The Eyes are Opened

5 Bersaudara (Part 02)



5 Bersaudara (Part 02)

0Mungkin ini sangat aneh jika aku mengatakan ke orang-orang yang tak paham dengan situasiku. Terkadang sampai merasa frustasi dengan apa yang aku alami. Melihat 'mereka' yang sebenarnya tak ingin kulihat, merasakan kehadiran 'mereka' di sekelilingku yang terkadang membuatku tak nyaman, dan juga mengalami hal- yang aneh dan tak dapat di nalar oleh logika sekalipun. Tapi entah kenapa jika aku menemukan seseorang yang memiliki kemampuan yang sama rasanya sangat senang aja. Bisa berbagi pengalaman dan hal-hal yang lain yang terkadang orang awam tak dapat memahami apa yang sedang dibicarakan. Namun perlu berhati-hati juga jika orang yang dikenal itu juga memiliki maksud yang terselubung dan membawa dampak negative yang terlalu besar bagi kehidupan yang dijalani ya..lebih baik dihindari.     

Sama halnya dengan yang aku rasakan kali ini. Mengenal satu keluarga yang sering sekali bergesekan dengan hal mistis dan memiliki kemampuan yang sama denganku bisa dibilang senang, namun aku bilang juga tak senang mengenal mereka karena mereka mambawa aura negative yang cukup berdampak bagiku dan mama. Aku tak suka. Terkadang 'mereka' yang mengikuti keluarga ini sering kali megikuti dan menempel hingga tinggal kemanapun 'mereka' inginkan. Inilah yang membuatku tak suka dan tak nyaman karena 'mereka' sangat suka mengganggu dan usil.     

Siang itu aku dikenalkan oleh salah satu anak perempuan yang memiliki perawakan yang tinggi kurang lebih 165cm, dengan rambut hitam yang panjang dan dikuncir ekor kuda menjuntai di punggunggnya. Ia memiliki kulit yang berwarna kuning langsat dengan lesung pipi di sebelah kanan yang menghiasi wajahnya yang manis. Tatapannya yang tajam melihat ke arahku saat ia dikenalkan padaku. Aku terus menatapnya seakan aku enggan berkenalan dengannya. Ia yang berdiri di luar rumah dengan teriknya panas matahari yang menusuk hingga ke dalam kulit enggan untuk berteduh di teras rumah yang lebih dingin. Aku merasakan ada yang berbeda dengan anak itu, entah dia sama denganku ataupun tidak, namun ia memiliki sesuatu hal dalam dirinya yang menarik.     

"Risma, sini lho.. nagapain kamu di depan gerbang situ!" Ucap tante Nunuk menyuruh anak perempuannya untuk masuk ke dalam ruamhku.     

"Oh.. ini ya mbak yang anak keduanya? Iya, sini lho masuk, jangan di depan pintu begitu. Ayo tante kenalin anak tante yang seumuran denganmu." Ajak mama.     

Mendengar hal itu, dengan cepat aku hendak menaiki anak tangga yang berada di sebelahku. Namun belum ada setengah dari anak tangga yang ku naiki, mama melihatku dan memanggilku untuk menemuinya.     

"Ndraaa!!! Sini dulu!! Ini kenalin anaknya tante Nunuk yang tadi mama bilang." Panggil mama dari depan pintu.     

"Eh, i-iya ma.." Jawabku     

Aku kembali menuruni anak tangga dan berjalan menuju pintu rumah dimana mama dan tante Nunuk sedang berdiri bersama kedua anaknya. Ketika mulai dekat dan berjabat tangan dengan gadis tersebut barulah aku menyadari jika ia memang bukan anak yang biasa saja. Entah apa, ada suatu energi listrik yang tiba-tiba terasa menyengat saat berjabat tangan. Aku melihat wajahnya dan ia tersenyum simpul dengan tatapan tajam melihatku, seolah-olah ia membaca pikiranku dan mengetahui jika aku juga bukan orang awam. Tak lama setelah ia berjabat tangan denganku, lalu ia mendekati tante Nunuk yang merupakan mamanya dan membisikkan sesuatu di telinganya.     

"Oh iya ta?" Ucap tante Nunuk setelah mendengarkan apa yang di sampaikan Risma anaknya.     

"Iya ma." Jawab Risma.     

