The Eyes are Opened

Usil (Part 06)



Usil (Part 06)

0Suasana menjadi lebih sunyi dari sebelumnya..     

Hening tanpa ada yang bersuara..     

Seketika itu juga lampu yang tadinya menyala tiba-tiba padam dan menyala kembali..     

Berulang beberapa kali hingga kami semua ketakutan..     

Aku tak melihat Gilang beberapa menit setelahnya..     

Mencoba mencari dan melihat kesana kemaripun tak menemukannya..     

Rasa takut dan mencekam kian membuatku semakin gelisah..     

Satu sama lain saling berdekatan dan tak ada yang berani melepaskan genggaman tangan masing-masing..     

Hanya lampu dari handphone yang menyinari ruangan kami malam itu, lalu kak Mega mencoba untuk membuka pintu namun pintu keluar saat itu tak dapat dibuka sedikitpun.     

"Guyss!! Pintunya ke kunci!! Apa tadi kita ada yang ngunci ni pintu??". Tanya kak Mega dengan nada khawatir.     

" Hah?! Masa?! Kok bisa pintunya ke kunci? Perasaan tadi Jojo sama Andrew keluar nggak ngunci pintu deh? Kok sekarang ke kunci?". Kata kak Siska.     

"Hah?! Yang beneran!! Meg! Periksa lagi pintunya! Coba buka kuncinya! Aku gak mau ke kunci di sini! Pleeaasssee everyone help mee!!!". Ucap kak Tania yang shock ketika mengetahui kita semua terkunci di dalam.     

"Iihhh beneran guys kita terkunci ini! Aku sudah buka kuncinya juga pintunya gak mau ke buka!". Kata kak Mega.     

Seketika seisi ruangan panik tak terkendali. Kami berteriak-teriak hingga menggedor-gedor pintu, tak ada satu orangpun yang datang menyelamatkan kami.     

Di sisi lain..     

"Eh, bro! Perasaan gue gak enak nih". Ucap Andrew yang kala itu sedang menemani Johan mengantri beli ayam kentucky.     

"Hah? Kenapa emangnya bro? Ada masalah ta?".     

"Ehmmm nggak tahu juga sih.. cuman filling gue aja lagi ada sesuatu sama anak-anak di ruang osis..".     

"Waduh! Kalau lu sudah bilang filling gini berarti beneran bro! Yuk kita balik aja. Lagian ini masih antri panjang juga". Kata Johan langsung mengajak Andrew menuju ke ruang osis. Mereka berlarian dari luar gedung sekolah hingga masuk ke gedung sekolahan.     

"Kok gelap banget ya bro? Apa lampu mati? Tapi lapangan masih nyala kok lampunya". Ucap Johan.     

"Bentar bro! Gue liat sikond dulu di sekitar sini". Sambil menerawang sekeliling sekolah apa yang telah terjadi, Andrew melihat teman-temannya sedang dalam bahaya. Mereka masuk dalam dimensi lain yang tak dapat di lihat orang awam di sekitarnya. Segera mengetahui hal itu Andrew segera berlari menuju ruang osis bersama Johan. Ketika mereka tiba di depan ruang osis, mereka hanya melihat ruangan yang telah kosong dan tak ada seorangpun di dalamnya.     

"Ndrew kosong ruang osisnya!". Teriak Johan.     

"Nggak Jo, mereka ada di dalam tapi lagi di bawa ke dimensi lain. Coba lu dobrak pintunya". Perintah Andrew pada Johan yang saat itu berada di depan pintu.     

"Ke kunci Ndrew! Susah juga di dobraknya!".     

"SISKA! MEGA! TANIA! DYANDRA!! Kalian dengar suara kami nggak!!". Teriak Andrew dari balik pintu. Seketika itu juga mereka mendengar suara Andrew dan Johan yang telah tiba.     

"Guuyyysss!!! Tolongin kita!!". Teriak Tania.     

