The Eyes are Opened

Saat Malam Tiba..



Saat Malam Tiba..

0Setelah mengetahui apa yang terjadi pada lukisan dinding yang terdapat di rumah Budhe Wati, segera aku berlari menuju ke kamar kak Nilam. Berlari menyusuri lorong rumah yang sangat panjang dan hanya terdapat dinding yang panjang dengan beberapa pintu di sebelah kiri kananku. Aku terus berlari hingga menemukan sebuah pintu berwarna putih di ujung jalan dan di depan pintu tersebut terdapat papan nama yang terpasang bertuliskan "Kamar Nilam". Aku mencoba mengetuk pintu kamar kak Nilam beberapa kali.     

"Tok..tok..tokk.. kak Nilam boleh Andra masuk?" Ucapku dari balik pintu kamar kak Nilam. Tak terdengar satu ucapan dari balik pintu inik sama sekali, dan aku mencoba mengetuk kamarnya lagi.     

"Tok..tok..tok.. kak Nilam? kakak ada di dalam kan? Tok..tok..tok..".     

Tak terdengar suara apapun lagi, dan aku kembali mnegtuk kamarnya untuk yang ke tiga kalinya.     

"Tok..tok..tok..tok.. kakkk.. Andra masuk yaa.." Ucapku sambil penasaran apakah kak Nilam ada di kamar atau sedang tidur.     

Suasana lorong kamar juga semakin membuatku sesak, lampu di sepanjang lorong yang selalu menyala dari pagi maupun malam karena tak adanya penerangan dari luar ruamh yang menerangi tiba-tiba beberapa lampu yang terdapat di tengah lorong mati dan menyala secara terus menerus. Tanpa aku sadari karena takut dan kaget aku membuka kamar kak Nilam yang ternyata sejak tadi tak terkunci. Saat pintu telah terbuka, aku melihat kak Nilam sedang tertidur di atas kasurnya. Namun aku melihat hal yang aneh pada kak Nilam, Aku memasuki kamarnya dan mendekati kasurnya. Aku melihat raut wajah kak Nilam yang sedang tertidur terlihat seperti orang ketakutan dan keringat keluar membasahi bantal yang ia gunakan.     

"Apa kak Nilam sedang sakit ya? Keringatnya banyak banget." Ucapku sambil menempelkan tanganku di atas dahinya.     

"Nggak demam kok, tapi kenapa keringatnya banyak banget?" Sambil mencoba memeriksa temperatur suhu tubuh kak Nilam sekali lagi.     

Disaat sedang memeriksa kak Nilam, aku mendapatkan penglihatan apa yang sedang di alami kak Nilam di alam tidurnya. Aku melihat aku sedang di sebuah temppat yang sangat gelap, tanpa ada satu cahayapun yang menerangi. Dingin dan lembab menyelimuti tempat tersebut. Bau bunga tiba-tiba tercium sangat harum di mana-mana. Lalu aku mencoba berjalan menyusuri jalan setapak yang terdapat di depanku, Dingin, gelap, lembab dan bau bunga di mana-mana membuat bulu kuduku berdiri. Disaat di tengah-tengah aku berjalan, aku mendengar suara gamelan dan alat musik tradisional, aku berjalan lebih cepat mendekati sumber suara tersebut. Menyusuri jalan yang panjang tanpa ujung, beberapa kali aku menoleh ke belakang dan aku merasa tak menemukan ujung jalan ini. Hingga di satu waktu ketika aku sedang terus berjalan, aku melihat satu titik cahaya yang bersinar terang. Melihat hal tersebut aku langsung berlari kearah cahaya tersebut, diiringi musik tradisional yang semakin kencang dan terdengar lebih dekat. Udara yang sebelumnya sangat lembab mulai semakin menipis dan terasa adanya pertukaran udara. Disekeliling kakiku berlari, aku mulai merasakan hawa hangat yang menyelimuti tanah dimana aku berlari, dan cahaya yang terang tersebut semakin terlihat dekat dengan pandanganku. Suara keramaian seperti pasar dan suara orang berteriak salingv bersautan mulai terdengar dengan jelas. Aku berhenti berlari dan mulai berjalan pelan-pelan, mendekati cahaya yang telah terdapat di depan mataku. Anehnya meskipun aku telah berlari sejauh itu, aku tak merasa seperti kelelahan sama sekali. Tubuhku terasa segar, tak ada keringat yang mengalir di tubuhku. Aku melihat ke bawah, tanah yang aku pijak mulai tampak. Aku melihat, aku bertelanjang kaki di dalam mimpi tersebut dan berjalan diatas batu-batu setapak yang ditumbuhi rumput-rumput yang tumbuh subur dan berwarna hijau dan segar. Aku mulai berjalan perlahan dan keluar dari terowongan yang gelap menuju keramaian yang terdapat di depan mataku. Aku melihat banyak orang sedang berkumpul dengan menggunakan pakaian tradisional dan mereka menari-nari di tengah-tengah hall besar. Berteriak saling saut menyaut dan musik gamelan dan nyanyian seorang sindenn terdengar sangat merdu dan indah. Saat itu aku masih belum menyadari adanya hal yang aneh, hingga saat aku berjalan mendekati kerumunan tersebut, setiap orang yang terdapat di sana duduk terdiam dengan tatapan kosong kearah tengah hall. Aku mulai memperhatikan dengan seksama setiap orang yang terdapat di sana. Aku melihat orang-orang yang sedang berjalan kesana kemari dan melakukan segala sesuatu tanpa ekspresi serta tatapan yang kosong.     

