The Eyes are Opened

Secret Admire (Part 2)



Secret Admire (Part 2)

0"Eh Chen bukannya cewek tadi gebetanmu ya?". Tanya Stevie salah satu teman ceweknya.     

"Hah? Masa? Yang mana vie? Kan ada tiga orang tadi?". Tanya Dinda.     

"Ituuu looo Dinn.. yang tadi jalannya paling akhir terus pake noleh ke arah kita ituuu..".Ujar Stevie.     

"Ohhhh.. itu cewek gebetanmu Chen? Hahahahaha.. Kecil mungil ya seleramu? Hahahahaha..". Ejek Dinda.     

"Emang kenapa kalau dia pendek? Imut kok. Toh dia juga cantik". Jawab Chen hingga mukanya memerah karena malu.     

"Ecieeee... Chen sudah besar yaaaa...". Ejek teman-temannya hingga suara mereka terdengar sampai ke ruang kelas anak SMA, sehingga Chen bersama teman-temannya di tegur oleh salah satu guru SMA dan mereka berlari kembali ke gedung SMP.     

Chen Li memang anak yang polos untuk sebutan seorang anak laki-laki, karena ia sangat jarang sekali dapat bermain bebas bersama teman-temannya selain di sekolah. Karena beberapa faktor lingkungan dan keluarga yang memiliki peraturan yang ketat membuat Chen Chen berbeda dengan anak laki-laki pada umumnya. Ia termasuk anak yang pendiam tetapi memiliki bakat pada olahraga basket membuat Chen Chen terkenal di kalangan anak-anak cewek. Ia juga termasuk cowok yang pemalu jika harus berhadapan dengan cewek yang disukainya. Oleh karena hal tersebut juga Chen Chen sangat sering mendapatkan bullying dari teman dekatnya. Namun meskipun sikap teman-temannya seperti itu, mereka sangat mensupport ketika Chen Chen ingin mendekati seorang cewek. Yah, contohnya saja aku. Teman-teman Chen Chen yang mengantarkan kadonya ke kelasku pagi tadi, sehingga rasa malu untuk bertemu jika di tolakpun berkurang sedikit baginya. Entah apa yang dipikirkannya jika harus berhadapan atau ingin mendekati seorang cewek dengan cara seperti itu, bagiku itu bukan cara yang gantleman dan aku tak suka itu. Karena nantinya teman-temannya akan ada yang selalu ikut campur dan menjadi penghasut di antara sebuah hubungan. Bagiku, jika memang cowok itu menyukaiku, sebaiknya nyatakan secara langsung padaku tanpa sembunyi-sembunyi. Dan aku dengan yakin pasti akan mengembalikan hadiah yang ia berikan secara langsung dan secepatnya.     

"Ndra, itu kado mau lu apa'in? Jadi lu kembalikan ke orangnya? Apa nggak lu terima aja kadonya?". Tanya Claudi saat di kelas.     

"Yaa.. aku kembalikan lah.. ngapain juga di terima kadonya, kalau aku terima kadonya bukannya sama aja aku terima perasaannya? Lagi pula aku masih belum mau pacaran dulu Di. Mau main-main dulu sama kalian, dan juga nanti mama papaku bakalan marah kalau aku pacaran..". Jawabku.     

"Iya betul juga sih ucapanmu ndra.. Ow ya, besok jadi kan jenguk miss Jeny di rumah sakit?". Tanya Claudi mengingatkan miss Jeny.     

"Oh iya! Sekalian bahas sama yang lain aja yuk Di".     

"Oiii.. Lex, Yo, Ben, siniii...". Teriak Claudi dari bangkunya.     

"Apa'an?". Jawab mereka bertiga dengan serempak.     

"Besok jadi kan jenguk miss Jeny di rumah sakit? Mau jam berapa? Kumpul dimana?".     

"Ow iya ya! Ya besok sepulang sekolah aja gimana? Jadi langsung kita sepulang sekolah berangkat sama-sama gituuu biar nggak kemaleman..". Jawab Alex.     

"Kemarin aku sudah tanya customer service rumah sakitnya sih, katanya jam jenguknya dari jam 4 sore sampai jam 6 malam aja.. Nah kita kan besok fullday pulang jam tiga tuh, hmm perjalan dari sini ke rumah sakit kurang lebih 15-20 menit, jadi gimana kalau kita sebelumnya belikan buah atau kue gitu terus kita berangkat bersama?". Jelas Theo.     

"Uhmm... boleh tu Yo. Soalnya mau gimana lagi? rumah kita kan juga banyak yang jauh-jauh, masa iya mau balik ke rumah terus baru pergi jenguk? Kalau aku ya bisa-bisa hilang di kasur.. Hahahahaha..". Tukas Alex.     