"Ndraa!! Andra!! Kamu dengar suara aku kan? Bisa tempelin tanganmu di pinyu sekarang?". Teriak Andrew pada Dyandra.     

"Udah kak!".     

"Ndra! Aku tahu kalian ada di dimensi lain saat ini. Jadi kalian harus tetap fokus, saling bergandengan tangan atau berpelukan agar kalian tak terhilang di sana. Ada seseorang yang sedang nggak suka jika kalian bekerja di ruangan itu hingga selarut malam ini. Jadi aku usahakan untuk keluarin kalian. Dan kamu coba bicara pada'nya' untuk membebaskan kalian dan kalian harus berjanji untuk tidak membuat keributan atau bekerja hingga larut. Paham Ndra?". Ucap kak Andrew padaku saat itu dan sangat singkat sekali apa yang ia ucapkan langsung aku praktekan bersama yang lain. Tapi ternyata usaha kami belum di terima oleh'nya'".     

Di saat yang sama, Andrew dan Johan tib-a-tiba di datangi oleh seorang laki-laki tua dengan penampilan yang lusuh, sambil membawa sapu taman dan handuk lusuh yang dikalungkan di lehernya. Bapak itu mendekati Johan dan Andrew dan mengajak berbicara.     

"Kalian sedang apa di sini malam-malam? Apakah ada tugas yang harus dilakukan hingga malam hari gini dek?". Ucap bapak tersebut pada Johan.     

"Ah-malam pak. Iya ini ada teman saya di ruang osis tapi nggak bisa keluar. Padahal pintu nggak di kunci pak." Ucap Johan pada bapak tua tersebut. Menyadari jika Johan sedang berbicara dengan seseorang, Andrew langsung membalikkan badannya dan melihat jika bapak tersebut bukanlah manusia. Ia langsung mengambil alih pembicaraan Johan dengan bapak tua tersebut.     

"Malam pak, saya Andrew. Bapak penjaga di sekolah ini ya?". Tanya Andrew.     

"Malam nak Andrew.. iya saya penjaga di sini. Ada yang bisa saya bantu?". Ucap bapak tersebut. Seketika Johan yang mendengarkan pembicaraan mereka mengerti siapa yang sedang Andrew ajak bicara.     

"Begini pak, ada beberapa teman saya yang sedang di godain seorang anak-anak di dalam ruang osis, dan sekarang mereka tidak dapat keluar. Bisakah bapak membantu teman-teman saya untuk dapat keluar?".     

"Bain nak Andrew, akan saya bantu teman-temannya. Biasa anak ini memang suka dengan banya orang, karena masa lalunya ia selalu di rundung di sekolah ini hingga tak mempunyai teman. Hanya saya yang selalu menjadi temannya hingga saat ini. Sebentar ya nak Andrew..". Ucap si bapak yang tanpa disadari ia menghilang seperti angin.     

Setelah beberapa saat ketika si bapak tua itu pergi, tiba-tiba pintu ruangan osis terbuka sedikit dan Andrew serta Johan langsung berlari menghampiri teman-temannya yang masih ada di dalam.     

"Andraaa.. gimana ini kok kita gak bisa keluar-keluar?". Tanya kak Siska yang mulai khawatir dan takut.     

"Tenang kak.. bentar lagi pasti kak Andrew san kak Johan bisa keluarin kita dari sini kok..". Ucapku.     

"Eh guys kalian denger nggak suara pintu yang di dobrak?". Ucap Tania.     

"Eh iya bener. Ayo kita teriak! Jo!! Andrew!! Tolong keluarkan kami!!". Teriak Siska dari dalam. Saat itu kita mendengar suara dobrakan pintu sebanyak 3x dan tak lama lampu yang awalnya padam, tiba-tiba dapat menyala kembali. Suasana yang sebelumnya tegang dan menakutkan sedikit lebih berkurang saat lampu ruangan osis menyala. Saat itu juga aku melihat kak Andrew dan kak Johan berlari memasuki ruangan osis dengan tatapan yang penuh kekhawatiran dan cemas langsung berubah setelah melihat kami dengan kondisi yang baik-baik saja.     

