The Eyes are Opened

Hari yang cerah menjadi kelabu



Hari yang cerah menjadi kelabu

0Cuuiitt...cuiitt..cuiitt..cuuuiitt...     

Suara burung-burung bernyanyi dengan riang di depan jendela kamarku yang menandakan hari telah pagi.     

Aku terbangun dari tidurku, dan mulai beranjak dari tempat tidurku dan segera bergegas untuk bersiap-siap ke sekolah. Yap. Hari ini adalah hari Senin, hari pertama di setiap minggu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Aku sangat berharap di hari ini dapat menjadi hari yang sangat indah bagiku dan tidak ada hal-hal mistis yang menggangguku sepanjang hari ini. Tepat pukul 06.00 aku selesai mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Saat aku sedang memasukkan beberapa buku pelajaranku ke dalam tas, kucing kesayanganku fluko mendatangiku dan berjalan mengelilingi kakiku. Ia ingin untuk di manja sebelum aku pergi meninggalkannya ke sekolah.     

"Meeeooowww...puurrr..puuurrr...purrr...". Suara dengkurannya yang terdengar jelas meminta perhatianku.     

"Iyaaa sayaanggg.. sini naik kursi". Ucapku sambil mengarahkan tanganku ke kursi belajarku. Segera aku mengangkatnya sambil menggendong tas sekolahku, aku turun menuju ruang makan dimana papa dan mama telah menungguku untuk sarapan bersama.     

"Pagi ma.. pagi pa..". ucapku sambil menaruh tas sekolah di sofa sambil menunrunkan fluko.     

"Pagi sayang..". Jawab papa sambil menyeruput secangkir kopi panas untuk memulai harinya agar tidak mengantuk selama bekerja.     

Segera aku mengambil piring dan sendok yang sudah di sediakan di meja makan, dan memulai sarapan pagi ini dengan nasi goreng special buatan mama. Tak lama kemudian tepat pukul 06.15 ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku pagi-pagi.     

"Tok..tok..tok.. tanteee.. permisi...". ucap suara pria dari balik pintu rumah.     

"Oh! Pak Daud mungkin ma yang datang! Ayo ndra cepetan di makan! Itu jemputanmu sudah datang!". Ucap papa yang menyuruhku menyelesaikan sarapanku saat itu.     

"Nak.. mulai hari ini kamu dari berangkat sekolah sampai pulangnya di jemput sama di antar sama pak Daud ya.. mama cuman bisa antar kamu kalau kamu ada kegiatan diluar jam sekolah aja..". Ucap mama saat menjelaskan.     

Tanpa pikir panjang dan berbicara apapun, akhirnya aku langsung di antar ke sekolah menggunakan sepeda motor. Yaahhh.. seperti ojek motor gitu deh.. tapi kalau di pikir-pikir lagi enak juga naik ojek gini, bisa pulangnya main-main dulu.. hehehhe.. pikirku dalam hati.     

"Om! sudah lama ya ngantar jemput sekolah?". Tanyaku.     

"Ohh.. iya non.. biasanya saya pakai becak kalau antar jemput.. tapi sekarang sudah ada rejeki beli mtor jadi pakai motor.. jadi lebih cepat juga kalau antar-antar non..".     

"Ohhh.. gitu... sudah punya anak nggak om?".     

"Sudah non.. masih kelas 5 SD. Ow iya nanti pulangnya jam berapa saya jemputnya?".     

"Ohhh.. nanti aja om saya kirim pesan. Nanti minta nomer teleponnya ya om!".     

"Oh sudahnyampe! Nggak terasa 15 menit perjalanan sudah sampai di depan gerbang sekolahan. Biasanya kan 20 menit baru nyampe kalau di antar papa atau mama". Ucapku dalam hati sambil meminta nomor telepon Om Daud.     

Saat aku jalan memasuki sekolahaan..     

"Woooiiii Andraaa!!!".     

Terdengar teriakan temanku Claudi memanggilku dari arah gerbang, seketika aku menoleh ke belakang dan langsung melambaikan tangaku.     

"Tumben banget sudah nyampe di sekolah jam segini? Nggak kepagian lu?". Ledek Claudi karena biasanya aku selalu datang beberapa menit sebelum bel sekolah berbunyi.     

"Hehehehe... ya gak apalahhh tuan putrinya datang lebih awal.. biar bisa melihat rakyatnya hidup makmur apa nggak.. Hahahaha..". Jawabku sambil tertawa.     

"Idiiihhh kasian bener gue jadi rakyat lu! gak ada kerjaan lain apa? jadi Jubirlu kek apa kek?! Haahh.. ".     

"Hahahaha... yaaaa... boleh lahh... jadi jubir.. Hahahaha...".     

"Btw lu kenapa sih hari ini? kaya ada beda gitu? lu kurang minum obat kali ya?".     

"Hah? aku emang kenapa?".     

"Ya lu pagi-pagi udah ngaco! biasanya datang pasang muka kaya abis bantai tikus 10 di rumah".     

"Hahahahaha... ya nggak apa lahhh... sekali - kali hidup itu harus di nimkati.. ya gak?? biar happy dan jadi awet muda!".     

"Halah ngomong lu ngelanturnya kejauhan!! Tuh sohib lu udah stand by di depan kelas tuh! gue masuk dulu ye!".     

"Ihhh.. ngambek ni anak.. Byeee...".     

Akhirnya kami berpisah ketika aku melihat Karin yang sudah menungguku di depan kelas.     

