The Eyes are Opened

Firasat



Firasat

0Sore itu sepulang sekolah aku bersama Karin, Claudi, Alex, Theo, dan juga Ruben yang telah berencana untuk menjengusk miss Jeny di rumah sakit berjalan ke seberang sekolah untuk membeli kue sebagai buah tangan dari kami anak-anak murid lesnya. Sembari menunggu waktu jam besuk di rumah sakit, kami melipir ke toko bunga terdekat.     

"Eh, apa kita nggak tambahin bawa bunga ya? Tuh di toko bunga sebelah yang baru buka ada promo lho! Kalian nggak mau lihat-lihat?". Ucap Theo.     

"Wuiihhhh.. sejak kapan Theo jadi sok sweet gini ya bro?". Ledek Ruben.     

"Huss!! Lu tu gak boleh ngeledekin Theo ben! Gini-gini emang Theo tu anaknya perhatian banget.. Sekarang aja guru les sakit di kasih bunga, gimana nanti kalau punya cewe coba? Bucin iya mungkin. Hahahaha..". Timpal Alex.     

"Halaahhh banyak omong nih kalian semua! Biarin kali Theo so sweet dari pada kalian cowo gak jelas macam ni. Mana ada cewe yang mau sama kalian para wibu dan gamers gini". Ucap Claudi sambil mendahului Alex dan Robin menuju toko bunga.     

"Hahahaha.. makanya jangan suka ngeledekin orang! Sekalinya ada yang bales, sakitnya tuh di sini". Ucap Theo sambil menepuk tepuk dadanya dan berjalan mengikuti Claudi.     

Aku bersama Karin pun mengikuti Theo berjalan menuju toko bunga, lalu baru Alex dan ruben menyusul kami di belakang. Mereka berdua tampak muram dan menyesal atas apa yang telah mereka katakan, sehingga sepanjang kami memilih-milih bunga meerka hanya terdiam dan melihat bunga di sekelilingnya.     

"Eh, miss Jeny mau di belikan bunga apa nih? Aku nggak pernah kasih orang sakit karangan bunga e..". Ucapku.     

"Ehmm.. aku tanya ke penjualnya aja ya ndra..". Jawab Theo.     

"Permisi kak.. Saya mau beli karangan bunga buat orang sakit, bunga apa ya yang cocok?". Tanya Theo pada pemilik toko bunga yang sedang merangkai beberapa bunga di ujung toko.     

"Oh, iya. Maaf, saya kurang perhatian jika ada pelanggan datang. Uhmm.. tadi mau cari bunga untuk orang sakit ya? Kalau untuk orang sakit sih kebanyakan menggunakan bunga Matahari, Krisan, Aster, dan Anyelir. Tinggal pelanggan aja yang menyesuaikan favoritnya apa..". Kata pemilik toko yang bernama Maria. Namanya tertera pada name tag yang terpasang di dada apron yang berwarna coral.     

"Uhmmm.. boleh lihat jenis bunganya kak?". Timpalku.     

"Oh, tentu saja boleh.. silahkan di lihat sebelah sini..". Ucapnya sambil membawa kami ke rak bunga sebelah kanan.     

Terdapat banyak sekali jenis bunga di toko tersebut, dan berbagai macam warna bunga yang cantik sehingga indah di mata ketika melihatnya. Seperti pelangi yang disimpan di dalam toko, sangat rapi dan indah. Tak hanya bunga hidup yang terpajang di toko ini, ada juga bunga hiasan yang juga di jual sehingga pembeli tak perlu takut bunganya akanlayu jika untuk jangka waktu lama.     

"Ini bunga-bunga yang saya maksudkan tadi.. silahkan di lihat-lihat dulu.. jika kalian ada yang berminat tinggal panggil saja ya.. nanti saya rangkaikan bunganya. Ada yang ingin di tanyakan lagi?". Ucap Maria.     

"Kira-kira harganya berapa ya kak?". Tanyaku.     

"Untuk karangan bunga, tergantung dari bunga yang di pilih ya.. mulai kisaran sepuluh ribu hingga belasan ribu..". Jelasnya.     

"Uhmm.. saya ambil bunga Aster aja kak..". Ucapku sambil menunjuk bunga putih yang sangat cantik dengan kelopak bunga yang kecil.     

"Ohhh... bolehh.. pas sekali bunga ini memang banyak yang dibeli sebagai hadiah orang yang menjenguk. Untuk bunganya seharga dua belas ribu pertangkai.. Mau berapa tangkai?". Ucapnya.     

"Uhmm.. kita mau di buat menjadi bucket bunga yang seeprti ini.". Ucap Karin sambil menunjuk bucket bunga yang terpajang di keranjang.     

"Oke..saya rangkaikan yaa...". Ucapnya sambil langsung mengambil beberapa tangkai bunga.     

Maria merupakan seorang pecinta bunga dan tanaman hias. Ia merupakan seorang wanita yang sangat cantik dan anggun. Tangannya yang terampil merangaki bungan menjadikannya salah astu pesonanya yang sangat memikat banyak pelanggannya terutama kaum laki-laki yang bujang. Ia juga sangat baik kepada semua pelanggannya. Meskipun itu hanya bertanya-tanya tentang harga maupun melihat lhat tokonya saja. Karena baginya siapapun yang memasuki tokonya, meskipun tak membeli satu tangkai bunga, sudah merupakan sebagai pelanggan yang suatu hari dapat membeli beberapa bunga untuk orang yang mereka kasihi.     