Aku dan mama yang berdiri di hadapan mereka kebingungan dengan apa yang mereka bisikkan. Dengan wajah yang sedikit kebingungan dengan sikap mereka, mama memutuskan untuk mengajak duduk kembali tante Nunuk bersama kedua anaknya. Namun mereka menolak untuk kembali duduk dengan alasan ingin menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya.     

"Tadi Risma hanya bicara jika Dyandra memiliki indra ke-enam namun belum terbuka sempurna." Ucap tante Nunuk tiba-tiba sesaat sebelum meninggalkan rumahku.     

Kami yang mendengarkan hal tersebut sangat terkejut karena baik aku ataupun mama masih beum mengetahui dari mana Risma mengetahuinya.     

"Oh, iya kah? Kamu tahu dari mana Risma?" Tanya mamaku.     

"Uhmm.. saya tahu karena saya anak indie. Yah bisa di bilang saya juga memiliki indra ke enam. Saya tagi lihat dari aura Dyandra yang memiliki warna nila namun bercampur dengan warna lain. Dan auranya hanya setengah badan saja. Biasanya warna aura seperti itu bisa di bilang seseorang memiliki indra ke enam sih.." Jelasnya.     

Kami saat itu masih terdiam, tak berani mengungkapkan kebenaran jika memang aku memiliki kemampuan itu karena kami sangat takut jika nantinya ada seorang yang berniat jahat padaku dan menggunakanku dengan hal yang tidak kami inginkan.     

"Tante nggak usah takut atau khawatir, saya tak akan membawa hal buruk bagi keluarga tente maupun Dyandra. Saya cuman senang aja jika ada anak yang memiliki kemampuan yang sama seperti saya. Karena kebanyakan teman yang saya kenal dan mengetahui jika saya berbeda dengan mereka, pada akhirnya mereka tak mau berteman dengan saya. Mereka menjauhi saya dan berkata jika saya anak aneh, ada yang mengatai saya seperti dukun dan banyak hal lainnya yang mereka ucapkan membenci saya. Jadi sejak saya SD hingga sekarang, saya tak memiliki teman sama sekali. Teman saya cuman saudara-saudara kandung saja. Keluarga dari mama ataupun mama yang mengetahui kemampuan saya pun tak ingin bergaul dekat dengan saya. Mereka bilang nanti pikiran mereka dapat saya baca tanpa seijin mereka. Padahal tanpa mereka berbicara seperti itu, apa yang mereka pikirkan dan ucapkan dalam hati saya dapat mendengarkannya seakan mereka berbicara langsung pada saya." Jelasnya.     

"Iya benar ce.. Saya harap Dyandra dapat berteman dengan anak saya." Ucap tante Nunuk.     

Mendengar sedikit cerita kehidupan orang yang memiliki kemampuan special seprti kami membuatku berpikir dua kali, bagaimana jika aku menceritakan kemampuanku pada teman-teman, apakah akan mengalami hal yang sama seperti itu? Akupun terdiam tak menjawab ataupun merespon tante Nunuk dan Risma. Aku hanya berpikir tentang kemampuanku dan mcenoba berpikir jernih serta menerima kemampuan specialku ini karena tak semua orang dapat memperoleh kemampuan ini, baik itu dari lahir ataupun dibukakan oleh seseorang tanpa sengaja.     

Akhirnya aku dapat menerima Risma menjadi temanku dan kami saat itu akhirnya dapat berbagi cerita tentang pengalaman kita, apa yang telah di alami ataupun hal-hal yang mengerikan yang pernah kami alami. Hingga tak menyadari jika matahari mulai terbenam yang menunjukkan bahwa hari mulai sore. Tante Nunuk bersama kedua anaknya berpamitan untuk pu;ang dari rumah kami dan mengajak kami untuk bermain ke rumahnya lain waktu. Kami mengiyakan ajakan tante Nunuk dan mengantarkan mereka pulang menggunakan sepeda motor yang terpakir di depan rumah hingga mereka tak terlihat lagi di sepanjang jalan blok perumahanku.     

"Waahhh ma, ternyata kak Risma juga anak indie ya! Andra baru menyadarinya lho! Tadi sih udah filling kalau kak Risma bukan anak normal seperti biasanya.. tapi ternyata beneran bukan anak normal.." Ucapku sambil melangkah memasuki rumah.     

"Tahu dari mana kamu?" Tanya mama.     

