The Eyes are Opened

Si Penjaga



Si Penjaga

1Tak terasa sudah tiga bulan aku tinggal di kota orang sebagai mahasiswi dan juga sejak saat itu aku sudah mulai terbiasa untuk hidup sendiri serta mengurus segala kebutuhanku dengan mandiri. Kini kos-kosan menjadi rumah kedua ku yang selalu membuatku merasa nyaman. Meskipun terkadang aku merasa bising dengan suara anak kos yang selalu berteriak saat memanggil temannya di lantai dua, namun sepanjang aku tinggal di sini aku tak mempermasalahkan hal tersebut. Akhir-akhir ini juga aku jarang di ganggu oleh makhluk halus saat malam hari ataupun aku melihat hal-hal tak kasat mata di kos ini dan selama tinggal disini, ternyata aku tak banyak tahu tentang siapa pemilik dari rumah kos ini, karena setiap hari minggu pagi aku selalu pergi ibadah bersama kak Dita dan pulang seringkali sorehari atupun malam hari. Sedangkan tiap jam delapan pagi, pemilik kos baru tiba untuk memeriksa kondisi kos-kosan dan pulang ke rumahnya kembali setelah jam dua belas siang.     

Sudah dua minggu ini aku nggak pergi ibadah bersama kak Dita. Kakak saat ini sudah memiliki pasangan dan dia juga terkadang pergi ibadah bersama pacarnya tanpa mengajakku. Sehingga dua minggu ini aku selalu berada di kosan tanpa tahu harus ngapain. Kalaupun mau pergi ibadah juga aku nggak punya teman yang bisa aku ajak. Karin setiap Jum'at sore sudah pulang ke rumahnya dan baru kembali ke kosan tiap minggu malam. Aku memutuskan untuk minggu ini hanya berdiam diri di kamar sambil membaca novel yang baru saja aku pinjam di peminjaman buku dekat kosan. Seperti biasa, pagi hari sudah terdengar suara mbak Sum yang berteriak memanggil anak kos lantai atas jika mobil antar jemputnya sudah datang. Beberapa cece kos yangg ada di lantai satu pun sudah keluar kos dari pagi dan hanya tersisa aku yang masih ada di kosan.     

"Haaahhh... sepi banget kalau tiap minggu nggak kemana-mana. Mana uang sudah menipis     

lagi. Hmmm... terpaksa deh hari ini makan mie instan aja dulu." Ucapku sambil mengambil mie instan di dalam container box.     

Tepat saat aku keluar dari kamar, aku melihat ada mobil pik up yang terparkir di depan pintu gerbang kosan. Namun saat itu aku tak tahu jika itu mobil milik bapak kos. Aku langsung saja berjalan ke dapur dan menyiapkan perlengkapan untuk memasak mie. Namun, saat aku menyalakan kompor beberapa kali, api kompor tidak menyala sama sekali dan aku langsung menanyakan hal tersebut ke mbak Sum.     

"Mbaaakkk..." Teriakku ke mbak Sum yang sedang menjemur pakaian.     

"Iya Ndra?" Jawabnya yang langsung menghampiriku di dapur.     

"Mbak, ini kok kompor gasnya nggak nyala? Gasnya apa lagi habis?"     

"Sek-sek tak lihat e." Jawabnya sambil memeriksa alat ukur tabung gas LPG.     

"Oohhh... iya Ndra. Sek ya. Ini mumpung om barusan datang tak minta LPG yang baru ke om."     

Mendengar jawaban mbak Sum saat itu membuatku bingung. Saat itu aku masih nggak paham siapa yang di maksud 'om' sama Mbak Sum. Lalu nggak lama setelah mbak Sum ke depan, ada seorang pria terlihat seumuran dengan papaku masuk ke dalam kosan. Pria itu memiliki postur tubuh yang tinggi, kulit putih, dan mengenakan kaca mata. Pakaiannya pun terlihat sederhana. Hanya mengenakan kaos polo putih garis-garis dan juga celana pendek kain selutut serta sandal jepit. Pria tersebut berjalan masuk ke dalam kosan mendahului mbak Sum menuju ke dapur. Saat pria tersebut melewati depanku, aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku, lalu membiarkan pria itu mengganti LPG lama dengan yang baru. Setelah selesai memngganti LPG, pria tersebut tanpa berbicara langsung berjalan menuju ke lantai dua.     

