     

Pukul 06.00 WIB.     

Selesai mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah aku berlari menuju ke ruang makan, di sana papa dan mama sudah menungguku. Mama sudah menyiapkanku sarapan roti sandwich tuna tak lupa dengan telur mata sapi di dalamnya dan beberapa helai sayuran melengkapai sarapanku pagi itu. Di meja makan kami bertiga tak membicarakan apapun selain menikmati santapan pagi kami, apalagi papa yang selalu menikmati sarapannya bersama membaca atau mendengarkan berita pagi melalui tabnya. Kepalaku terasa berat dan pusing sedari tadi pagi namun aku tak ingin membicarakan hal ini di pagi hari, jadi aku dengan cepat menyelesaikan sarapanku dan segera pergi ke pintu gerbang sambil menunggu pak Daud yang menjemputku. Saat aku membuka pagar rumah, ternyata pak Daud telah tiba dan sedang menungguku di depan rumah sambil menghirup sebatang rokok yang sudah tinggal setengah. Tak perlu lama aku berteriak dari depan pintu memanggil mama dan papa untuk berpamitan dan dengan segera barangkat ke sekolah. Sepanjang perjalanan aku merasa pundak dan leherku terasa ringan sesaat, seakan beban yang dari tadi membuat leherku sakit tiba-tiba hilang tanpa aku obati sama sekali.     

Pukul 06.15 WIB aku tiba di sekolah. setibanya di sekolah dan baru saja berjalan sejauh satu meter, leher dan pundakku kembali terasa berat. Aku berjalan sampai di kelas dengan nafas yang tersengal-sengal dan mengeluarkan banyak keringat, seakan-akan telah berjalan dengan membawa beban yang sangat berat, padahal hanya tas sekolah yang aku bawa di pundakku.     

"Andraaaa!! Siniii!!" Teriak Claudi yang sudah datang terlebih dahulu saat aku tiba di kelas.     

Aku menghampirinya sambil menundukkan kepalaku yang terasa sangat berat hingga susah untuk berjalan dengan tegak. Setelah tiba di bangkuku, dengansegera aku menaruh tasku di atas meja berharap sakit leher dan pundakku berkurang, namun rasa berat di pundak hingga leherku masih terasa. Aku beberapakali memijat pundak dan leherku namun tak kunjung membaik. Sesekali bulu kuduku pun berdiri padahal di dalam ruangan kelas tidak menggunakan pendingin ruangan.     

"Ndra, lu kenapa? Kok dari tadi lu gelisah mulu? Sini lihat muka lu ke gue!" Ucap Claudi yang sedari tadi memperhatikanku.     

"Eh sumpah ini elu kan??? Kenapa lu pucat bangeeetttt?? Lu belum sarapan dari pagi?"     

"Sudah kok Di tadi sarapan sandwich di rumah. Masa sih aku sepuucat itu?" Ujarku yang tak percaya sambil mengeluarkan cermin saku dari dalam tas.     

Disaat aku masih bercermin di depan Claudi, aku masih belum melihat tanda-tanda aneh yang ada di pundakku. Aku cuman melihat benar adanya mukaku sangat pucat seperti mayat dan ditambah kantung mataku yang terlihat sepert panda karena susah tidur dari semalam. Akhirnya aku memutuskan untuk ke toilet untuk mencuci mukaku agar terlihat segar dan berjalan di tengah lapangan sekolah sembari mencari panasnya matahari. Claudi yang khawatir akan kondisiku mengikutiku kemanapun aku pergi saat itu, ia tak berani meninggalkanku sendirian takut-takut temannya jatuh pingsan dan ia tak tahu keadaannya kelak. Selama itu pula aku tak nampak sesuatu yang mengikutiku di pundak, bisa jadi karena banyaknya manusia yang berada di sekelilingku. Aku terus berjalan di tengah lapangan yang mulai semakin panas hingga Claudi berusaha untuk terus menemaniku. Di saat aku sedang berjalan keliling lapangan sekolah, kak Bayu dan kak Andrew yang sedang berjalan dari kantin menuju kelasnya melihatiku yang terus menerus berputar-putar di halaman lapangan sekolah yang terdapat sinar matahari, mereka mengira aku bersama temanku Claud terkena hukuman oleh salah satu guru kami. Namun sebelum kak Bayu memanggilku untuk mendekati mereka, kak Andrew menyadarinya terlebih dahulu. Lalu dengan sigap kak Andrew berlari kecil kearahku dan menepuk pundakku dengan sangat keras seakan sedang mengusir serangga yang menempel hingga aku berteriak cukup keras karena terkejut saat itu.     

Beberapa saat kemudian, rasa sakit dan berat di pundak hingga leherku seketika hilang, dan aku dapat menggeleng-gelengkan kepalaku seperti sebelumnya. Kak Andrew tersenyum melihatku dan sekilas mengedipkan matanya padaku sebagai tanda darinya. Aku yang tahu artinya itu dengan menyembunyikan maksud kak Andrew segera menarik tangan Claudi dan berpamitan pada kak Andrew serta kak Bayu untuk kembali ke kelas.     

"Eh lu sudah baikan? Kok kelihatannya lu tambah sger dan seneng gitu?" Ucap Claudi saat menaiki tangga menuju ke kelas.     

"Iya aku nggak apa sekarang kok Di. Makasi ya sudah rela nemenin panas-panasan di halaman, sampe keringetan. Hehehehehe.. Nanti pas istirahat aku traktir leci float deh di toko ayam depan sekolah gimana?"     

"Hah serius lu?! Beneran lho ya! Gue mau tambah nasi bentonya yang goceng dong satuuuu ajah sekalian buat makan siiiaanggg.. Hehehehehe.." Ucapnya sambil merayu padaku.     

"Oke deeehhh.. Nanti yaaa.. sekalian aja kita makan siang di sana.. hehehe.."     

"Siiippp dahhh.. Hahahahaha.. keberuntungan anak solehah. Hahahahaha.." Ucapnya sambil tertawa bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.