The Eyes are Opened

Gadis kecil dan boneka kelinci (Part 1)



Gadis kecil dan boneka kelinci (Part 1)

0Hari berganti hari..     

Aku melakukan aktivitasku seperti biasa, kesekolah, ikut ekskul, les, dan belajar di rumah. Tidak ada yang special meskipun aku saat ini memiliki indra tambahan. Hanya temanku Karin dan mama ku yang mengetahui kemampuanku dan mereka tidak berlebihan dalam menyikapinya sehingga aku dapat melakukan aktivitasku seperti sebelumnya. Yahh.. meskipun terkadang hal-hal supranatural sering kali menggangguku namun aku mulai menguasainya perlahan-lahan. Tapi masih belum sepenuhnya siap jika aku harus melihat sosok "mereka" yang terkadang bermunculan dihadapanku. Seringkali kemunculan "mereka" membuatku syok jantung dan ketika aku sedang di tempat yang ramai, kadang susah untuk mencari alasan agar tidak terlihat aneh bagi orang yang melihat. Terkadang juga "mereka" mencoba untuk dapat berkomunikasi denganku, namun seringkali aku lebih memilih untuk menolaknya. Aku tak mau berurusan dengan persoalan "mereka" yang nantinya membuatku kerepotan, sehingga aku lebih sering pura-pura tidak melihat atau mendengar ketika "mereka" mencoba berkomunikasi denganku.     

Hari Jum'at tanggal 13 Juni 2008, hari ini tepat ketika nanti sore aku akan les di rumah miss Jeny. Tapi entah kenapa aku merasakan hal buruk sejak tadi pagi. Aku hanya banyak berdoa agar hari ini tidak terjadi sesuatu hal yang tidak aku inginkan. Hingga tiba di sekolahpun perasaanku tetap tidak tenang, entah kenapa, tapi akupun tak tahu. Aku mencoba mengalihkan dengan bergurau dan bermain-main dengan teman kelasku. Namun ketika aku sedang melamunkan pikiranku, tiba-tiba Claudi mengagetkanku.     

" Woiii!! Ngapain lu ngelamun siang-siang gini? Awas kesambet hantu loh. Hahahahaha..." Hentakan tangannya di pundakku membangunkanku dari lamunanku, lalu ia duduk di sebelahku.     

" Ah. Apaan? Aku nggak ngelamun koq".     

" Kagak gimana? Lu tu lagi ngelamun tadi.. mikirin apa sih?"     

" Nggak mikir apa-apa.. sudah lah jangan dibahas.. kamu mau bicara tentang apa sih Di?". Tanyaku mengalihkan pembicaraan.     

" Eh iya. Ini lo. Bentar-bentar gue panggilin anaknya dulu, biar dia yang ngomong sendiri. Lex.. Alex.. sini woy!!". Claudi yang sambil panggil 3 teman cowok di kelasku.     

" Apaan lex? ". Tanyaku yang penasaran.     

" Gini ndra.. kita boleh nda ikutan les bareng di tempat lesmu? Kita juga lagi cari bimbel buat ujian semester nih.." Ucap Alex, Theo, dan Ruben bersamaan meminta ijin untuk ikut les bersama dengan kami.     

" Boleh koq.. ikut aja.. nanti sore juga kita pas sekali jadwalnya les bimbel.. kalian dateng aja dan jangan sampe telat.. oke?". Jawabku pada Alex, Theo, dan Ruben tanpa pikir panjang, aku pun mengiyakan permintaan mereka dan memberi tahu jadwal serta tempat lesnya.     

" Wokeee.. siipp thanks ya ndra.. see you..". Ucap Alex sambil kembali ke tempat duduknya.     

Sepulang sekolah seperti biasa Karin menungguku di depan kelas untuk keluar gedung bersama. Kami selalu menunggu di depan kelas jika jam pulang sekolah telah berbunyi, lalu kami keluar bersama hingga ke depan gerbang.     

" Eh rin, nanti ada Alex, Theo, sama Ruben juga ikut les kita lho..". Ucapku sambil jalan keluar sekolah pada Karin.     

" Ow ya? Mereka tahu dari sapa?". Tanya Karin padaku.     

" Mereka tahunya dari Claudi.. gak apa kan? Kan seru semakin rame les bimbel kita.. hehehehe..".     