"Mbak, itu tadi siapa?" Tanyaku pelan kepada mbak Sum yang baru saja selesai menjemur pakaian.     

"Oh... itu bapak kos. Biasa, bapak kos itu mesti datang ke sini tiap minggu buat ngecek-ngecek kondisi kosan. Kalau ada yang rusak, toilet mampet, meja-lemari-kursi seng rusak gitu bappak kos yang betulin. Di kamarmu ada yang rusak nggak? Mumpung ada bapak kos e nanti tak kasih tahu."     

"Nggak ada mbak."     

"Ya udah kalau nggak ada. Kalau perlu buat bayar-bayar kosan gitu langsung ke istri e. Tapi juarang istri e ikut. Mesti bapak e tok yang datang." Tukas mbak Sum sambil memotong kacang panjang yang hendak ia masak.     

Dari aku mulai masak mie instan sampai aku makan di meja makan, aku terus memperhatikan kerja bapak kos saat memeriksa kondisi kosan. Lalu saat aku mau masuk ke kamar, aku melihat bapak kos masuk ke ruangan yang ada di bawah tangga. Aku melihat sekilas di sana ada ruangan yang cukup luas dan terlihat ada beberapa perkakas dan bangku-bangku cadangan yang tersimpan di sana. Selain itu, aku juga melihat sedikit di sudut ruangan tersebut ada altar untuk sembahyang yang tergantung di dinding ruangan tersebut.     

"Ohh... itu gudang ya sama buat sembahyang ya?" Gumamku dalam hati saat melihat bapak kos sedang melakukan sembahyang pada patung dewi Kwan Im di sana.     

"Makanya kok dari tadi aku ngecium bau wangi dupa. Ternyata di sana ada tempat baut sembahyang e." Gumamku lagi saat memasuki kamar.     

Setelah selesai makan, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Aku yang dari tadi hanya membaca novel yang sudah hampir habispun akhirnya ketiduran. Aku tidur sangat pulas sampai-sampai aku nggak sadar kalau ada kak Dita datang ke kosanku untuk memberikanku makan malam.     

"Ndraaa... Andraaaa!!" Panggil kak Dita saat membangunkanku.     

"Uhhmm... hoaamm..."     

"Ayo bangun! Sudah jam enam malam lho ini!" Ujarnya sambil menaruh satu bungkus capjay goreng dan mie goreng di atas meja belajarku.     

Akupun membuka mataku dan langsung beranjak dari tempat tidurku lalu melihat makanan yang di bawa oleh kak Dita dan langsung mengambil panci kecil untuk menyimpan capjay agar bisa ku makan malam itu.     

"Kakak sama siapa ke sini?" Tanyaku.     

"Ini sama Kevin. Bentar lagi juga masuk, tadi lagi parkirin mobil di luar. Tuh dia." Ujar kak Dita sambil menunjuk ke arah ko Kevin yang baru saja masuk ke dalam kamarku.     

"Hallo Ndra..." Sapa ko Kevin saat melihatku.     

"Hallo ko... Kalian sudah makan ta?" Tanyaku.     

"Sudah kok. Makanya tadi sekalian beli'in kamu makanan terus ke sini. Kamu baru bangun tidur ini ya?"     

"Iya ko. Hehehehe..."     

"Ya udah kalau gitu kamu makan dulu gih. Kita di sini dulu boleh nggak?"     

"Ya boleh lah kooo... Hahahahaha... Bentar ya Andra mau ambil nasi dulu di dapur." Ucapku sambil keluar kamar hendak mengambil nasi.     

