The Eyes are Opened

Firasat (Part 02)



Firasat (Part 02)

0"Kalian kenapa repot-repot untuk menjenguk miss?? Awwww.. miss jadi terharu lho.. kalian memang anak-anank les yang maniss..". Ucap miss Jeny sambil menggenggam kedua tangannya di dada.     

Saat itu miss Jeny sedang asik menyantap makan malam yang di sediakan oleh rumah sakit dan di temani dengan beberapa buah segar di samping piringnya. Terlihat sangat penuh dan banyak yang harus ia makan, namun prosesi makan malam tersebut menjadi berhenti karena kehadiran kami yang ingin memberikan support agar miss Jeny tetap semangat dan cepat pulih dari sakitnya. Kami masih belum mengetahui miss Jeny terkena sakit apa, yang kami tahu saat itu beliau sangat terlihat lebih pucat sepucat pasi dan seluruh badannya terlihat lebih kurus. Kami semua tidak ada yang berani untuk menanyakan perihal sakit yang di alami miss Jeny, karena kami takut hal itu dapat menyinggung hatinya dan beliau merasa sedih.     

"Miss, ini ada kenang-kenangan kecil dari kami". Ucap Claudi sambil menyodorkan bucket bunga yang tadi kami beli.     

"Waahhh.. cantik sekali bunganyaa... Biar nanti adikku yang menaruknya di vas agar kamar ini lebih berwarna dan lebih segar di lihat dari biasanya". Ucapnya sambil terus menatap bucket bunga yang kami beri.     

"Ahhh.. ada ce Dona! Maaf ce nggak perhatian kalau cece duduk di ujung kursi dari tadi. Anak-anak membuatku mengalihkanmu ce!".     

"Hahahaha.. nggak apa kok Jen.. santai aja.. aku ke sini juga nemenin anak-anak jenguk karena Dyandra cerita kamu masuk rumah sakit.. Jadi sekalian aja aku ikutan.. Hahahaha..". Ucap mama.     

"Ow ya, emang kamu kenapa Jen? Kamu biasanya terlihat sehat-sehat aja lho! Minggu lalu kita ketemuan di swalayan juga kamu baik-baik aja". Tanya mama tiba-toba pada miss Jeny. Seketika kami semua terdiam dan membisu, berusaha untuk mendengarkan jawaban dari miss Jeny dan sebagian lagi takut hal tersebut menyinggung perasaannya.     

Namun siapa sangka raut muka miss Jeny seketika berubah dan beliau menceritakan sakit yang ia alami.     

"Sudah 2 tahun ini sebenarnya saya sakit, namun tidak ada yang mengetahui baik itu adik-adik saya maupun saya sendiripun tak menyadari hal ini. Saya sudah sering mimisan dan beberapa kali pingsan tanpa sebab. Beberapa waktu jika saya bekerja telalu lelah, di sekujur badan ini langsung biru-biru. Awalnya saya kira ini hal biasa, namun hari demi hari apa yang saya rasakan semakin parah. Hingga akhirnya saya memberanikan diri untuk periksan tes darah di salah satu lab di sini dan hasil dari lab tersebut membuat saya terkejut dan sedikit putus asa. Hasilnya..(sejenak terdiam) di dalam darah saya terdapat kelainan darah, yang sering di sebut dengan leukemia. Mengetahui hal tersebut saya berhenti dari profesi saya yang sebenarnya, yakni arsitektur. Saya kira penyakit ini dapat sembuh dalam beberapa tahun, namun ternyata penyakit ini tidak dapat di sembuhkan, obatnya belum berkembang seperti sekarang. Hanya mujizat saja jika itu dapat terjadi pada saya, maka saya sembuh. Doakan saya ya ce, anak-anak.. saya dapat sembuh dan dapat mengajar kalian semua.". Ucap miss Jeny menjelaskan.     

"Iya miss!!". Jawab kami semua.     

"Saya ingin banget nanti kita dapat foto bersama, lalu foto tersebut di buatkan di kartu les bulanan kalian. Lalu saya ingin juga dapat berkumpul bersama dan makan-makan sama kalian. Senang rasanya melihat seperti itu..". Jelas miss Jeny.     

Mendengar hal tersebut, hatiku terasa tersentak oleh ucapannya yang terakhir, seakan-akan itu adalah harapan terakhir miss Jeny sebelum ia pergi dari dunia ini. Seketika bulukuduku merinding mendengar pernyataan miss Jeny barusan. Aku mulai memeluk lengan-lenganku dan menggosokkannya agar tak merasa merinding lagi.     

