The Eyes are Opened

Pamit (Part 03)



Pamit (Part 03)

0[Teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng]     

Bell istirahat berbunyi, kami langsung berpencar masing-masing untuk istirahat.     

"Ndra ayuk ke ke kantin yuk!" Ajak Karin.     

"Ya yuk rin. eh Di, kamu nggak mau ikutan ke kantin?" Tanyaku pada Claudi.     

"Nggak Ndra. Tadi pagi mbak gue masakinsemur daging, jadi ya aku bawa bontotan ini hehehe.. gue makan di kelas aja. Ow ya nanti aku nitip pastel bihunnya sama sate usus satu bungkus ya!". Ucap Claudi.     

"Siiippp dehh.. Aku ke kantin dlu ya Di.."     

"Bye Diii.." Ucap Karin.     

"Kamu tadi telat ta Ndra? Kok pagi tadi aku cari di kelas kamu nggak ada?". Tanya Karin.     

"Iya aku tadi telat. Bangun kesiangan hahahahaha.."     

"Ow makanya kok tadi pagi gak kelihatan.. Kamu mau beli apa?"     

"Hmmm.. gak tahu, lihat menu di mbak Sus situ aja dulu yuk hari ini masak apa dia." Ucapku sambil menggandeng tangan Karin ke lapak Mbak sus yang terdapat di ujung kantin.     

"Mbaakkkk Suuusss.. Hari ini masakannya apa?" Tanyaku sambil berteriak di depan lapak yang setinggi dadaku dan hanya terdapat kotak kecil yang hanya terlihat bagian wajah untuk melayani pembeli.     

"Apa Ndra?" Tanya Mbak Susi dari dalam lapak kantin.     

"Masak apa aja mbak? Aku mau makan."     

"Hari ini masak kare ayam, bali tahu telor, soto ayam, sama nasi campur, ada dadar jagung juga, sama kering tempe." Terang Mbak Susi menjabarkan masakannya hari ini.     

Menu makanan di lapak kantin Mbak Susi atau sering disebut Mbak Sus merupakan makanan paling enak dan banyak di sekolahku. Harganya juga masih murah untuk kantong anak SMP. Jadi nggak salah jika lapak Mbak Sus sangat ramai apalagi di jam-jam istirahat. Meskipun nggak di jam istirahatpun seperti di jam kosong terkadang ada aja yang beli masakannya. Yaaa.. bukan berarti lapak kantin yang lain nggak enak, tapi kalau mau cari kenyang, enak dan murah ya di lapak Mbak Susi ini kami beli makan. Ada lapak lain yang jualan bakso dan mie ayam, ada yang jualan snack dan jajanan pasar, serta nasi mika-an. Jadi ya tergantung selera tiap anak ingin membelanjakan uangnya untuk beli apa sihh... Beberapa anak yang bersekolah di sini sudah sangat akrab banget sama penjual di kantin seperti aku dan Karin, sehingga kebanyakan mereka sudah hafal dengan nama kita. Ketika berkomunikasi punkita jauh lebih santai dan nyaman, nggak terlalu kaku namun masih menghormati penjualnya. Terkadang beberapa anak di sekolahku, jika terlalu akrab sampe mereka juga sering bercanda sama penjual-penjual di kantin. Jadi bisa di bilang kantin adalah tempat nongkrong terbaik lah di sekolahan selain perpus dan kursi pojokan di kelas.. Hehehehe..     

"Uhmm.. aku beli nasi soto aja deh mbak, ada perkedel e nda?" Tanyaku.     

"Oh.. adaaa... siap wesss.. Itu Karin mau makan apa?" Tanya Mbak Sus.     

"Oh, aku nasi campur ya mbak, pake kering tempe sama bali tahu!" Teriak Karin.     

"Wokee.. Siappp!! Di tunggu ya gaiiiss!". Ucap Mbak Sus dengan logat khasnya.     

Sembari menunggu makanan kami, kami berjalan ke lapak kantin sebelah untuk membeli minuman dingin dan tak lupa membeli titipan Claudi.     

"Ndra. Itu si Chen sama genknya. Kado dari Chen Li kamu apakan Ndra? Mama kamu tahu?" Tanya Karin tiba-tiba padaku.     

"Hah? Mana?" Tanyaku sembari mencari batang hidungnya Chen Li.     

"Heehhh jangan di toleh. Dia lagi beli nasi di Mbak Sus, persis di belakangmu. Jadi gimana?"     