[Teng-teng-teng-teng..]     

Bel jam pelajaran ke dua berbunyi. Seketika saja teman-temanku langsung kembali ke tempat duduk masing-masing. Disaat kami satu kelas sedang menyiapkan buku pelajaran selanjutnya, tiba-tiba bu Dewi sekertaris sekolah memasuki kelas kami.     

"Selamat siang anak-anak! Di kelas ini siapa ketua kelasnya?". Tanya Bu Dewi sambil memperhatikan setiap murid. Dan tak lama Nico ketua kelasku mengangkat tangannya.     

"Yap. Sekarang kamu ikuti saya ke ruang guru ya! Nanti di sana saya akan jelaskan ke kamu. Oke, makasi anak-anak. Saya tinggal dulu". Ucapnya sambil membalikkan badannya dan meninggalkan ruang kelas kami.     

Seketika saja suasana ruang kelas begitu ramai dan riuh, seakan-akan seluruh anak di kelas telah mengetahui jika saat itu akan ada jam kosong. Entah nanti akan di beri tugas apa, seluruh anak di kelasku seakan tidak memperdulikan hal tersebut. Nico sang ketua kelas segera mengikuti Bu Dewi yang telah berjalan meninggalkan kelas menuju ruang guru yang terletak di lantai satu. Beberapa anak yang tadinya sibuk bermain kartu, melanjutkan permainan mereka, ada yang sibuk dengan pedicure menicure, ada yang sibuk menggambar dan bermain musik, ada juga yang sibuk berbincang dengan yang lain. Tak termasuk aku dan Claudi, kami berlima berkumpul kembali dan membicarakan hal nanti sore jenguk miss Jeny di rumah sakit.     

"Eh lex, nanti pulangnya gue nebeng lu ya. Hehehehe.. ". Ucap Ruben.     

"Sippp laaahh.. Oiya nanti mau pake kendaran sendiri-sendiri atau gimana nih?". Tanya Alex.     

"Sendiri-sendiri sajaaa.. Jadi nanti waktu pulang setelah jenguk kita langsung pisah gituuu.. nggak ngerepotin yang lainnya..". Jawab Claudi.     

"Napa lu? Mau langsung kencan ya Di?". Tukas Theo yang ternyata tetangga dekat Claudi.     

"Woi! Ngomong apa'an lu Yo! Kagak! Gue mau belikan makanan anjing gue si cimol. Ngarang aja dah lu".     

"Lha terus cowok yang sering main ke rumah lu itu sapa Di?". Tanya Theo lagi.     

"Ohhh.. itu teman kakak gue..".     

"Kakak?? Bukannya lu anak paling gede ya setahu aku?".     

"Iya emang. Tapi di rumah ada kakak sepupu gue ikut tinggal di rumah. Kak Anton itu lhoo.. masa lu nggak pernah liat sih? Lah makanya teman-temannya sering kumpul di rumah gue sampek bikin band di rumah gue. Makanya lu sering denger rumah gue berisik banget kaaann?". Jawab Claudi panjang dan lebar.     

"Ya udah kalau gitu. Ini fixnya besok sepulang sekolah kita belikan kue atau buah dulu. Uhmm.. beli kuenya di toko Hollanda itu aja ya.. Terus buahnya beli di Suprime Indo ang depannya kantor polisi itu lho. Gimana?". Tanyaku.     

"Boleh-boleh!". Jawab teman-temanku serentak.     

"Ya udah besok kumpul di depan gerbang sekolah. Nanti Karin aku yang kasih tahu".     

"Oke siiipp". Tukas Alex.     

"Teman-teman ini ada tugas dari pak Putut untuk membuat gambar dimensi 3 titik, dengan tema perkotaan. Minggu depan di kumpulkan dengan sudah di finishing cat air dan juga melampirkan gradasi warna yang di gunakan. Sekarang Jam bebas dan jangan sampai mengganggu kelas lain yaa.. kalau sampai bu Dewi dengar kelas kita ramai, nanti di beri tugas dadakan sama Bu Dewi.. Okee??". Tukas Nico yang telah datang dari ruangannya bu Dewi.     

"Yeeeessss... jam kosongg..jam kosongg.. AAhhhhh.... pak Putut I lop youuuu...'. Ucap Claudi sambil menari kegirangan karena hari ini kelas kesenian nggak ada kelas. Disaat anak-anak kelas heboh sendiri, tiba-tiba Claudi menepukku danmenyuruhku untuk melihat ke arah keluar kelas.     

