The Eyes are Opened

Tamu Nggak Di Undang (Part 02)



Tamu Nggak Di Undang (Part 02)

0Pagi-pagi setelah mama dan papa bangun dari tidurnya aku langsung beranjak dari tempat tidur itu dan keluar dari kamar.     

"Kamu sudah bangun nak?" Tanya mama yang sedang beberes rumah.     

"Iya. Ini baru bangun sama Choco. Ow ya ma, semalem ada yang nempel lho di rumah kita. Tepatnya di sudut kamar mama dekat lemari itu." Ucapku sambil mengambil segelas air putih di dapur.     

"Hah? Masa sih?" Tanya mama yang masih nggak percaya dengan ceritaku saat itu.     

"Iiihh.. iya beneran kok. Choco aja sampe ketakutan kok kemarin malam. Ekornya aja sampe masuk ke bawah kaki belakangnya lho! Kalau nggak kaya gitu apa coba namanya? Kan anjing bisa melihat makhluk halus. Coba mama buat doa deh di dalam kamar biar yang nempel pergi.." Ucapku berlalu sambil masuk ke dalam kamar mandi.     

Mendengar apa yang aku ceritakan, mama hanya terdiam tak bersuara sedikitpun hanya sesekali melihat ke dalam kamar yang terasa berbeda sedari pagi. Namun karena mama hanya dapat merasakan kehadiran 'mereka' mama hanya terdiam dan langsung masuk ke dalam kamar setelah beberes rumah. Selesai mandi aku mendengar dari luar kamar mama, mama sedang berdoa dengan sangat khusuk hingga beberapa menit lamanya mama masih berdoa di dalam kamarnya. Aku lagsung naik ke dalam kamarku dan merapikan tempat tidur yang belum aku rapikan sedari tadi pagi. Aku mencoba menyalakan lampu untuk melihat apakah listrik hari ini sudah menyala apa belum dan benar saja listriknya belum menyala sama sekali. Selesai merapikan kamar aku langsung turun ke lantai satu untuk memberi makan Choco anjingku dan berjalan ke luar rumah untuk mencari panasnya matahari pagi serta jalan-jalan santai.     

Ketika aku baru saja membuka pintu rumah, tiba-tiba saja ada angin terasa panas dan sangat kencang melewatiku menuju keluar rumah. Aku langsung terkejut serta sedikit kebingunan merasakan hal tersebut secara tiba-tiba. AKu menoleh ke belakang tak ada siapapun di sana. Mama juga saat itu juga belum keluar kamar. Aku langsung mengintip di kamar mama dan mama masih sedang berdoa.     

"Hah? Apa itu tadi? Kenapa ada angin dari dalam rumah? Tapi anginnya terasa berbeda dari pada angin biasanya. Agak hangat gitu." Gumamku sambil beberapa kali melihat ke arah belakang.     

"Tapi kenapa bisa ada angin dari dalam rumah ya? Kan lagi nggak pasang kipas angin juga. Listrik lagi mati kan? Apa itu tadi makhluk yang nempel di rumah semalem ya? Apa sudah keluar? Tapi aku kok nggak merasakan apapun ya?"     

"Ndra?"     

"Ya ma.."     

"Itu tadi yang nempel di rumah kita apa sudah keluar?" Tanya mama tiba-tiba.     

"Hah?" Aku sempat kebingungan dengan apa yang di ucapkan mama saat itu, dan terdiam sesaat.     

"Hei Ndra! Mama tanya kok kamu malah bengong sih?!"     

"Uhmm.. rasanya sudah keluar deh ma."     

"Kok rasanya sih?! Yang bener dong jawabnya.." Ucap mama dengan nada kesal.     

"Ya emang Andra nggak tahu ma sudah kelaur apa belum. Cuman tadi pas Andra buka intu rumah, ada angin tapi anginnya itu hangat keluar rumah gitu."     

"Ya itu yang semalem nempel di rumah kita anaknya mama sayaaanggg.. Duuuhhh! Kamu ini punya kemampuan yang beda dair yang lain tapi kok malah bingung gitu sih? Kamu belum selesai haid ya?"     