"Andraaaa!!!". Teriak Karin yang saat itu mengetahui kedatanganku. Langsung saja aku berlari kecil dan mendatangi Karin.     

"Aaahhhh... aku kengen banget lhoooo.. sudah beberapa hari dari kemarin kamu sibuk sama tugas osis gituu...". Ucap Karin yang sambil peluk aku ketika aku menghampirinya.     

"Yaaa.. mau gimana lagi.. tapi kan kamu punya banyak temen rin.. Ada Mega, Cathrine, sama Silvy..". Ucapku sambil berjalan memasuki ruang kelasku.     

"Ya tapi nggak ada kamu nggak seru ahhh.. nggak bisa tuker-tukeran bekal lagi..".     

"Hahahahaha... kenapa gitu? persaan masakan mamamu enak lho rin..".     

"Iya sih.. tapi aku bosen! makanya pengen tukeran bekal biar nggak bosen masakan mamaku hehehehe...".     

"Ehmm nanti siang kamu nggak ada tugas osis kan?". Tanya Karin     

"Nggak sih.. mungkin besok kerja lagi.. Ow ya nanti sore les kan?".     

"Eh iya hari ini les ya? Waahhh nanti gue titip ijin nggak masuk ya ndra.. Soalnya mau anter mama ke rumah sakit.. kontrol..". Timpal Claudi.     

"Siippp.. nanti aku sampe'in ke miss Jeny".     

"Kamu les kan rin?". Tanyaku pada Karin.     

"Iya nanti les kok.. Ya udah aku balik kelas dulu.. See you..". Ucap karin sambil meninggalkan kelas.     

Hari itu berjalan seperti biasa tanpa ada gangguan hal mistis apapun. Rasanya sedikit lega dan tenang. Akhirnya bisa menjalani hari-hari seperti orang pada umumnya. Semua berjalan seperti biasa hingga jam pulang sekolah usai. Sampai tiba waktunya aku di jemput sama Om Daud yang telah menungguku di depan gerbang sekolah. Segera aku pulang ke rumah di antar Om Daud.     

Sesampainya di rumah, seperti biasa aku selalu mencari kucingku fluko dan mengajaknya bermain di kamar. Namun saat aku pulang, kucingku tak terlihat di sudut manapun di rumah. Aku menanyakan mama yang sedang asik menonton telenovela yang tayang di televisi.     

"Ma, fluko mana? kok ANdra panggil berkali-kali nggak ada?". Tanyaku heran.     

"Fluko nggak ada ndra". Jawab mama dengan nada santai.     

"Hah? maksud mama apa? nggak ada itu lagi di luar ta? Ya udah Andra cari ke luar".     

"Fluko nggak ada Andra.. di luar juga nggak ada..".     

Mendengar ucapan mama, aku langsung panik dan segera mengambil sepedaku untuk mencarinya keliling kompleks. Satu kali putaran berkeliling dekat rumah tak kutemukan fluko dimanapun. Aku mencoba mencarinya lebih jauh lagi, karena pikirku mungkin lagi jalan-jalan bersama kucing komplek yang lainnya. Akhirnya aku memutuskan membawa piring makannya sambil berkeliling kompleks dan sesekali aku memukulkan piring yang aku bawa hingga nyaring agar fluko mendengar, karena setiap kali aku memukulkan sendok atau apapun itu pada piringnya, fluko selalu lari mendekatiku karena baginya jika ia mendengar bunyi tersebut maka waktunya makan. Namun saat itu tak ku temukan fluko dimanapun, hingga aku putuskan untuk berkeliling sekali lagi sambil memanggil-manggil namanya. Aku nggak menyadari arti ucapan mama jika nggak ada itu maksudnya kucingku mati. Aku tetap terus mencari dan berkeliling, tapi tetap fluko nggak di temukan dimanapun. Akhirnya aku pulang dan menanyakan kembali pada mama.     

"Ma, fluko kok nggak ada? Maksudnya mama itu nggak ada kemana?". Tanyaku pada mama yang masih tetap duduk di sofa sambil nonton TV.     

"Maksud mama itu fluko sudah mati ndra.. tadi kan mama sudah bilang kalau fluko nggak ada..". Jawab mama.     

"Lha tapi bahasa mama ambigu sih! Kenapa nggak bilang dari tadi sih kalau fluko udah mati?! Terus kapan matinya? Dimana? Kok mama tahu tapi nggak cerita ke Andra sih?!".     

"Ya mama juga baru tahu beberapa saat setelah kamu berangkat sekolah.. Tadi pagi mama lihat fluko tiduran di depan rumahnya tante Ani. Terus mama deketin fluko, mulutnya sudah keluar busa dan sudah nggak bernafas.. yaa.. mama langsung panggil orang buat ngubur fluko di lapangan kosong komplek.. Udahh.. jangan nangis.. suatu saat nanti pasti ada hewan lain yang nggantiin fluko..". Ucap mama menjelaskan sambil berusaha untuk membuatku tenang. Aku mulai sedih dan air mata mulai mengalir di pipiku perlahan. Aku tak tahu harus berbuat apa, karena bagiku fluko adalah kucing kesayanganku yang sudah aku rawat sejak ia baru lahir. Aku berlari menaiki tangga dan berdiam diri di kamar untuk sesaat. Menangis sedih kehilangan hewan peliharaan yang selalu menemaniku dan membuat ku tertawa ketika aku butuh hiburan. Yahh.. jika memang fluko belum saatnya bersamaku lebih lama, mungkin benar kata mama.. nanti ada saatnya ada hewan yang menggantikan posisi fluko di sini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.