("Karin belum pulang juga ya?") Gumamku dalam hati sambil melihat kamar Karin yang tertutup rapat.     

Setelah mengambil nasi, aku pun langsung makan capjay yang di bawakan kak Dita di kamar sambil ngobrol bersama ko Kevin. Awalnya kami membahas masalah perkuliahan, lalu tak berapa lama ko Kevin menanyakan kabarku dengan Dito. Awalnya sih aku nggak menceritakan apa yang aku alami selama ini dengan Dito, namun kak Dita langsung membongkar masalah apa saja yang sudah aku rasakan selama aku pacaran dengan Dito dihadapan ko Kevin. Ko Kevin yang mendengarnya saat itu langsung terkejut dengan sambil mengerutkan dahinya. Ia pun akhirnya memberikanku masukan sebagai kakak cowok buatku. Ia juga menyarankanku untuk segera mengakhiri hubunganku dengan cowok yang memiliki sifat seperti Dito, karena baginya cowok seperti Dito nggak pantas untuk di pertahankan dan juga baginya Dito merupakan cowok brengsek yang hanya berkedok cinta agar aku selalu luluh dan menurut kepadanya. Yah... memang sih apa yang di omongkan ko Kevin ada benarnya juga, akupun sebenarnya juga merasa lelah dengan hubunganku saat itu, apalagi Dito sudah ada tiga minggu ini nggak menghubungiku sama sekali meskipun ia bisa update status di media sosialnya dengan dalih ia sedang ada meeting di luar kota bersama clientnya. Jadi malam itu kak Dita dan ko Kevin mengembalikan lagi keputusan yang akan aku ambil dalam hubunganku, mereka sangat peduli dan sayang kepadaku sampai berharap aku tidak di sakiti lebih lagi serta aku bisa benar-benar bahagia jika Dito memang mencintaiku.     

"Ndra, kami pamit pulang dulu ya..." Ujar ko Kevin.     

"Lho kok cepet sih? Baru juga jam setengah sembilan lho..."     

"Ya meskipun gitu kakakmu kan perlu pulang ke kosnya... Kalau terlalu malam aku antar ke kosnya nggak enak sama ibu kosnya juga. Kamu juga besok sudah kuliah kan? Makanya kami pulang dulu biar kamu bisa istirahat."     

"Ya udah deh. Kalau di sini boleh nginap kakak bisa nginap disinii... Tapi disini nggak boleh ada yang nginap."     

"Yeee... emang kalau aku nginap di sini terus aku besok kerja gimana neng? Malas aku harus balik pagi-pagi banget ke kosanku. Jauuuhh... Udah kakak pulang dulu ya! Kamu hati-hati di kosan. Kalau ada apa-apa telepon kakak aja. Atau minta tolong dulu sama Karin. Karin satu kos kan sama kamu sekarang?"     

"Iya kak. Makasi ya buat makan malamnya."     

"Iya. Itu jangan lupa di taruh di kulkas, terus besok di panasin lagi buat sarapan." Ujar kak Dita sambil berjalan keluar kamar kosku.     

Aku mengantarkan kak Dita dan ko Kevin pulang sampai di gerbang kosan.     

"Udah ya Ndra, kakak balik dulu." Ucap kak Dita sambilmelambaikan tangannya kepadaku.     

"Iya. Kalian hati-hati di jalan."     

"Iya. Bye Ndra..." Jawab ko Kevin sambil melajukan mobilnya.     

Setelah mereka pergi, akupun langsung masuk ke dalam kosan. Dari luar pintu kos tercium bau dupa yang sangat harum, namun saat itu aku nggak sadar jika sudah nggak ada orang yang menyalakan dupa lagi, dan terakhir yang menyalakan dupa hanya bapak kos tadi siang. Saat aku berjalan melewati pintu kos, tiba-tiba seluruh tubuhku terasa tersetrum dan langsung bulu kuduku berdiri. Aku melihat ke kiri dan kanan memastikan tak ada barang apapun yang bisa menghantarkan listrik sambil menggosokkan kedua lenganku dan tetap berjalan menuju ke kamar.     

