The Eyes are Opened

Persiapan Perpisahan



Persiapan Perpisahan

0Hari berganti dengan sangat cepat.     

Bulan berganti Matahari.     

Musim hujan berganti menjadi musim panas.     

Tak terasa waktu berputar kini mendekati beberapa hari sebelum pentas perpisahan untuk anak-anak kelas 3. Hingga kini persiapan yang telah kami kerjakan siang-malam telah mendekati 90%. aku bersama timku menyiapkan design panggung dan dekor ruangan sebaik mungkin agar seluruh anak yang menghadiri menikmati nuansa yang kami buat dan meninggalkan kesan yang baik pada kakak-kakak kelas kami. beberapa tim yang lain saling berkoodinasi dengan peserta-peserta yang akan mengisi acara demi acara di pentas nanti. Sesaat aku memperhatikan orang-orang di sekelilingku yang sedang bekerja dengan giat dan semangat. Kak Bayu yang selaku ketua Osis tak henti-hentinya mondar mandir kesana kemari untuk meminta ijin kepada kepala sekolah serta mempersiapkan hal-hal yang belum sempat kami siapkan. Aku kagum pada kak Bayu yang rela meninggalkan kelasnya demi perisapan yang kami laksanakan dapat berjalan dengan lancar. Beberapa tim yang lain sedang melakukan gladi kotor bersama pengisi acara yang akan tampil.     

Satu demi satu pengisi acara berlatih di atas panggung yang telah selesai di bangun hingga pada saat latihan pentas terakhir yaitu tarian traditional, aku merasakan hawa yang aneh pada saat mereka menari, entah itu apa aku masih belum mengetahuinya. Tapi aku yakin ada sesuatu yang nggak beres. Aku memperhatikan sekelilingku lebih seksama, tak ada yang terlihat ganjal pada saat itu. Lalu aku melihat kak Andrew yang juga memandang dengan tatapan aneh pada salah satu penari. Saat aku memperhatikan kak Andrew, seketika kak Andrew melihatku dan memberikan signal, seperti kak Andrew mengetahui apa yang aku pikirkan. Ia menghampiriku yang kebetulan tepat di depan panggung.     

"Hai Ndra!! Tahu kan apa yang sedang terjadi saat ini?". Tanyanya padaku.     

"Uhm.. Aku merasakan aura yang berbeda sih pada penampilan yang terakhir ini.. Tapi aku kurang tahu siapa dan dimana "ia" dimana." Jawabku.     

"Hmmm.. Mau aku ajari gimana caranya melihat "mereka" dengan jelas? Kamu cukup memfokuskan pikiranmu pada benda atau objek yang kamu lihat hingga kamu menemukan bayangan lain pada objek tersebut. Belajarnya pelan-pelan tapi harus konsisten ya..". Ujarnya.     

"Oke-oke kak..". Ucapku.     

Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba suasana menjadi terasa aneh, dan terjadi beberapa hal ganjil yang tidak biasa terjadi. Seperti tiba-tiba lampu sorot panggung bagian sisi kiri mati padahal saklar lampu nyala, bohlam lampu juga baru di ganti. Lalu suara di microphone juga mati. Awalnya hanya crew bagian teknisi yang panik dengan keadaan saat itu. Aku dan kak Andrew yang masih memperhatikan penampilan gladi kotor terakhir mulai curiga pada salah satu penari yang tak beres. Kami memperhatikan penampilan dengan seksama hingga akhirnya kami menemukan penari yang mana yang memiliki aura yang berbeda dengan yang lainnya.     

"Ndra, coba kamu lihat penari yang berda di tengah - tengah itu." Ucap kak Andrew padaku.     

"He'em. kenapa kak dengan penari itu?".     

"Coba perhatikan dengaan baik, apa yang janggal dengan penari itu?"     

"Ehm.. bentar-bentar, kenapa yang nari sekarang ada 6 orang ya? bukannya tadi ada 5 orang ya?"     

"Nah itu.. itu yang aku maksud.. kamu tahu yang orang ke-enam itu bukanlah manusia, tetapi makhluk ghaib. Aku rasa si penari ke-5 ini yang menggunakan makhluk itu agar setiap tariannya terlihat menjiwai dan bagus di atas panggung. Eh-eh Meg, sini bentar deh..".     

"Apa Ndrew?". Jawab kak Mega selaku penanggung jawab pengisi acara yang saat itu sedang melintas di depan kami.     

"Ehm.. Gue mau tanya, itu anak yang nari yang di tengah itu siapa?". Tanya kak Andrew.     

"Ohhh... Itu namanya Lintang. Dia itu emang penari dari kecil, berbakat banget ya? lihat tuh dia narinya menjiwai banget, jadi orang yang lihat dia nari itu kaya ada gimanaaa gitu".     

"Ohh.. gitu.. dia itu anak pindahan tahun lalu itu bukan gak sih? yang anak kelas 7 itu kan?"     