Segala hal yang terlihat semakin menjadi aneh, namun yang menjadi pusat perhatianku saat itu, aku melihat orang-orang yang tadi menari di tengah hall tiba-tiba membuat dua lingkaran dari kecil ke besar, dan di tengah-tengah para penari terdapat seorang gadis yang tergeletak dan seluruh tubuhnya tertutup oleh selembar kain putih.     

"Apa yang sedang mereka lakukan? Seperti sedang melakukan sebuah ritual?". Ucapku sambil mengernyitkan dahi. Aku memberanikan diri untuk mendekat kerumunan orang-orang yang duduk di sekitar hall. Aku mencari tempat duduk terdekat dengan hall dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Seluruh orang yang melihat berteriak-teriak menyuarakan sesuatu sambil mengangkat tangan mereka ke langit. Lalu muncul seorang laki-laki paruh baya dengan menggunakan pakaian adat jawa dan membawa sebuah keris di tangan kanannya.     

"Deg..deg..deg..deg..". Suara jantungku berdegup dengan kencang melihat situasi yang aku lihat saat itu. Aku tahu ini hanya bagian mimpi dari kak Nilam, tapi aku merasakan mimpi ini seperti nyata. Aku seketika terkejut saat aku melihat wajah perempuan yang sedang terbaring di tengah - tengah hall.     

"Gashp! I-itu ka-kan kak Nilam?!". Aku tak dapat berkata apapun saat itu. Aku tercengan, bingung dan kaget dengan apa yang aku lihat dengan mataku saat itu.     

"A-aku harus bagaimana?". Ucapku dalam hati yang masih shock. Aku langsung melihat sekelilingku dan memperhatikan apa yang akan mereka lakukan dengan kak Nilam di sana. Seluruh orang yang berada di hall semakin berteriak-teriak menyuarakan sesuatu seakan-akan mereka memanggil dewa yang mereka sembah dan ingin cepat-cepat melakukan ritual yang sedang mereka lakukan. Semuanya orang berteriak-teriak baik itu anak kecil hingga orang dewasa, kecuali hanya aku seorang yang tak mengikuti apa yang mereka lakukan. Di saat semua orang sedang bersorak sorai menyerukan dewa mereka, tiba-tiba saja mereka berhenti bersorak-sorak. Aku kira pemujaan yang mereka lakukan telah selesai, namun dugaanku salah. Mulai satu persatu orang yang berada di dekatku melihat kearahku hingga seluruh podium di hall tersebut melihatku dengan tatapan yang tajam hingga dukun pria yang terdapat di tengah hall mengatakan suatu kalimat yang tak dapat aku mengerti sambil menunjukkan jarinya kearahku dan seketika saja diikuti oleh semua orang. Perasaan yang semakin bercampur aduk dengan rasa takut menyelimutiku dan akhirnya aku mengambil keputusan untuk menjauh dari hall itu dan pergi dari tempatku berada. Aku berlari menaiki anak tangga hall besar itu dan menabrak setiap orang yang melihati ku tanpa bereaksi apapun. Aku berlari dan mendorong mereka hingga terjatuh, namun mereka hanya diam saja seperti patung boneka yang dikendalikan oleh seseorang. Dukun pria itu berseru kembali sambil menunjuk ke arahku yang sedang bersusah payah keluar dari hall besar itu dan mulailah orang-orang berbadan besar yang terdapat di ujung podium hall menghalangi jalanku. Aku berhenti sejenak sambil mencari cara untuk keluar dari tempat itu, namun tak ada waktu bagiku untuk beristirahat sejenak. Orang -orang tersebut mulai berlarian ke arahku dan mulai menyerangku seperti zombie. Aku berteriak sekencang-kencangnya dan mencoba melepaskan setiap tangan orang tersebut yang ingin menangkapku.     

