The Eyes are Opened

Secret Admire



Secret Admire

0"Andraaaaa banguuunnn!!! Ndraaaaa sudah siaaanggg inii!! Ndraaaaaa!!!!".     

Terdengar suara teriakan mama dari bawah membangunkanku. Namun apa daya jika mata ini susah sekali untuk di buka, apalagi selimut yang hangaattt dan kasur yang empuk serta dinginnya AC kamar membuatku enggan bangun dari tempat tidurku. Meskipun tahu jika harus bersiap-siap ke sekolah, tapi pingin rasanya hari ini menghabiskan waktu seharian di rumah dengan rebahan di kasur sambil maraton film-film online bioskop terbaru, di temani dengan beberapa bungkus snack. Waaahhh...rasanya seperti surga duniaa... namun semua khayalan itu hilang seketika saat mama masuk ke kamarku dan membuka selimutku.     

"Bangun nggak?! Sudah jam berapa ini kamu belum bangun juga?! Nanti pak Daud nungguin kamu lho!! Ayo cepat bangun terus mandi sana!!".     

"Iyaaa..iyaaa.. Ahhh.. mama nih nggak bisa tunggu lima menit lagi kenapa sih? Masih ngantuk juga".     

"Lima menit, lima menit apanya?! Kamu itu sudah hampir setengah jam dari tadi nggak bangun bangun tahu!! Ayo cepat mandi!! Sudah jam 06.20 sekarang!!".     

"Haahhh??? Kok baru bilang sekarang sih ma??". Jawabku sambil tergesa-gesa menuju kamar mandi.     

"Makanya dari tadi mama bangunin itu langsung bangun. Jangan berkhayal terus!".     

Jam di dinding menunjukkan pukul 06.30 WIB. Pak Daud yang setiap hari mengantarku telah tiba dan sedang menungguku di depan rumah. Langsung saja aku berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa gara-gara aku bangun kesiangan.     

"Pak Daud bisa ngebut nggak? sudah telat banget nih Andra..". Ucapku saat di tengah jalan. Untungnya pak Daud orang yang sangat sabar, sehingga nggak pernah mengeluh ataupun mengomel karena kejadian seperti tadi pagi.     

"Iya ndra. Pegangan ya!". Jawabnya sambil menancapkan gas sepeda motornya dengan kecepatan maksimal dan juga mematuhi lalu lintas.     

Hanya membutuhkan waktu 10 menit aku telah tiba di sekolahan dan dengan cepat aku turun dari sepeda motor, lalu segera memasuki gerbang sekolah yang akan di tutup beberapa menit lagi. Aku berlari sangat kencang untuk memasuki gedung sekolahan sambil melihat kekanan dan kekiri siapa tahu ada teman yang aku kenal juga baru datang ke sekolah. Namun tak ada satu anak pun yang aku kenal, semuanya kebanyakan anak kelas 7 dan kelas 9. Tak lama kemudian aku tiba di kelas dengan kondisi yang terengah-engah karena telah berlari dari gerbang hingga ke kelas.     

"Waaaahhhh...si anak populer barusan datang nih!". Celetuk Claudi yang sudah duduk di bangkunya.     

"Apa'an? Populer dari mana?". Ucapku sambil menaruh tasku di bangku.     

"IIhhh pake pura-pura nggak tahu lagi". Kata Karin.     

"Apa'an sih? Beneran deh aku tuh nggak tahu maksud kalian apa?? Emang ada apa?".     

"Tuh liat sendiri tuh di kolong mejamu ada apa!". Kata Karin sambil menunjukkan tangannya di kolong mejaku. Aku melihat ke dalam kolong mejaku lalu ku temui sebongkah hadiah yang telah terbungkus rapi dengan kertas kado, dan tak lupa terdapat sepucuk kartu ucapan di atasnya. Aku sempat terbengong-bengong melihat apa yang terdapat di kolong mejaku, aku mengambil hadiah tersebut dan menoleh ke arah Karin dan Claudi.     

"Teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng-teeenggg!!!". Bel masuk kelaspun berbunyi, mendengar bel tersebut Karin langsung saja meninggalkan kelasku tanpa berkata apapun, ia hanya melambaikan tangannya kepada kami dan berlari menyusuri lorong kelas.     

"Di, ini apa'an? Hadiah dari siapa?? Elu ya yang taruh di sini??".     

"Hiiiii..ogah banget gue! Nggak ada angin, nggak ada hujan gue kasih lu hadiah. Dibilangin itu dari orang yang suka sama elu Oneng!".     

"Hah?? Kapan lu bilang ini dari orang yang suka sama aku?? Perasaan lu nggak ada bahas kaya gitu deh tadi! Lha terus ini mau gimana? Ntar kalau aku buka ternyatas salah kirim gimana?".     