"Ohh... ya aku kembalikan, baik-baik aja kok. Mungkin kalau dia mau kenalan dengan cara yang normal, ya bisa aja gak apa sih.. Tapi kalau sembunyi-sembunyi gitu meskipun malu ya jangan harap bisa kenalan yaaa..". Ucapku.     

"Waahhh...berani juga kamu Ndra. Kalau aku pasti malu Ndra. Hahahaha.."     

"Aku ya malu sih benernya tapi.. barang itu bukan hak milikku ya harus di kembalikan sama yang punyalah. So, ngapain malu kalau kaya gitu." Ucapku dengan sedikit ketus.     

"Eh tuh nasinya udah dateng. Yuk makan terus cap cus balik." Ucap Karin sambil menyambar piring yangtelah terisi penuh dengan nasi pilihannya yang terihat menggugah selera.     

Tak lama nasi soto ayamku datang bersamaan dengan Chen Li yang meminta ijin untuk duduk di bangku sebelahku.     

"Eh, permisi ya.. di sebelah sini nggak ada orangnya kan?" Tanya Chen Li pada Karin, karena aku saat itu sedang fokus menikmati makan siangku.     

"Oh, he'em koshong khok." Jawab Karin yang sambil mengunyah makanan di mulutnya sambil menendang nendang kakinya ke kakiku.     

"Iya aku tahu. Sudah ah aku mau makan." Jawabku singkat dan terus fokus pada makananku.     

10 menit berlalu dan aku bersama Karin sudah selesai makan, kami langsung beranjak dari tempat duduk dan segera berjalan kembali menuju ke kelas. Saat aku melewati punggung Chen Li yang bersebelahan denganku, aku hanya meliriknya dan langsung pergi. selang beberapa puluh langkah setelah keluar dari kantin, tanpa sengaja aku mendengarkan percakapan Chen Li dengan teman-temannya. Bahwa Chen Li masih menyukaiku, namun ia masih malu jika harus bertatapan langsung dengan ku. Ia mencoba mendekatiku tadi dengan duduk di sebelahku, namun ia gagal dapat berbicara langsung denganku. Teman-temannya terdengar mensupport Chen Li dan terdapat beberapa teman laki-lakinya yang menggoda Chen agar ia lebih berani menghadapi orang yang ia sukai. Mendengar hal tersebut aku segera berlalu dan menjauh agar tak dapat mendengarkan obrolan mereka lagi.     

Keesokan harinya, hari dimana ada acara doa penghiburan di rumah miss Jeny malam hari. Aku ke sekolah seperti biasa hingga selesai.     

"Ndraaa!!." Teriak Karin dari kejauhan saat aku berjalan menuju gerbang sekolah. Aku menoleh kebelakang dan menunggu Karin untuk menghampiriku.     

"Eh, kamu nanti naik apa ke rumah miss Jeny?" Tanya Karin.     

"Hmm... nggak tahu, mungkin sama mama naik sepeda motor. Lagi pula ruamhku kan dekat sama miss Jeny." Ucapku.     

"Nggak usah! Bareng aku aja. Nanti aku naik mobil sama mama papaku. Jadi kita bisa ke rumah miss Jeny sama sama. Gimana? Kalau iya, sepulang sekolah ini aku kasih tahu mamaku biar menghubungi mamamu buat berangkat bersama.. Yaaa.. yaaaa.." Pinta Karin.     

"Hmmm.. boleh deh. Tapi apa nggak merepotkan papamu harus mutar-mutar dulu?" Tanyaku.     

"Nggakkk apaaa... Oke?? Nanti malam aku jemput jam setengah tujuh yaaa.." Ucap Karin sambil melambaikan tangannya dan berjalan pulang.     

Akupun langsung mencari pak Daud yang telah menungguu di luar gerbang sekolah dan langsung pulang menuju ke rumah. Selama perjalanan ke rumah, aku melihat ke arah langit yang mulai berubah menjadi gelap, awan abu-abu mulai menutupi langkit yang biru dan cerah. Melihat kondisi alam seperti itu, pak Daud segera menancapkan gasnya agar tidak kehujanan selama di perjalanan. Langit semakin gelap dan menjadi lebih gelap. Angin mulai berhembus kencang dari yang hawanya panas menjadi lebih dingin.     

"Wah Ndra, sebentar lagi mau hujan ini? Kamu nggak apa ta?" Tanya pak Daud.     

"Ya agak cepetan aja om, biar nggak sampe kehujanan." Ucapku.     

"Ya ini tak ngebut ya! Pegangan!"Ucap Pak Daud sambil menambah kecepatan sepeda motornya.     

Akhirnya aku dapat pulang dengan selamat sampai rumah tidak kehujanan alias belum hhujan sampai rumah.     