"Tadi apa ya? Kok aku tiba-tiba kesetrum gitu? Padahal tadi waktu anterin kak Dita pulang nggak ada apa-apa? Sudahlah. Mugkin perasaanku saja." Gumamku sambil mengambil ponsel hendak menghubungi Dito.     

Namun berkali-kali aku mencoba menghubungi Dito malam itu, nggak ada satu pun panggilanku yang di angkat olehnya. Pesan yang aku kirim juga nggak ada yang di balas. Sampai-sampai aku harus mencoba menghubunginya melalui chat yang ada di media sosial, baru ia balas dengan alasan bahwa ia sedang sibuk sepanjang hari ini. Ia harus menemani clientnya sampai nggak bisa menghubungiku. Akupun hanya bisa menghela nafas dan mencoba memakluminya. Lalu komunikasi kita malam itu berakhir begitu saja tanpa ada kelanjutan apapun. Untuk mengalihkan pikiranku malma itu, akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan tugas kuliahku yang sebenarnya dikumpulkan minggu depan. Semua notifikasi di ponsel yang masuk aku silent sehingga malam itu aku bisa fokus untuk mengerjakan tugas kuliahku tanpa terganggu dengan notifikasi dari panggilan telepon maupun dari pesan-pesan yang masuk. Hingga tak terasa hari semakin larut, saat itu aku juga sudah mulai merasa ngantuk, tapi aku masih belum bisa tidur.     

[Ceklek! Ceklek!]     

Terdengar suara pintu yang di buka dari luar kamarku, akupun mencoba untuk memeriksanya siapa yang baru pulang ke kos selarut ini dengan berpura-pura ke toilet.     

"Lho Rin, kamu baru pulang kos ta ini?" Tanyaku pada Karin yang baru saja masuk ke kamarnya saat aku mau ke toilet.     

"Iya Ndra. Kamu abis ngapain? Kok tumben kamarmu masih nyala lampu e?"     

"Ohh... iya... Aku abis kerjain tugas pemasaran itu lho yang di suruh bikin pamflet marketing."     

"Itu lak buat minggu depan to tugas e? Cek rajin e?"     

"Iya Rin, aku bosen dari tadi soal e. Maka e cari kesibukan. Hahahahaha... Kamu abis dari mana? Tak kira kamu di kosan ini tadi."     

"Ohhh... Aku abis jalan-jalan ambek arek-arek ke mall... Lho kamu lak biasa e ya pergi sama cecemu to?"     

"Owala... Kirain kamu abis pulang ke rumahmu... Iya... Biasa e gitu... tapi minggu ini ceceku pergi sama pacar e. Jadi aku di kos hari ini."     

"Lho iya. Aku tadi pagi-pagi jam sepuluh baru balik Surabaya, terus langsung keluar ambek arek-arek. Lha di jemput e ya pas aku baru nyampek e. Kamu tadi mau tak ajak, tapi aku lihat pintumu tutupan, cuman denger suara kipasmu. Terus aku inget nek minggu gini kamu mesti pergi ambek cecemu. Maka e aku nggak ketok pintu kamarmu."     

"Owala... nggak apa kok Rin. Lagian tadi aku ndek kamar rasa e ketiduran itu."     

"Ya wes Ndra, aku tak masuk kamar dulu ya." Ucap Karin mengakhiri pembicaraan kami malam itu. Ia langsung saja masuk ke kamarnya dan tak lupa untuk mengunci pintunya. Sedangkan aku langsung masuk ke dalam toilet untuk buang air kecil.     