" Iya pasti seru kalo ada tambahan temen.. tapi jangan banyak-banyak juga.. kalo terlalu banyak nanti gak fokus lagi belajarnya..".     

" Iya-iya.. nanti aku kasi tahu Claudi deh kalo jangan ajak anak lagi selain tiga serangkai itu.. hahahahha.. Ya udah rin aku langsung pulang dulu ya.. sudah di jemput mama tuh." Sambil menunjuk ke arah mama yang sedang melambaikan tangannya ke arah kami.     

" Okee dehhh.. bye ndra.. see you.. bye tante Dona..".     

" Bye Karin.. hati-hati di jalan ya nak..". Ucap mamaku yang memperhatikan Karin keluar dari sekolah menggunakan sepedanya.     

Aku pun langsung memasuki mobil dan langsung menuju pulang ke rumah.     

" Ma, nanti Andra les lo ya.. naik sepeda lagi lewat jalan belakang seperti biasanya..". Ucapku mengingatkan mama ketika sedang menyetir.     

" Iya nak.. jangan pulang malam-malam ya hari ini..".     

" He'em ". Entah kenapa fillingku semakin tidak karuan ketika mama menasehatiku seperti itu. Seperti mama mengetahui sesuatu yang akan terjadi. Sesampainya di rumah aku langsung ganti baju dan makan siang, karena jam masih menunjukkan 13.30 WIB aku memutuskan untuk tidur siang sejenak sebelum bersiap-siap pergi les bimbel.     

Jam menunjukkan 14.30 WIB, alarm jamku berdering membangunkanku untuk bersiap-siap pergi les bimbel. Segera aku bangun dari tempat tidurku dan bersiap-siap. Seperti biasa aku berangkat menuju les bimbel melewati jalan pintas di belakang perumahanku, selama perjalanan aku melihat langit sore terlihat sendu dan sedikit cahaya matahari yang menyinari. Namun terlihat suasana yang aneh ketika aku melewati pemakaman warga seberang sungai, aura di sekitar pemakaman terkihat lebih gelap padahal hari masih sore. Aku tak ada pemikiran yang aneh waktu sore itu, namun perasaanku menjadi takut dan bulu kuduku tiba-tiba berdiri semua ketika aku melewatinya. Aku bergegas mengayuh sepedaku lebih kencang dan menghidari daerah pemakaman lebih jauh. Sesampainya di rumah miss Jeny, tempat les bimbelku. Hal serupa aku rasakan kembali. Perasaan takut, mencekam dan bulu kuduku berdiri kembali datang.     

" Hari apa sih ini? Kenapa hari ini kok horor gini sih. Nggak di pemakaman, gak disini. Kenapa aura-auranya mencekam banget sih hari ini? Masa iya efek hari Jum'at tanggal 13 jadi horor gini? Kaya di film-film gitu dong?". Gumamku ketika aku sampai di depan pintu rumah miss Jeny sambil membuka pintu gerbangnya. Memang gak salah sih jika rumah miss Jeny terlihat angker dan kesannya horor gitu, dari luar aja gerbangnya besar banget dan kuno, meskipun interior rumah miss Jeny terbilang simple modern, tapi banyak benda-benda antik yang di simpan di dalamnya. Belum lagi patung-patung dan keris kuno yang terpasang di dinding rumah. Namun kali ini rumah miss Jeny sangat tak nyaman buatku, baru saja kakiku melangkah masuk halamannya saja seperti ada yang terus memperhatikan aku dari jauh entah dimana. Aku terus memperhatikan sekelilingku bila saja ada orang yang benar memperhatikanku, namun tak terlihat satu batang hidungpun orang yang mengawasiku. Bulu kuduku seketika berdiri dan membuatku semakin takut. Berkali-kali aku merasakan seperti ada yang sedang memperhatikanku, namun aku mencoba untuk tidak memperdulikannya ketika aku berdiri di depan pintu miss Jeny. Aku langsung memencet tombol bel pintu yang berada di samping kanan atasku. Tak butuh waktu yang lama aku menunggu, pintu rumah miss Jeny terbuka dan yang menyambut aku pada waktu itu adiknya miss Jeny, Roy.     

" Hallo.. kamu Dyandra ya? Aku Roy adiknya.. Salam kenal ya..". Sapa Roy ketika membukakan pintu waktu aku datang.     