Tak membutuhkan waktu yang lama kami menunggu bucket bunga yang kami beli telah selesai hanya dengan 10 menit. Bunganya yang sangat cantik dan indah telah kami bawa dalam balutan kertas dan pita yang elegan menghiasi tampilan luar bunga tersebut. Segera kami melakukan pembayaran di kasir dan bergegas pergi menuju ke rumah sakit yang berjarak 5km jauhnya. Aku bersama Karin menaiki mobil yang sudah di jemput sama mama dari setengah jam yang lalu, Claudi menggunakan mobilnya sendiri, lalu Theo, Alex dan Ruben menggunakan sepeda motor untuk menuju ke rumah sakit. 15 menit kemudian aku bersama Claudi tiba di halaman rumah sakit, dan saat itu Theo, Alex dan ruben ternyata telah sampai lebih dahulu. Segera kami memasuki ke dalam ruamh sakit dan menuju ke meja informasi untuk menanyakan letak kamar miss Jeny.     

Baru kali ini aku memasuki rumah sakit saat telah memiliki kelebihan ini. Aku menggenggam erat tangan mama yang ikut menjenguk. Aku menyadarijika di rumah sakit itu terdapat banyak sekali makhluk tak kasat mata. Entah itu yang telah lama tinggal di sini ataupun yang baru saja meninggal bahkan ada juga 'mereka' yang tersesat. Selama berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit seluruh bulu kudu di tubuhku berdiri dan membuatku menjadi semakin merinding. 'Mereka' tak dapat ku lihat dengan jelas, namun aku dapat meresakan kehadiran mereka di sekitarku. Aku terus berjalan di samping mama dan terus menggenggam tangannya. Mama yang melihatku seperti itu mengetahui jika aku tak nyaman berada di rumah sakit saat itu. Mama tak henti hentinya mencoba untuk menenangkanku dengan terus berbisik di telingaku untuk selalu berdoa dalam hati ataupun menyanyi puji-pujian agar imanku lebih kuat dan di jauhkan dari 'mereka' yang tertarik padaku. Karena jika ada seorang indigo, mereka memiliki aura yang sangat menarik dan memiliki aroma tubuh yang sangat wangi sehingga menarik perhatian 'mereka' untuk mendekati kita.     

"Jangan di hiraukan apa yang 'mereka' lakukan. Anggap aja kamu tak dapat melihat mereka. Oke? Pegang terus tangan mama, sebentar lagi juga kita akan sampai di kamarnya miss Jeny". Bisik mama di telingaku.     

"Hmm". Jawabku singkat.     

"Ndraaaa.. bener nggak kita lewat sini??". Teriak Alex yang berjalan mendahului kami.     

"Lahh?? kamu yang di depan kenapa tanya aku yang di belakang? Emang aku pawangmu yang lagi bawa itik ke kandang?!". Ucapku.     

"Woiii !! Kita di samain kaya itik jare! Kita bertiga jalan di depan itu karena kita malas jalan di belakang kalian para cewek. Jalannya selalu lelet". Teriak Alex.     

"Heh lex! Sadar ada mamanya Dyandra noh di belakang! Lu bisa-bisanya bicara kaya gitu!". Tegur Theo.     

"Oh iya gue lupa! Mampusss..mampuuss..". Bisik Alex sambil menepuk jidatnya.     

"Tante! Maaf ya teman saya ini agak songong orangnya. Jangan di ambil hati ya te.. tapi ambil mantu aja! Songong-songong gini anaknya baik kok te!". Teriak Ruben.     

"Hahahahaha.. gila lu ben! Ada-ada aja sih lu.. Hahahahaha..'. Timpal Claudi.     

Mama yang melihat tingkah polah teman-temanku yang sangat rame dan usil ini membalas gurauan mereka dengan hanya tersenyum dan tertawa simpul. Mama sangat tahu bahwa setiap ucapan teman-temanku dari tadi hanyalah untuk mencairkan suasana kami yang berjalan di lorong rumah sakit yang sepi dan hening. Hanya langkah kaki dan suara kami saja yang terdengar, entah kenapa di sepanjang lorong ini sangat sepi dan tak ada pengunjung rumah sakit yang berjalan bersama dengan kami.     

Kami tiba di pertigaan yang terdapat di dalam rumah sakit, kami melihat tanda jalan menuju kamar melati melewati sebelah kiri dan di ujung jalan terdapat meja receptionis bangsal melati. Beberapa temanku berjalan lebih cepat untuk memastikan kamar miss Jeny dan dengan senang hati suster jaga di bangsal tersebut mengantarkan kami menuju kamar yang di maksud.     

"Tok-tok-tok-tok.. Permisi bu Jeny, ada tamu yang ingin menjenguk ibu". Ucap suster jaga yang membukakan pintu kamar miss Jeny.     

"Oh. iya sus. Makasi yaaa..". Jawab miss Jeny.     

"Miiiissss... kami datang!!". Ucap kami bersamaan dengan nada yang sedikit kencang.     

"Ssstttt!!! Jangan kencang-kencang!! Nanti mengganggu pasien lainnya!!". Ucap mama mengingatkan.     

Miss Jeny melihat kami yang datang bersama sangat senang dan bahagia. Terlihat di raut wajahnya senyum bahagia di sertai air mata yang mulai mengalir di pipinya yang pucat. Beliau tak mengira jika kami menjenguknya bersama-sama dan merasa sangat sedih tak dapat memberikan les seperti biasanya. Saat aku melihat miss Jeny terlihat aura di sekeliling tubuhnya mulai meredup, aku tak tahu arti ini apa sebelumnya. Aku saat itu hanya sedikit tercengang dengan apa yang aku lihat. Aku terus memperhatikan raut wajahnya yang semakin lama semakin terlihat letih namun masih berharap untuk dapat hidup lebih lama lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.