"Siang ma! Andra pulang!" Teriakku ketika memasuki rumah.     

Tak terdengar suara mama sama sekali di dalam rumah, aku berlari menuju dapur dan mendapati mama sedang memasak makan siangku.     

"Maa... Andra sudah pulang!" Ucapku kembali.     

"Iya! Ganti baju sana lalu makan siang sama mama. Mama lagi buatin sayur asem sama goreng ikan asin nih!" Ucap mama yang masih terus memasak di dapur.     

"Siap boss!!" Ucapku sambil lalu dan berlari ke kamar. Tak lama kemudain setelah selesai ganti baju dan membasuh tangan dan kaki sepulang sekolah, aku menuruni anak tangga rumah dan menuju ke dapur untuk membantu mama menyiapkan makan siang. Kami makan siang bersama sambil mengobrol santai seperti biasanya.     

"Ma, nanti malam Karin mau jemput kita untuk ajak berangkat bersama ke rumah miss Jeny." Ucapku.     

"Iya tadi mamanya Karin barusan telepon mama juga. Ya udah lah, nanti kamu siap-siap aja ya.. jadi waktu Karin datang kita langsung berangkat, biar mereka nggak nungguin kita terlalu lama." Ucap mama.     

"Iya ma." Jawabku singkat.     

Akhirnya malampun tiba. Sudah dari jam lima sore aku bersama mama sudah siap untuk pergi menuju ke rumah miss Jeny. Papa yang baru saja pulang kantor tak ingin mengikuti acara tersebut, ya karena papa merasa lelah sepanjang hari ini. Kami sempatkan untuk makan malam bersama sebelum berangkat dan tepat pukul setengah tujuh malam Karin menjemputku.     

["Tin!Tin!"]     

Bunyi klakson mobil terdengar dari depan rumah. Aku bersama mama segera bersiap-siap dan berpamitan kepada papa yang tidak ikut. Aku dan mama memasuki mobil Karin dan aku duduk di bangku belakang bersama Karin.     

"Ow ya Ndra, kata Karin kamu dapet mimpi di datangi miss Jeny ya? Kok bisa? Gimana ceritanya?" Tanya tante Hetty, mamanya Karin.     

"Oh iya tan.. Saya di datangi miss Jeny di dalam mimpi. Ya awalnya saya nggak percaya sih, tetapi mimpi saya terasa nyata banget. Dan waktu dengar berita tentang miss Jeny meninggal nggak lama saya dapat mimpi itu barulah saya yakin jika itu benar-benar miss Jeny yang berpamitan pada saya." Ucapku sambil menceritakan seluruh kejadian sewaktu bermimpi.     

Selama perjalan menuju ke rumah miss Jeny, kami berlima di dalam mobil banyak bercerita dan bergurau, sehingga perjalanan tak terasa sepi dan membosankan. Hingga tak terasa kami telah tiba di depan rumah miss Jeny yang besar. Terlihat di depan gerbang rumah terpasang tiang bendera kuning dengan tanda + di tengahnya berwarna putih. Aku melihat juga dari dalam mobil telah banyak orang yang telah datang dari kalangan orang-orang gereja dan beberapa di antaranya terdapat saudara dan keluarga besar miss Jeny. Sesaat hendak ingin turun dari mobil, bertepatan dengan pintu gerbang besar rumah miss Jeny terbuka, aku melihat ada miss Jeny menggunakan gaun putih berdiri di sanding adiknya Roy yang menerima tamu-tamu doa malam itu. Aku mengucek mataku beberapa kali apakah yang aku lihat ini beneran nyata atau hanya mimpi? Karena baru saja kemarin miss Jeny berpamitan kepadaku di dampingi oleh dua malaikat. Kenapa sekarang ada di sini? Aku sedikit tak percaya dengan yang aku lihat. Aku mencolek mamaku dan menceritakannya.     

"Ma! Ma! Andra lihat ada miss Jeny sedang berdiri disandingnya ko Roy sambil tersenyum melihat tamu yang datang!". Bisikku pada mama. Mendengar aku berbisik pada mama, tante Hetty bertanya kepadaku.     

"Kenapa Ndra?" Tanya tante Hetty.     

"Itu lho Het, katanya Andra lihat si Jeny di depan gerbang sama Roy sambil senyam senyum gitu." Jelas mama.     

"Lho iya ta? kamu bisa lihat jelas ta Ndra?" Tanya tante Hetty.     

"Iya te. Itu miss Jeny ada di depan, dan sekarang sedang memperhatikan kita sambil melambaikan tangannya." Ucapku sambil tersenyum pada miss Jeny.     