"Hahhh..hahh..hahh.. Apakah aku bisa lolos dri tempat mengerikan ini? kemana jalan kembali tadi ya?". Gumamku sambil terus berlari menaiki anak tangga dan menghindari kerumunan orang yang seperti zombie. Aku terus berlari dan berlari tanpa menoleh kebelakang. Rasanya sangat berat saat aku berlari dan aku sudah berlari sekuat tenagaku, namun yang aku lihat aku seperti berlari di tempat yang sama dan sangat jauh jarak yang akan aku tempuh, hingga aku menemukan jalan setapak dimana aku tadi keluar dari lorong kegelapan. Aku mengeluarkan seluruh tenagaku untuk terus berlari dan meraih pintu lorongkegelapan tersebut dan terus berlari hingga tak tahu arah lagi. Di saat aku masih merasa berlari di dalam lorong kegelapan yang semakin lama semakin gelap dan memakan segala cahaya yang masuk hingga aku tak dapat melihat langkah kakiku maupun tubuhku sendiri, tiba-tiba aku terbangun dari penglihatanku. Saat aku tersadar, aku sedang tidur di kasur bersama kak Nilam sambil memegang tangannya. Entah sejak kapan aku tertidur di kasur, karena seingatku aku hanya memeriksa kondisi tubuh kak Nilam yang demam. Aku mencari ponselku yang terdapat disaku celanaku dan melihat jam disana. Aku tersentak kaget karena jam di ponselku telah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Aku menoleh kesamping, melihat kak Nilam yang masih tertidur dan terdapat plester penurun demam di dahinya. Aku hendak keluar dari kamar kak Nilam,dan mencari mama apakah masih ada bersama budhe Wati.     

Lampu berwarna keemasan menghiasi seluruh lorong kamar di rumah budhe Wati. Aku terus menelusuri lorong kamar hingga keluar di tenagh-tengah lobby lantai dua. Lobby yangterlihat megah dan mewah ketika malam tiba, dihiasi dengan lampu kristal yang besar dan menggantung di langit-langit rumah. Perabotan yang terdapat di sekililing rumah terlihat berkilau dan mewah dan mahal. Aku menyusuri anank tangga rumah budhe dan tak ku temukan satu orang pun di sana. Aku berjalan menuju dapur yang terletak di belakang rumah, tak ada satu orang pun. Aku menyusuri seluruh ruangan hingga ke taman yang terdapat di bagian belakang rumah, di tumbuhi berbagai tamanam hias dan pohon palem dan mangga yang tumbuh subur serta terdapat kolam ikan yang besar dan gazebo di atasnya. Lagi-lagi tak ku temukan seorangpundi sana.     

"Pada kemana semua orang- orang ya? Coba aku panggil mbok Siti mungkin tahu kemanaperginya budhe". Ucapku.     

"Mbokkk..mbok Sitiii.. mbok di mana?". Teriakku mencari mbok Siti di daerah dapur tapi tak ada suara yang menjawab panggilanku. Akhirnya aku berniat untuk kembali ke kamar kak Nilam. Saat aku membalikkan badanku, aku terkejut dan membuat shock jantung karena melihat penjaga rumah budhe yang tadi siang aku lihat tiba-tiba berdiri di belakangku tanpa ada suara langkah kaki sebelumnya. Ia pun tak berkata apapun ketika aku memanggil ataupun terkejut saat melihatnya. Ia hanya berdiri dan memandangiku tanpa melakukan apapun. Aku sesaat melihat pakaian yang ia gunakansangat lusuh dan kotor penuh dengan tanah dan masih memegang sekop dansabit di kedua tangannya. Sempat aku bergidik melihat apa yang sedang ia lakukan di hadapanku, namun aku berusaha untuk tenang dan menanyakan keberadaan semua orang kemana.     

"Pak., uhmm budhe Wati kemana ya? apakah bapak tahu?". Tanyaku dengan sopan. Namun ia tak menjawabsatu katapun dari pertanyaanku. Ia hanya memandangiku dengan tatapan kosong. Perasaan tersebut membuatku teringat seperti dalam mimpi kak Nilam tadi yang aku alami.     

"Pak? bapak tahu budhe Wai pergi kemana?". Tanyaku untuk kedua kalinya, namun tak ada jawaban yang ia ucapkan. Penjaga budhe semakin membuatku takut dan seketika bulu kuduku berdiri. Aku kehabisan akal untuk mengatasi hal seperti ini. Rasanya inginku pergi dari sini dan berlari ke kamar kak Nilam. Tapi suasana yang menegangkan tersebut akhirnya dapat cair dengan kedatangan mbok Siti yang keluar dari pintu belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.