"Iya."     

"Haahhh.. makanya kamu jadi kaya gini. Ya sudah lah. Pokoknya sekarang rumah kita sudah bersih." Ucap mama sambil berjalan masuk ke dalam.     

Aku terdiam melihat reaksi mama barusan dan langsung berjalan menuju ke taman dan duduk-duduk di taman sambil di temani Choco yang sedang asik bermain bola kesayangannya. Ia berlarian ke sana kemari dengan sangat riang. Hingga akhirnya aku tak tahan melihat kelucuannya dan ikut bermain dengannya. Di saat sedang asik bermain, bola yang kami gunakan untuk bermain masuk ke dalam semak-semak taman hingga akhirnya Choco yang aku suruh untuk mengambilnya.     

"Cho ambil bolanya di sana!" Teriakku sambil melihat Choco yang berlari mendekati bolanya.     

Namun ketika Choco hendak mengambil bolanya yang berada di bawah semak-semak ia kembali lagi terlihat seperti ketakutan. Tanpa mengambil bolanya yang sudah di depan matanya ia langsung mundur dan berbalik berlari ke arahku dengan ekornya yang lagi-lagi masuk ke bawah.     

"Kenapa Cho? Kok kamu lari? Itu lho bolamu ayo di ambil dulu." Ucapku sambil beberapa kali mendorong Choco untuk mengambil bolanya. Namun Choco lagi-lagi tak ingin mengmabil bolanya dan memilih untuk pergi dari sana dan berlari masuk ke dalam rumah.     

Aku yang semakin penasaran dengan apa yang terjadi sama Chocopun langsung berjalan mendekati semak-semak itu dan berusaha untuk mengambil bola mainan Choco yang memang agak susah di jangkau dengan tanganku saat itu. Aku terus beberapa kali mencoba untuk meraih mainannya Choco sedangkan Choco anjingku yang berdiri di belakangku sambil menggonggong beberapa kali dengan sangat keras dan tak jarang ia mengerang seakan tak menyukai sesuatu yang ada di dekatku. Aku yang semakin penasaran akhirnya bangun dan menghampiri Choco.     

"Heiii sayangg.. kamu kenapa sih kok kaya gitu? Apa kamu nggak suka aku mengambil mainanmu?"     

Sambil menunjuk bola yang masih berada di bawah semak-semak, aku langsung melihat ke arah atas dimana terdapat sebuah pohon mangga besar yang tumbuh di depan rumahku. Aku langsung terkejut saat apa yang aku lihat di atas pohon kala itu.     

"Aaaaarrgggghhhh!!! Mamaaaa!!!" Teriakku sambil berlari memasuki rumah mencari mama yang sedang masak di dapur.     

"Ada apa sih Ndra kok kamu teriak-teriak dari depan. Kedengaran tetangga lho kamu teriak-teriak gitu." Ucap mama sambil memotong beberapa sayuran untuk makan siang hari ini.     

"I-itu m-ma. I-i-itu di depan." Ucapku dengan terbata-bata.     

"Kamu ini ngomong apa sih? Yang jelas dong kalau ngomong. Ada apa di depan sana?" Ucap mama dengan nada tenang sambil menaruh pisau dan sayurannya setelah aku menunjukkan tanganku di depan.     

"Ayo sini ke depan sama mama. Emang apa yang kamu lihat?" Ucap mama mengantarku ke depan.     

"Nggak. Nggak mau ke depan lagi Andra. Andra takut." Ucapku sambil menolak ajakan mama dan memilih untuk duduk di sofa sambil menggendong Choco yang naik ke atas pangkuanku.     

"Ya terus mama bisa tahu gimana kalau kamu nggak tunjukin mama ada apa di depan sana. Ayo sini ikut mama!"     

"Nggak mau. Ya mama lihat aja sendiri ke depan, ke atas pohon mangga yang ada di depan rumah itu ada apa."     

"Apa sih? Ya sudahlah mama lihat sendiri." Ucap mama sambil berjalan meninggalkanku di sofa ruang tamu dan melangkahkan kakinya keluar pintu rumah.     