"Hmm...gue rasa sih nggak bakalan salah kirim.. soalnya tadi cowo yang kasih nih kado itu bener-bener tanya ke gue sama Karin itu nama lu yang di sebutin, bukan orang lain. Yang namanya Dyandra kan cuma elu di satu sekolahan ini". Kata Claudi menceritakan apa yang terjadi sebelum aku datang tadi.     

"Hah!! Cowo katamu?! Siapa?!". Tanyaku kaget mendengar hal tersebut hingga hampir satu kelas mendengar aku berteriak.     

"Andra! Ada apa?? Kenapa berteriak seperti itu? Apa kamu tidak tahu saya sudah masuk kelas??". Tanya pak Dodit guru Sejarah.     

"O-oh i-iya pak.. Maaf pak..". Jawabku dengan gugup dan malu hingga seluruh anak di kelas memandangiku.     

"Nanti lu harus ceritain semua lho Di!". Bisikku pada Claudi.     

"He'em". Jawabnya.     

Hari ini selama jam pelajaran berjalan lancar dari biasanya, pak Dodit yang sering abstrak saat mengajar juga menjadi guru yang normal. Entah ada apa dengannya, tetapi sekilas yang aku lihat dari tatapan mata pak Dodit terlihat lebih bersinar, seperti seorang yang sedang jatuh hati untuk pertama kalinya. Aku menyeringai melihat hal tersebut dan kembali fokus pada pelajaran yang sedang di sampaikan pak Dodit di depan kelas. Tak terasa dua jam pelajaran hampir terlewati, tinggal menunggu bunyi bel istirahat berbunyi.     

"Hemm.. jam berapa sih sekarang ya?". Tanyaku dalam hati sambil melohat ke arah jam dinding kelas yang tertempel di bagian belakang.     

"Kurang 2 menit lagi sudah bel istirahat nih! Uhmm...mau makan apa ya nanti? Coba tanya Claudi ah..". Gumamku.     

"Ssstt.. Di! Kamu nanti istirahat mau makan apa?". Bisikku pada Claudi yang masih fokus mencatat catatan dari pak Dodit.     

"Hmm?? Uhhmm mungkin makan bakso, mi goreng, sama sate usus, sama sate puyuh ndra". Jawabnya sambil menulis tanpa melihat ke arahku.     

"Hehh?? Kau mau makan apa mau balas dendam sih? Banyaknya kau makan ni..".     

"Lapar gue ndra.. Sudah tulis catatan, duduk dua jam, mendengarkan curhatan guru.. Aaaahhh ingin rasanya makan yang enak-enak dan lahap hari ini..".     

[Teng-teng-teng-teng-teng-teng-teengg....]     

"Di udah istirahat tuhh!! Yuk ke kantin!!".     

"Iyaaa nanti gue nyusul.. Ntar kehapus anak-anak lagi nih catatan..". Jawab Claudi dengan masih menulis catatan kelas yang di berikan.     

"Ya udah aku ke kantin duluan ya sama Karin..".Ucapku sambil meninggalkan Claudi dan menghampiri Karin yang sudah menungguku di depan kelas.     

"Mau makan apa nih rin?". Tanyaku pada Karin.     

"Makan nasi campurnya Cik Me aja yuk... Lagi pengen nih...".     

"Heee... itu kan di kantinnya SMA? Apa boleh kita keluar??".     

"Ya boleh laaahhh.. Udah cepetan sebelum ketahuan guru BK!".     

"Ya! Aku kirim pesan ke Claudi dulu yaa.. nanti nyariin lagi tuh anak".Ucapku sambil mengeluarkan ponsel dari saku seragam sekolahku.     

Akhirnya kami bertiga makan bersama pada jam istirahat. Di waktu yang sama itulah Claudi menceritakan apa yang terjadi tadi pagi. Sontak saja aku terheran mendengar cerita Claudi bahwa ada kakak kelas yang tiba-tiba menyukaiku. Entah dari mana ia mengenalku ataupun melihatku dimana sehingga dia menyukaiku. Aku tak yakin dengan cowok yang di ceritakan Claudi itu benar-benar menyukaiku. Aku takut itu hanya akal-akalan kakak kelas, yaaa.. seperti mempermainkan cewek gitu buat taruhan, karen abanyak banget hal seperti itu aku dengar belakangan ini di kalangan kakak-kakak kelas yang sedikit bandel. Tak lama dari Caludi bercerita, tiba-tiba cowok yang di maksud Claudi berada di kanti SMA bersama segerombolan teman-temannya.     