Selesai buang air kecil, aku masih mencium bau dupa yang harum semerbak di sekitar ruangan TV kosan. Detik jam dinding kos juga terdengar sangat kencang malam itu. Suasana sepi hampir tak ada orang yang keluar kamar saat itu, apalagi lampu di kos ketika malam sudah di matikan semua. Hanya lampu teras, lampu tempat jemur pakaian dan dapur yang masih menyala menerangi ruangan di kos malam itu. Aku yang awalnya hendak langsung masuk ke dalam kamar tiba-tiba berhenti di depan pintu kamarku sendiri.     

"Hah? Kok ada suara TV nyala ya malam-malam gini? Tumben? Masa mbak kos ada yang belum tidur?" Gumamku dalam hati.     

Sampai akhirnya aku memutuskan untuk melihat siapa yang menyalakan TV malam-malam saat itu. Cahaya lampu TV terlihat menerangi ruangan TV yang gelap. Aku berjalan perlahan sambil melihat siapa yang sedang duduk di sofa depan TV. Hanya rambut panjang hitam yang dapat aku lihat saat itu.     

"Mbak! Mbak!" Teriakku saat memanggil perempuan yang duduk di depan televisis yang sedang menyala.     

"Siapa toh yang nonton TV malam-malam gini? Di panggili kok ya nggak jawab? Lagian acara e lho sudah nggak ada, sudah semut semua tuh layar, kok ya nggak pindah-pindah se? Mosok yo ketiduran?" Gumamku.     

Akhirnya aku memutuskan untuk menyalakan lampu ruang TV terlebih dahulu sebelum mendekati perempuan itu. Ketika aku sedang jalan menuju saklar lampu, tiba-tiba mbak Sum memanggil namaku dari arah meja makan.     

"Ndra? Mau ngapain?" Ucapnya dengan lantang.     

"Oh, mbak Sum. Ini mau nyalain lampu."     

"Buat apa nyalain lampu malam-malam?"     

"Ini lho mbak ada yang ketidu....ra...n... Lho?"     

Sontak aku menjadi bingung sekaligus terkejut saat melihat ke sofa ruang TV sudah nggak ada orang sama sekali di sana. Televisi yang tadinya masih menyala pun juga saat itu langsung mati. Bulu kuduku seketika berdiri dan hampir membuatku merinding di sekujur tubuh. Mbak Sum yang melihatku kebingunganpun akhirnya menyuruhku untuk masuk lagi ke kamar. Aku langsung melihat jam yang ada di atas TV menunjukkan pukul 12.00. Aku terdiam sesaat dengan kondisi yang baru saja aku lihat.     

"Ndra! Kamu ngapain di sana kok malah ngelamun! Sudah ndang balik ke kamarmu! Aku masuk kamar dulu lho yo!" Ucap mbak Sum sambil berjalan menuju ke kamarnya.     

"Eh, sek-sek mbak tunggu!"     

"Apa Ndra? Aku ini sudah ngantuk lho."     

"Tadi mbak Sum lihat nggak ada yang duduk di sini sambil nonton TV?"     

"Hah? Sapa yang nonton TV malam-malam Ndra?"     

"Nggak tahu... Mbak Lis mungkin mbak?"     

"Lha ngapain to? Wong mbak Lis sudah tidur dari tadi kok sama aku. Aku ini keluar kamar mau minum kok yo lihat kamu di situ. Sudah ndang tidur." Ujar mbak Sum sekali lagi sambil berjalan ke arah ku untuk memastikan semua pintu terkunci dengan benar.     

Akhirnya aku pun mendengarkan kata mbak Sum untuk masuk ke kamar. Namun saat aku baru saja membalikkan badan hendak masuk ke lorong, tiba-tiba aku merasakan ada angin yang dingin berhembus mengenai kakiku saat berjalan. Akupun langsung berhenti dan melihat ke arah pintu dan jendela kosan. Memastikan apakah mbak Sum membuka pintu ataupun ada jendela yang terbuka.     

"Lha? Nggak ada yang di buka kok. Tapi barusan kakiku kok kena angin dingin ya?" Gumamku sambil terus melihat ke arah pintu kos dan juga jendela di sebelah pintu.     