" Aku panggil kamu apa nih nama pendeknya?". Lanjutnya sebelum aku menjawab sapaannya tadi.     

" Hallo ko Roy.. uhmm.. panggil aja Andra gak apa ko.. hehehehe.. temen-temenku biasa panggil Andra sih..". Ucapku membalas sapaannya.     

" Uhmmm.. kedengeran kaya cowok tahu nama panggilanmu itu. Aku ganti Dian ya? Boleehh??".     

" Uhmmmm..". Belum sempat aku menjawab miss Jeny tiba-tiba datang menjemputku dan mengomel pada ko Roy karena tak membiarkanku masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.     

" Heeeiiii Royyy sini kamu! Ngapain kamu di situ sama Dyandra! Jangan godain anak kecil deh!!".     

" Ishh.. cece nih ganggu orang mulu. Aku masih ngobrol sama Dina nih..". Ucap Roy pada miss Jeny.     

" What?? What do you say that? Who is Dina? Jangan bilang Dina itu Dyandra? Lu gila apa ya? Nama orang di ganti-ganti? Hemmpp. Hemppp. Hemmmpp!!". Ucap miss Jeny pada Roy yang seketika saja adiknya membungkam mulut miss Jeny agar tidak mengomelinya lebih banyak lagi.     

" Maaf ya Din.. ceceku ini agaaakkk..(sambil memperagakan tanganya seperti bebek) kamu masuk ke kelas aja dulu. Sepertinya tadi temanmu sudah ada yang datang". Ucap ko Roy membiarkanku masuk ke kelas les bimbel saat itu.     

Setelah aku melewati kakak beradik itu, aku sempat mendengar keributan antara mereka berdua dengan dilaog campuran. Yahh.. mungkin sudah terbiasa mereka seperti itu. Aku berjalan terus melewati lorong kecil yang menghubungkan dengan ruang les. Namun, ketika aku melewati pintu di sebelah kiriku yang menghubungkan kamar kostan, aku sekilas melihat ada seorang anak kecil lagi dari bali tembok pilar. Gadis kecil yang menggunakan piyama panjang berwarna putih dan memegang boneka kelinci yang lusuh di tangan kanannya. Ia terus menatapku dengan wajah yang penuh rasa ingin tahu. Aku memalingkan pandanganku sejenak dan melihat ke arah yang sama, tapi gadis kecil itu sudah tak ada lagi di sana. Entah kemana gadis itu pergi, aku terus berjalan menuju ujung lorong dimana ruang kelasku berada. Saat itu aku tak berpikiran buruk tentang keberadaannya. Tak lama setelah itu, aku tiba di ruang kelas bimbel. Ternyata teman-temanku sudah datang terlebih dahulu.     

" Wwooiiii... Akhirnya lu datang juga ndra. Gue kira gak datang". Sapa Claudi yang duduk di paling belakang kelas ketika aku masuk.     

" Nggak lah.. aku pasti dateng les koq.." Timpalku.     

" Ya kali kalo Andra gak datang pasti ketiduran di rumahnya sambil ngiler-ngiler. Hahahaha yak gak Ben? Hahahahaha.." Celoteh Alex yang duduk paling depan kelas bersama Ruben dan Theo.     

" Ya kamu aja lex yang kaya gitu. Kamu kan gak tahu kalo kamu pas ketiduran di jam pelajaran fisika gimana? Aku punya fotomu waktu kamu tidur. Hahahaha..". Ucapku pada Alex sambil menunjukkan ponselku dan menertawaknnya.     

" Mana?! Sini ponselmu! ". Seketika Alex kesal dengan foto yang aku ambil di ponselku dan tak lama miss Jeny datang membuka pintu.     

" Ayo duduk semuanya. Hallo sore anak-anak.." Salam miss Jeny pada kami dan meminta perkenalan pada tiga temanku yang baru bergabung hari ini.     

Pelajaran les hari ini berjalan sepeeti biasa dan lancar, namun ketika di pertengahan kelas aku bersama Karin meminta ijin untuk ke toilet. Karena toilet terletak lumayan jauh dari kelas kami, kami mencari toilet terdekat yaitu di bagian kost-kostan. Ketika tiba di toilet umum kost-kostan, aku memperhatikan sekelilingku. Ada persaanntak nyaman ketika aku memasuki ruangan toilet. Ruangan yang sedikit pengap dengan ornamen kuno menghiasi interior toilet kost-kostan disini. Padahal terdapat ex-house fan yang terpasang dan menyala, namun aku merasakan sangat pengap. Suasana angker menjadi bertambah dengan adanya suara berdenyit pada engsel daun pintu toilet yang telah berkarat. Suara langkah kaki berdenyit di lantai atas pun terdengar keras hingga di ruangan toilet dan beberapa kali terdengar suara tawa anak kecil yang sedang berlarian.     