"Apakah ini sebuah firasat saat orang yang hendak meninggal? ". Gumamku dalam hati.,     

Aku kembali melihat ke arah miss Jeny dan aku sempat terkejut, namun aku tak berani menunjukkan ekspresiku yang ketakutan itu di hadapan semua orang. Aku bergegas berpamitan ke toilet yang terdapat di dekat pintu masuk kamar pasien. Aku melihat wajahku di cermin yang terdapat di dalam toilet dan aku benar-benar tak tahu harus bagaimana. Degupan jantung yang berdetak kencang seakan ingin loncat dari tubuhku, mulut yang menganga hingga tak da[at berkata satu katapun, dan tangan yang terus bergetar ketakutan. Apa yang telah aku lihat di samping tempat tidur miss Jeny bukanlah makhluk halus biasa. Jubah hitam panjang yang menutupi wajah, tangan dan kaki hingga tak nampak sedikitpun. Dengan membawa tongkat yang panjang dan besar, serta terdapat pisau bulan sabit yang besar dan terlihat sangat tajam, berdiri di sebelah kiri tempat tidur miss Jeny diam tak bersuara hingga tak bergerak sedetikpun. Makhluk tersebut berdiam diri mendampingin miss Jeny entah sampai kapan. Yang pasti dari wujud yang aku ketahui ialah mahkluk tersebut yang akan mengambil nyawa miss Jeny. Aku berusaha tenang dengan cepat agar orang-orang tak curiga terhadapku.     

"Tok-tok-tok!! Ndraaa!! Kamu di dalam?? Masih lama nggak? Aku kebelet kencing nihhh!!". Teriak salah satu temanku Karin.     

"Iyaaa! Ini sudah selesai kok. Tunggu sebentar ya!'. Ucapku dari dalam toilet.     

Tak lama kemudian aku keluar dari toilet dan ada Karin yang telah menungguku di depan pintu toilet sambil menggerak-gerakkan kakinya yang sudah tak tahan ingin buang air kecil. Aku mendekati mama meberikan sinyal agar cepat selesai untuk menjenguk miss Jeny. Bukan karena aku tak ingin berlama-lama bertemmu miss Jeny, tetapi makhluk yang terdapat di sanding miss Jenylah yang tak tahan untuk ku lihatnya, Aku benar-benar sangat ketakutan setiap menoleh ke arah miss Jeny. Aura miss Jeny setiap jam semakin menipis dan menipis, wajahnya berubah menajdi pucat pasi dan beliau semakin terlihat sangat lemah. Mama yang menyadari sinyal dariku segera mengakhiri percakapan mereka.     

"Jen, saya sama anak-anak ijin pulang dulu ya.. sepertinya kamu butuh waktu istirahat lebih banyak lagi. Besok-besok kami akan menjengukmu kembali ya..". Ucap mama sembari berpamitan dengan miss Jeny. Di waktu yang sama terdengar pintu kamar miss Jeny terbuka, dan langkah kaki seseorang terdengar memasuki ruangan.     

"Ceee... sudah tidur?". Suara ko roy terdengar sambil berjalan mendekati ranjang miss Jeny.     

"Ohh!! Ada kalian toh! Wah maaf, saya mengganggu ya?". Ucap ko Roy.     

"Nggak kok Roy.. kita mau pamitan pulang." Ucap mama.     

"Lho kok sudah mau pulang? Cepat amat?". Tanya ko Roy.     

"Sudah dari tadi kok nyo mereka di sini menemani cece.. Kamu yang kelamaan keluarnya!". Ucap miss Jeny dengan sedikit kesal.     

"Ya maaf cee.. tadi aku sakit perut waktu di rumah.. jadi ya aku tuntasin dulu.. hehehehe..".Jawab Roy.     

"Nggak apa kok Roy.. lagi pula kita sudah banyak bercerita juga. Jadi saya sama ank-anak ijin pulang dulu ya Jen, Roy.. sehat-sehat terus kalian". Ucap mama sembari aku bersama teman-temanku memberi salam ke pada miss Jeny yang sedang terbaring di kasurnya.     

Kami keluar kamar pasien hingga ke tempat parkiran di antar ko Roy yang mengikuti kami dari belakang. Perasaanku semakin gelisah meninggalkan miss Jeny sendirian di kamar. Dan saat aku menoleh ke belakang, seketika aku seprti menonton film yang terpasang di depanku dengan sangat cepat namun jelas, jika miss Jeny nggak akan ada dalam waktu yang dekat. Aku berhenti melangkah, terdiam di tengah-tengah lorong rumah sakit, semakin tak dapat berkata-kata, dan tiba-tiba air mataku mengalir perlahan membasahi pipiku. Perasaan sedih semakin meluap, namun aku tahan hingga berada di rumah agar tak membuat khawatir banyak orang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.