Aku masih nggak bisa membayangkan apa yang baru saja aku lihat di pagi ini. Seluruh tubuhku masih gemetar sampai mengeluarkan keringat dingin. Pantas saja Choco dari semalam sangat ketakutan dan nggak berani mengusir makhluk halus tersebut meskipun sudah beberapa kali di gonggongi. Saat ini saja Choco masih gemetaran sama dengan ku. Ekornya juga masih masuk ke bawah dan belum kembali seperti biasanya. Aku hanya beberapa kali mengintip mama yang terus melihat ke arah pohon mangga di depan rumah.     

"Mana Ndra? Kok mama nggak lihat apapun? Mama juga nggak merasakan apapun lho di sini?" Ucap mama sambil berkali-kali melihat ke sekeliling rumah dan taman serta melihat ke arah atas pohon mangga.     

"Itu lho maa.. masih duduk di dahan pohon mangga." Ucapku yang nggak berani untuk nunjuk-nunjuk ke arah makhluk halus tersebut.     

Mama masih melihat ke arah atas pohon mangga hingga akhirnya mama di beri petunjuk dengan makhluk halus tersebut. Tiba-tiba saja tanpa ada angin yang sangat keras beberapa dahan dan ranting di pohon mangga paling atas bergerak sendiri hingga membuat beberapa helai daun yang berwarna hijau berjatuhan dari atas. Melihat hal tersebut benar saja membuat mama terkejut dan seketika saja mama di lihati wujud dari makhluk halus itu.     

Makhluk yang berwarna hitam gelap dengan memiliki banyak bulu di seluruh tubuhnya serta mata yang terlihat besar dan merah hampir keluar meliaht ke arah mama. Tak hanya itu saja, terlihat makhluk tersebut memiliki taring yang sangat panjang dengan lidah yang menjulur ke luar. Mama yang melihat makhluk itu berdiri di dahan pohon mangganya langsung ikut terkejut hingga hampir terjatuh ke tanah. Aku yang melihatnya langsung berlari mendekati mama dan menolongnya untuk berdiri kembali.     

"Ma, mama nggak apa?" Tanyaku sambil mengangkat mama.     

"Iya mama nggak apa. Rasanya makhluk itu sangat suka dengan rumah kita smapai ngga mau pergi dari rumah kita sama sekali dan malah membuat pohon mangga depan rumah jadi sarangnya. Kalau kaya gini makhluk yang lain akan banyak berdatangan." Ucap mama sambil berjalan masuk ke dalam rumah.     

"Terus apa yang harus kita lakukan ma? Bukannya mama tadi sudah berdoa buat ngusir makhluk itu ya?"     

"Agak susah dengan kondisi saat ini, dia terlihat lebih kuat dari pada mama."     

Aku hanya terdiam tak adapat berkata apapun saat itu hanya dapat melihat ke arah lantai yang terdapat pantulan wajahku dan mama di sana sambil berpikir cara untuk berkomunikasi dan memintanya untuk pergi dari rumahku.     

Hari berjalan seperti biasa, langit yang awalnya sangat cerah dan berwarna biru serta di hiasai awan putih tiba-tiba berubah menjadi berwarna kelabu. Di saat yang bersamaan mama mendapat kabar dari grup RT yang memberi tahu jika pemadaman listrik dari semalam akan berlangsung beberapa hari kedepan. Listrik akan menyala selama jam kerja dan akan padam setelah memasuki pukul delapan malam.     

"Ndra, nanti malam bakalan ada lampu mati lagi. Masih nggak tahu sampai kapan. Jadi kalau kamu ada tugas buat hari senin, cepat kerjakan dulu tugasnya sebelum malam datang." Ucap mama yang beranjak dari tempat duduk dan langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang hingga malam nanti. Aku pun langsung menuju ke kamarku dengan berlari dan mengerjakan tugas biologi yang di kumpulkan untuk hari senin. Tak lama setelah aku masuk ke dalam kamar, hujan rintik-rintik membasahi tanah di luar dan beberapa detik langsung turun hujan yang sangat lebat sehingga membuat langit yang tadinya sangat cerah berubah menjadi lebih gelap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.