"Eh Ndra! Tuh Si Chen Li barusan lewat kelas kita! Ngapain ya? Kan kelas mereka ada di bawah?". Ucap Claudi.     

"Hah masa? Yaaa... mungkin mereka mau kamana mungkiiinn.. Udah ah Di, nggak usah di urusin. Eh temenin aku ke kantin yuk.. aku pengen ngemil nih". Ucapku menarik tangan Claudi keluar kelas.     

"Yukk aahh..". Jawabnya.     

"Eh, kalian berdua mau kemana?". Tanya Nico.     

"Mau ke toilet sama ke kantin. Boleh gak?". Jawab Claudi.     

"Ya udah deh. Jangan Intip-intip kelas lain sampai bikin keributan lho! Awas kalian kalau sampai kelas kita ketahuan bu Dewi!".     

"Hadeeeehhhh.. iya iyaaaa.. bawel banget jadi ketua kelas". Jawab Claudi dengan ketus sambil berjalan keluar sambil menggandeng tanganku.     

"Lu mau beli apa Ndra?". Tanya Claudi.     

"Hmm... camilan aja deh.. beli biting pedas sama macaroni pedas enak rasanya.. hehehhe..". Jawabku.     

"Hmmm.. boleh tuuhhh beli yang banyak aaahhh biar bisa di makan di kelasss...". Ucap Claudi.     

Di saat aku bersama Claudi menuruni tangga dan berjalan menuju kantin, dimana kami harus melewati ruangan kelas III, ketika kami melewati kelas IIIB tiba-tiba kami mendengar beberapa anak kelas 3 yang berada di luar ruangan berteriak-teriak sambil menunjuk ke arah kami. Aku langsung menoleh ke belakang, siapa tahu ada orang yang datang bersamaan denganku dan Claudi yang berjalan di belakang kami. Tetapi saat itu tak ada satu orang pun di sekitarku. Mereka heboh dan beberapa kali memanggil Chen Li untuk melihat apa yang terjadi. Aku melewati kelas tersebut dan tidak menghiraukan apa yang di lakukan oleh anak-anak kelas 3 itu.     

"Hoi Chen! Chen sini deh! Itu ada gebetan lu!". Teriak salah seorang anak cowok yang sepertinya temannya Chen Li.     

"Iyo Chen sini o! Eh, arek e lewat! Arek e lewat Chen!". Teriak seorang yang lain.     

"Eh siapno bunga e! Endi bunga e?". Kata seorang cowok yang berada di dalam kelas.     

Aku dan Claudi yang sedang lewat di depan kelas 3 sempat bingung ada hal apa hingga mereka seperti ini. Kami juga sempat di hadang oleh beberapa anak kelas 3 yang kemungkinan mereka teman dekatnya Chen. Tapi kami tak menghiraukan itu dan terus berjalan ke arah kantin. Aku menoleh ke jendela kelas, terlihat di sana ada cowok yang bernama Chen Li yang juga sesaat melihat ke arahku dan langsung bersembunyi di balik dinding kelas.     

["Ealah.. aku kira Chen Li itu gentle, ternyata anaknya pemalu gituu.. hmmm ya sudah lah.. gak usah ke GR-an toh yang bersangkutan malah sembunyi di balik dinding.."]. Gumamku dalam hati.     

Ketika aku sudah berjalan jauh dari kelas mereka, tiba-tiba aku mendengar apa yang mereka perbincangkan tentangku.     

"He Chen, kenapa lu tadi gak mau nemuin cewek tadi? Bukannya tadi gebetan lu?". Tanya seorang cewek pada Chen.     

"Hah? Gak lah! Malu aku. Lagi pula dia sama temennya.. Nanti dikira apa lagi?". Jawabnya.     

"Hahhh?? Kelamaan kamu Chen..Chen.. Sebelum di ambil orang lho!".     

"Nggak wes.. aku nggak berani. Iya kalau nanti di terima, kalau di tolak gimana?". Ucapnya.     

"Eh Di, kamu tadi dengar nggak ada yang bicarain aku setelah kita lewat tadi?". Tanyaku pada Claudi untuk memastikan apa yang aku dengar ini apakah hanya aku saja atau memang Claudi juga mendengarnya". Tanyaku.     

"Hah? orang ngomongin kamu? Siapa Ndra? Aku nggak denger apa apa tuh". Jawab Claudi.     

"Ohh.. Ya sudah nggak apa..". Kataku.     

Sejak saat itu, pendengaranku jadi semakin lebih tajam dari pada biasanya dan aku sedikit dapat membaca apa yang di pikirkan orang terhadapku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.