"Wooeee.. Lu kok tahu sedetil itu sih Ndrew? Lu itu ngefans sama dia? Atau lu stalker anak-anak kelas bawah sih? Sampe bisa tahu sedetil itu? Jadi kepo nih gue ke elu sama anak-anak kelas bawah. Jangan-jangan lu ada apa-apanya nih sama anak bawah. Hehehehe..."     

"Kagak. Ya kan gue bagian humas di Osis masa iya gue gak tahu tiap anak baru di sekolah gue? Gimana sih lu Meg.. Hahahahaha.. Eh tapi benerkan tu anak?"     

"Hahahaha... Iya bener kok.. Eh, udah dulu ya.. gue mau balik lagi ke backstage, mau ngecek anak-anak yang lainnya sama brief lagi. Bye Ndrew.. Ndra..". Ucap kak Mega sembari melambaikan tangannya kearah kami.     

Setelah kak Mega pergi ke backstage sedangkan aku masih memperhatikan anak-anak yang sedang lahtihan tari tersebut, tiba-tiba anak yang bernama Lintang tersebut melihat ke arahku. Dengan tatapan yang tajam ia memandangku seperti tak suka dengan keberadaanku sambil ia menari di atas panggung. Menyadari hal itu aku langsung memanggil kak Andrew untuk mengetahui lebih jelasnya kenapa Lintang menatapku seperti itu.     

"Kenapa Ndra?". Tanya kak Andrew.     

"Ehmm.. Lihat anak yang bernama Lintang deh kak. Kok dia ngelihat kearah kita kaya gitu banget? Kaya orang yang gak suka dan keusik gitu..". Ucapku.     

"Ohhh.. si nyai yang nggak suka sama kita bukan Lintangnya..". Ucap kak Andrew.     

"Si nyai? Si nyai siapa?".     

"Roh yang merasuki Lintang itu Nyai Ronggeng.. itu loh yang dari legenda tanah Jawa..".     

"Masa sih? Masih ada yang seperti itu?".     

"Ya ada laahh.. ehmm.. tapi itu nanti aja aku ceritain.. sekarang si Nyai ingin berulah. Aku ke backstage dulu. Kamu tetap awasi penampilan terakhir ini, kalau ada apa-apa langsung telepon aku".     

"Baik kak".     

Tak lama setelah kak Andrew pergi menuju backstage, suasana panggung yang sebelumnya sejuk, tiba-tiba terasa panas. Hawa yang semakin mencekam menyelimuti seluruh tempat. Bulu kuduku seketika berdiri, dan aku merasakan adanya kedatangan makhluk halus lain di tempat ini. Entah berapa banyak mereka datang, yang pasti beberapa makhluk sedang berkumpul. Di saat yang sama, aku melihat gerakan tarian Lintang berbeda dengan yang lain, aku kira itu merupakan bagian dari tarian yang mereka bawakan. Namun ternyata memang gerakan Lintang yang berbeda dari timnya, hingga seluruh timnya menyadari pada gerakan Lintang yang sangat berbeda. Semua penari seketika berhenti dan memperhatikan Lintang.     

"Tang! Lintang! Udah berhenti! Tariannya juga bukan seperti itu!". Seru salah satu penari yang berdiri disampingnya.     

"Kenapa tuh Lintang? Masa iya dia kumat lagi?". Ucap penari yang lain.     

Mendengar apa yang mereka bicarakan, aku segera menelepon kak Andrew dan ia menyuruhku untuk tetap mengawasi Lintang di depan panggung.     

Semua tim penari berusaha untuk memberhentikan tarian Lintang yang semakin lama semakin aneh dan di luar dari gerakan yang sesungguhnya. Namun tak ada satu orangpun dapat memberhentikannya. Di saat seluruh tim penari mencoba menghentikan Lintang, tiba-tiba salah satu penari bernama Aya kerasukan dan ikut menari. Suasana menjadi sangat panas dan mencekam, namun tak ada satu orangpun yang menyadari hal ini adalah sebuah kesalahan, banyak yang mengira jika ini merupakan salah satu dari bagian pentas. Namun satu persatu penari mulai kerasukan hingga tak terkendali. Menyadari hal itu aku tanpa basa basi langsung menaiki panggung dan mencoba membersihkan jiwa mereka ataupun berkomunikasi dengan 'mereka'. Tapi ternyata tidaklah mudah untuk hal itu. Kak Andrew yang melihat aku telah di atas panggung membantuku dan menjernihkan jiwa-jiwa penari tersebut. Suasana menjadi gaduh ketika salah satu penari lainnya mencoba melompat ke tiang lampu seperti kera dan memakan bohlam lampu yang terpasang.     

"Doorr!". Salah satu lampu pecah ketika penari tersebut memakan bohlam yang terpasang. Suara histeris dari crew dan anggota pengisi acara yang lain terdengar sangat kencang hingga beberapa guru datang melihat apa yang sedang terjadi. Kondisi menjadi lebih tak terkendali ketika banyak anggota lain yang kesurupan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.