"Ya udah yuk masuk." Ucap papanya Karin mengalihkan pembicaraan.     

Kami berlima berjalan dari tempat parkir hingga memasuki rumah miss Jeny. Malam itu aku benar-benar melihat miss Jeny terlihat bahagia. Saat kami hendak memasuki pintu rumahnya, beliau berasa di samping pintu sambil terus tersenyum kepada kami. Aku dan Karin berjalan di belakang orang tua kami sambil bergandengan tangan. Disaat aku dan Karin hendak memasuki pintu rumah, aku dengan sengaja mengalirkan energiku agar Karindapat merasakan hadirnya miss Jeny di rumah itu sambil membisikkan ke telinganya.     

"Nanti senyum aja waktu masuk rumah, lalu dalam hati ucapin salam ke miss Jeny. Miss Jeny ada di sebelah pintu masuk." Bisikku.     

Dan benar terjadi apa yang aku pikirkan, miss Jeny menanggapi salam kami dan Karin sempat terkejut mendengar balasan dari miss Jeny. Tak lama kami masuk ke dalam rumah, teman-temanku yang les bersama dengan miss Jeny tiba. Kami duduk bersebelahan dan melihat di tengah-tengah ruangan terdapat tilam kecil yang tertata rapi dengan di hiasi bunga mawar dan melati di bawanhnya dan tertutup kain putih. Kami tahu yang tertutup tersebut adalah jenazah dari miss Jeny yang tengah di baringkan.     

Aku melihat ke sekelilingku sesaat, miss Jeny terus menghapiri setiap keluarga dan teman-temanny yang hadir malam itu. Miss Jeny juga membisikkan ucapan-ucapan semangat dan terimakasih di setiap telinga orang-orang yang ia sayangi. Ia berharap mereka tak merasa terlalu kehilangan miss Jeny karena miss Jeny pergi dengan bahagia. Gaun putih nan indah sangat cantik di gunakan oleh miss Jeny, di lengkapi dengan setangakai bunga mawar merah yang tersemat di dadanya memperindah gaun yang beliau gunakan. Beliau terus berkeliling hingga akhirnya menemui adik-adiknya yang termenung sedih di dalam kamar mereka. Ko Roy dan ce Julie saling berpelukan di kamar sambil menangisi kepergian kakaknya. Miss Jeny yang terus berusaha menghibur adik-adiknya yang ia tinggalkan tak kuasa untuk menahan tangisannya. Ia memeluk dengan hangat kedua adiknya dan membisikkan beberapa kalimat di setiap telinga mereka. Cukup lama mereka saling berpelukan dan menangis hingga tante dari miss Jeny menghampiri mereka dan menenangkan tangisannya dengan memberikan segelas air putih.     

Miss Jeny kemudian berjalan lagi ke arah dapur dan melihat nenek dari papanya yang termenung melihati jenazahnya. Miss Jeny memeluknya dengan hangat dan membisikkan ucapan perpisahan untuk neneknya serta ucapan terimakasih jika sudah merawat Jeny hingga dewasa sejak mama papa Jeny tiada. Tak lupa ia mencium kening dan pipi neneknya sebagai salam perpisahan untuk terakhir kalinya. Selesai dari situ, miss Jeny berjalan ke arah ruang tengah dimana teman-teman gerejanya berkumpul. Saat itu doa dan puji-pujian telah di panjatkan, miss Jeny terlihat turut ikut memuji bersama di tengah-tengah teman-temannya dan memeluk sahabatnya yang sedang menangisi kepergiannya. Hingga akhir acara miss Jeny masih tinggal di rumah dalam rumah, dan saat doa penutup tiba, miss Jeny menghampiriku dan berpamitan untuk yang terkahir kalinya padaku.     

"Dyandra. Terimakasih ya untuk malam ini kamu datang bersama teman-temanmu. Saya sangat senang sekali malam ini dapat berkumpul bersama kalian lagi meskipun saya tak dapat memberikan pelajaran bagi kalian. Saya berharap di masa depan kelak, kalian dapat menjadi orang yang sukses dan berhasil. Terimakasi ya Ndra. Saya pamit dulu. Mulai malam hari ini saya sudah ada di surga bersama Bapa. Jadi jangan sedih dengan kepergian saya, karena saya pergi dengan damai dan sukacita. Bye Ndra!" Salam perpisahan dari miss Jeny yang tak lama kemudian ia menghilang di tengah-tengah cahaya putih yang terang. Seketika itu aku bersama Karin meneteskan air mata di pipi, menangisi kepergian miss Jeny dengan bahagia dan damai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.