"Ya tadi waktu kak Risma datang itu sudah Liatin Andra dari tadi, sudah aneh aja tatapannya sejak pertama, lalu waktu Andra jabat tangan pas kenalan itu, Andra sempat kerasa di tangan Andra kaya ada aliran listriknya gitu. Enggak sakit sih, tapi kerasa banget aliran lirstriknya sampe lengan dan sempet kram juga tangan Andra. Andra mulai curiga kak Risma ini agak aneh. Dan benerankan!"     

"Lha terus kok kamu tadi diam aja waktu mereka bilang kamu ini punya indra ke enam?"     

"Ya emang Andra sengaja gak langsung bilang lha. Andra maunya dia ngaku dulu siapa dia, kok bisa-bisanya dia tahu Andra punya kemampuan itu? Kalau bukan anak indie yan mana mungkin tahu hal-hal kaya gitu. Tapi kak Risma itu tadi juga agak aneh auranya, kaya sering banget bersinggungan sama hal mistis, sering banget pokoknya. Sampe-sampe 'mereka' intp-intip di luar sana." Ucapku.     

"Ah, sudahlah! mama nggak mau bahas lagi. bikin pusing aja. Udah mama mau bikin makan malam dulu." Ucap mama sambil melangkah menuju dapur.     

Aku kembali menuju ke kamarku dan memutuskan untuk istirahat di kamar, hingga akhirnya aku tertidur karena dari sejak siang itu aku merasa lelah sekali, seakan ada energi yang keluar dari tubuhku tadi. Aku terlelap hingga merasa tidurku sangat lama, samapi aku tak tahu aku bermimpi apa saja selama aku tertidur. Tanpa sadar aku telah tertidur selama 4 jam. Mama membangunkanku tepat pukul tujuh malam karena waktu itu adalah waktu untuk makan malam. Aku terbangun dengan badan yang terasa lebih segar dan tubuhku seperti di charging. Aku menuruni anak tangga dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku, lalu setelah mandi aku baru menyusul untuk makan malam bersama mama dan papaku. Kami makan malam seperti biasa tanpa ada hal aneh yang terjadi setelah kejadian siang tadi. Mama juga tidak membicarakan tentang tante Nunuk kepada papa. Seakan tadi siang tidak pernah terjadi apa-apa dan tak mendengar apa-apa. Malam ini makan malam selesai lebih cepat dari biasanya karena papa ingin cepat-cepat menonton acara sepak bola yang sedang liga di televisi. Ia tak ingin ketinggalan melihat jagan yang ia andalkan, sedangkan mama membereskan sisa makanan dan piring kotor bersamaku.     

"Ndra! Selesai cuci piring temani mama ke rumah tante Nunuk ya." Pinta mama.     

"Mau ngapain ma? Sudah malam juga lho! Kok nggak besok aja sih?" Ucapku sambil menatap tumpukan piring kotor di wastafel.     

"Ini lho.. mama mau kasih incip kerupuk ikan khas bangka yang kemarin mama baru beli di Bu Dolah.. Kerupuknya kan enak.. Ya.. sapa tahu mereka juga suka.."     

"Aduuuhh.. mama ini ya terlalu baik bangett.. Masa gitu aja sampai kita kasih incip sih? Kenapa nggak mereka suruh beli aja." Ucapku dengan nada ketus.     

"Ya sudah mama nanti ke rumah tante Nunuk sendirian aja. Kamu di rumah sama papa." Jawab mama mengakhiri pembicaraan dan meninggalkan dapur.     

"Waahhh..mama kecewa nih.. Bisa panjang urusannya kalau sampai kaya gini.. Haahhh.. ya mau gimana lagi.. mau nggak mau aku jug aharus temeni mama ke rumah tante Nunuk malam-malam gini." Gumamku sambil menyelesaikan cucian piring di dapur.     

Setelah selesai, aku berjalan hendak menuju kamar, namun aku melihat mama yang telah menyiapkan beberapa bingkisan yang nantinya akan di bawa ke rumah tante Nunuk. Segera aku berlari menuju kamar dan mengambil jakte yang tergantung di belakang pintu kamarku dan berlari lagi menemui mama.     

"Udah ayo Andra temenin." Ucapku dengan nada sedikit dingin.     

Mendengar hal tersebut terlihat senyum simpul yang menghiasi wajah mama dan seketika saja mama mulai berbicara lagi denganku seperti biasanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.