"Eh, eh ndra! Tuh anak yang tadi pagi kasih kado ke elu ada di belakang lu tuh! Lu jangan noleh ntar ketahuan lagi kalau lu merhatiin tuh cowok!". Bisik Claudi padaku.     

"Ohh.. iya ta? Sendirian?". Tanyaku.     

"Nggak, dia sama teme-temennya laah...".     

"Oii Chen! Gak salah kantin lu? Hahaha.. Ini SMA woi! Sek kurang 5 bulan lu baru masuk SMA.. Hahahahaha..". Ucap seorang cowok anak SMA yang mendatanginya dari arah yang berlawanan dengan si Chen.     

"Oiii Yud! Gak lahh.. Lapo aku gak boleh makan ndek kantin SMA. Emang e kantin SMA ini cuman lu aja yang boleh makan di sini? Lha ini banyak anak SMP ya'an makan SMA. Hahahaha..".     

Disaat ia berkata seperti itu, aku tahu ia memperhatikanku dari belakang dan sesekali ia mencuri pandang untuk melihatku. Aneh rasanya jika ada seorang yang suka, tapi nggak berani berterus terang. Rasanya seperti punya 'pengagum rahasia'. Setelah kami selesai makan, aku bersama Karin dan Claudi segera meninggalkan kanti SMA dan kembali ke kelas kami. Di saat yang sama ia memperhatikanku dan matanya terus menatapku saat aku meninggalkan kantin. Rasanya agak risih buatku jika ada seseorang yang nggak dikenal melihatmu terus menerus dan tanpa sengaja saat aku hendak keluar kantin, aku menoleh kebelakang untuk memastikan firasatku itu. Benar saja, saat aku menoleh ke arahnya, ia sedang memperhatikanku dan mata kami bertemu. Yahhh.. dia bukan cowok yang sangat tampan sih menurutku, tapi masih bisa masuk dalam kategori kriteriaku. Dengan cepat aku menyusul Karin dan Claudi yang telah meninggalkanku lebih dulu dan menanyakan tentang cowok tadi pada mereka.     

"Ehhh... tunggguiiinn..". Teriakku pada Karin dan Claudi.     

"Kamu ngapain sih ndra kok lelet banget jalannya?". Tanya Karin.     

"Ohhh.. kamu pasti kepoin si Chen ya ndraaa...". Ucap Claudi dengan suara lantang di tengah-tengah lapangan.     

"Sssstttt.. kencang banget sih Di lu ngomongnya".     

"Hahahahaha.. biar si Chen itu kedengaran kaliii.. biar kege'eran dia.. hahahaha..". Jawab Claudi dengan tertawa.     

"Eh, kalian tahu si Chen itu atau kalian ada yang kenal si Chen itu?". Tanyaku.     

"Ehmm.. aku cuman tahu aja sih.. Dia nama panggilannya Chen Li, nama indonya kalau nggak salah Hariyanto.. Biasanya di panggil Chen Chen.. Dia juga anak basket, hampir sebagian anak tahu kok si Chen Chen itu.. Siapa sih yang nggak tahu Chen Chen? Cowok dengan tinggi 175cm, kulit putih, kaya lagi". Jelas Karin.     

"Lah kok gitu sih deskripsinya rin? hahahahaha..".     

"Iya ndraaa.. dia tuh anak orang kaya katanya.. Tiap ke sekolah aja naik mobil Land Cruiser kok. Kadang waktu latihan basket dia bawa motor CBR". Tukas Karin.     

"Daahhh.. coba aja kadonya dibuka.. mungkin barang mahal.. ya gak rin? Hehehehehe". Ucap Claudi.inti     

"Uhmm.. nggak deh.. nanti aja kalau kebetulan ketemu aku kembalikan aja kadonya.. Aku nggak enak soalnya..". Jawabku dengan nada bimbang.     

"Laahhh... di kembalikan?? Lu nggak salah nih ndra? Coba baca dulu itu suratnyaa..". Kata Claudi.     

"Hmmm.. ya deh.. aku baca yaa..". Jawabku sambil mengambil surat yang terdapat di luar kado yang ak taruh di dalam laci meja kelasku.     

Dan ternyataaa.. isi suratnya benar-benar isi penyataan suka doongg.. sempat syok dan kedua temanku menjadi heboh saat ikut membaca suratnya. Namun meskipun maksud dari surat ini sebuah pernyataan cinta, aku tak mengaharapkan itu betulan terjadi karena saat itu berpikir belum ingin memiliki seorang pacar. Aku merasa terlalu dini jika memiliki seorang pacar dan hanya ingin fokus ke sekolah serta menambah relasi teman sebanyak mungkin, sehingga aku memutuskan untuk menggembalikan hadian tersebut pada Chen jika bertemu dengannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.