"Kalian baik-baik saja kan? Nggak ada yang terluka kan?". Tanya Johan pada kami semua.     

"Jantungku terluka Jojooo!!". Teriak Tania dari sudut ruangan osis yang masih meringkuk karena ia sangat takut saat itu.     

"Kok bisa? Apa ada benda tajam yang melukaimu? Ayo pergi ke rumah sakit Tan!". Ucap Johan dengan polosnya pada Tania yang ketakutan.     

"Dasar bodoh!". Kata Andrew sembari memukul kepala Johan.     

"Kau ini pura-pura polos atau bego sih? Masa iya wakil osis bego kebangetan kaya gini?". Ujar Andrew dengan nada yang jengkel pada Johan.     

"Lho apa salahku?? Kan Tania yang bilang kalau jantungnya terluka? Bukannya kita cepat-cepat ke UGD buat periksa jantungnya?".     

"Ya enggak kaya gitu juga Johan!! Itu maksudnya Tania dia ketakutan butuh perlindungan!! Bego kok di pelihara sih!". Seketika atmosfir ruangan osis pecah menjadi lebih hangat dengan candaan kak Johan dengan kak Andrew. Yang tadinya semua merasa ketakutan yang membuat hati menciut, bulu kudu berdiri dan dihadapkan pada makhluk ghaib. Semua sirna, terlupakan dan menjadi pulih kembali. Kami yang tadinya ingin menyelesaikan dekor panggung untuk perpisahan hingga larut malam akhirnya memutuskan untuk mengakhirinya malam itu juga. Semua bergegas merapikan ruangan osis dan mengunci pintu ruangan dengan baik.     

"Hei jam berapa sekarang?". Tanya Siska pada yang lainnya.     

"Ehmmmm.. masih jam setengah tujuh Sis!". Teriak Mega yang telah berjalan di depan kami terlebih dahulu.     

"Whhaattt?? Aku kira sudah larut malam banget! Ya udah yuk pulang!". Ujar Siska sambil mengajak yang lainnya sambil menyusul Mega yang di depan.     

"Kruyyuuuuukkk..".     

Terdengar suara perut yang kelaparan dari arah Tania yang berjalan bersama dengan Siska dan Mega.     

"Kenapa kalian bertiga tiba-tiba berhenti di tengah jalan sih?! Ganggu orang aja!". Celoteh Johan pada Siska, Mega dan Tania.     

"Gue laper guyyss.. makan dulu yuukk..". Ucap Tania.     

"Wahahaha.. gara-gara pake acara kekunci segala sih tadi kalian.. jadinya kan gak bisa makan ayam goreng.. Hahahahahaha...". Ucap Johan sambil tertawa sangat keras.     

"Ya sudah yuk makan dulu. Eh tapi karena ini sudah malam juga, gimana kalau makan nasi goreng Pak Ndut yang di ujung jalan situ? Kalian mau nggak? Aku teraktir dehhh..". Ucap Johan dengan nada tipu muslihatnya yang sebenarnya mereka membayar menggunakan uang yang mereka kasih ke Johan waktu titip beli ayam goreng.     

"Makasi lho kak tapi nggak usah repot-repot traktir kami, kalau ujung-ujungnya kami bayar pakai uang yang kami kasih ke kakak tadi. Hahahahaha..". Timpalku.     

"Hahahahahha.. Jo..Jo.. kebanyakan gaya sih kamu.. hahahahaha..". Timbal Andrew.     

"Ya udah yuk!".     

Akhirnya kami berenam menyusuri jalan disekitar sekolahan dan membeli makan malam bersama. Rasanya bahagia dan melelahkan untuk pengalaman hari ini. Aku harap besok tak terjadi kembali hal yang serupa agar kami dapat menyelesaikan persiapan perpisahan dengan baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.