" Rin.. rinnn.. sudah belum kamu di toiletnya?" Ucapku pada Karin yang belum keluar toilet.     

" Iya bentar-bentar ndra.. bentar lagi selesai koq aku.".     

" Hahahahahahahahah.. dukdukdukdukduk..". Terdengar jelas suara tawa anak kecil yang berlarian di lorong rumah. Aku segera mengikuti arah suara tersebut dan hendak mengejarnya. Namun Karin langsung saja menarik tanganku yang baru saja selesai dari toilet.     

" Kenapa ndra? Kamu mau kemana tadi? Liat siapa?". Tanya Karin padaku yang penasaran melihat ekspresi wajahku seperti sedang mencari sesuatu.     

" Ahhh.. Uhmm.. itu rin kamu tadi denger ada suara anak kecil ketawa keras banget sambil lari-lari nda?". Tanyaku pada Karin dengan hati-hati.     

" Hah? Suara apa? Aku dari tadi gak denger apa-apa tuh? Salah denger mungkin kamu ndra.. Mungkin suara anak kostannya miss Jeny..". Ucapnya.     

" Udah yuk balik. Kamu gak ada mau ketoilet lagi kan?"     

" Gak koq.. ya udah yuk balik ke kelas". Jawabku namun aku masih sedikit penasaran dengan suara anak kecil sebelumnya. Aku terus memperhatikan sekelilingku sambil menggandeng tangan Karin yang berjalan di depanku. Aku yakin tadi mendengar suara anak kecil yang sedang tertawa dan berlarian di lorong, namun Karin yang sedang bersamaku tak dapat mendengarnya. Aku gak mau membuat keributan di tempat les ini dan membuat seluruh teman-temanku takut sehingga aku tidak menceritakan apapun yang aku alami tadi sewaktu pergi toilet.     

1

Jam menunjukkan pukul 17.45 WIB, kelas bimbel kami hari ini selesai lebih awal karena materi yang diberikan sangat mudah untuk dipahami sehingga kami di perbolehkan oleh miss Jeny untuk pulang lebih awal. Aku langsung merapikan buku dan alat tulisku ke dalam tas, dan segera aku pulang ke rumah meninggalkan teman-temanku yang masih ingin bermain di rumah miss Jeny hingga larut malam.     

" Teman-teman aku balik dulu ya.. aku gak ikut main dulu hari ini". Kataku pada teman-temanku selagi mereka bergurau satu sama lain.     

" Waahhh lu gak seru banget sih ndra.. Masa mau pilang duluan? Nanti aja lahh pulangnya bareng kita-kita..". Ajak Claudi agar aku tidak pulang dulu.     

" Gak ah.. aku pulang aja hari ini.. ya kali kalian mah enak bawa sepeda motor ke sini.. Lah aku pake sepeda kayuh bro..".     

" Yaudah deh..Hati-hati ya bro.. byeeee.. see you next day..". Salam teman-temanku ketika aku pergi meninggalkan ruang kelas les dan berpamitan dengan miss Jeny yang sedang duduk di ruang tengah sambil menikmati teh sorenya.     

" Miss.. Andra balik dulu ya.. see you miss..". Ucapku pada miss Jeny sambil melambaikan tanganku dan miss Jeny hanya melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan kami.     

Entah kenapa hari ini seluruh indraku sangat sensitif terhadap makhluk gaib, aku bergegas pulang dan mengabaikan perasaan yang selalu di awasi sejak dari tadi. Aku menaiki sepedaku dan dengan cepat mengayuhnya. Karena perasaanku kurang baik saat ini, aku memutuskan untuk pulang lewat jalan utama sehingga terhidar dari jalan pintas yang melewati pemakaman warga di seberang kali. Aku mengayuh sepedaku dengan kecang hingga membutuhkan waktu 15menit lebih cepat dari biasanya dan tiba di rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.