"Lho Ndra? Kamu ngapain kok masih berdiri di sini? Weeesss ndang masuk kamar sana lho!"     

"Iya mbakk... Mau temeni mbak Sum aja dulu sampai sudah selesai."     

"Halah! Ngapain to mbok tunggok i. Wes kamu itu yang ndang masuk kamar. Aku sudah selesai kok ini." Jawab mbak Sum langsung berjalan ke arah kamarnya. Akupun melihat mbak Sum yang sudah jalan masuk ke dalam, langsung berlari menuju ke kamarku.     

Jantungku berdegup kencang seakan ada sesuatu yang nggak dapat kulihat ada di rumah kos ini. Memang ini baru kali ini aku mengalami hal seperti ini selama aku tinggal di kos. Dan malam itu aku langsung menutup seluruh tubuhku dengan selimut tanpa mematikan lampu kamar agar aku tak melihat makhluk halus tiba-tiba di dalam kamar malam itu.     

[Tik-tok-tik-tok-tik-tok-tik-tok....]     

Suara jam dinding kosan terdengarsangat kencang hingga masuk ke dalam kamarku. Aku melihat jam di layar ponselku sudah menunjukkan pukul 01.25 WIB. Hingga saat itu aku masih belum bisa tidur sedetikpun. Pikiranku pun masih terbayang-bayang dengan apa yang aku lihat sebelumnya yang membuat jantungku terus berdegup kencang hingga saat ini. Rasa takutku malam itu membuatku tak dapat tidur, sampai akhirnya aku memutuskan untuk memutar lagi rohani sebagai teman pengantar tidurku agar aku merasa lebih tenang. Aku menyalakan laptopku dan memutar lagu rohani dari galery musikku dengan suara yang cukup terdengar olehku hingga akhirnya tanpa aku sadari perlahan aku mulai terlelap hingga ke esokan paginya.     

[Tok! Tok! Tok! Tok!]     

"Ndraaaaa!!!! Dyandraaa!!!!" Suara Karin dari balik pintu memanggil namaku beberapa kali, namun pagi itu aku tak mendengarnya, sampai akhirnya Karin meneleponku agar aku kebangun dari tidurku.     

Dan benar saja, aku akhirnya bangun setelah di telepon Karin berkali-kali serta mendengar suara mbak Sum yang sangat nyaring dari balik jendela kamarku yang menghadap ke arah jemuran baju. Aku terbangun dari tidurku dan langsung beranjak membukakan pintu sambil terhuyung-huyung.     

"Heh Ndra! Kamu nggak kuliah ta?" Ujar Karin yang mengingatkanku pagi itu.     

"Hah? Jam berapa emang e sekarang?"     

"Sudah jam setengah sembilan lho!"     

Mendengar penyataan Karin saat itu, aku hanya mengernyitkan mataku yang masih setengah mengantuk dan mencoba mengingat jam kuliahku pagi ini. Aku dengan perlahan berjalan menuju ke tempat tidur dan melihat jam yang ada di ponselku.     

"Kamu ini dari semalem nyalain lagu ta? Kok tumben? Apa'o?" Tanya Karin yang saat itu masuk ke dalam kamarku.     

Akupun tak menjawab satu pertanyaan dari Karin. Aku hanya terdiam sambil berulang kali melihat pada jadwal kelas yang ada di dinding kamar kosku. Lalu aku melihat pada panggilan yang tak terjawab di ponselku, terlihat nama Cherryl yang sudah menghubungiku sejak pukul tujuh pagi sampai jam delapan. Ia juga mengirimiku pesan dan menanyakan posisiku dimana, serta menanyakan apakah aku hari ini ikut kelas apa tidak. Seketika tubuhku lemas mengetahui aku tertidur begitu lama ditambah aku bolos kelas untuk yang pertama kalinya selama semester satu ini.     

"Ya wes ya Ndra, aku balik ke kamar dulu ya. Maka e kalau tidur ponsel e jangan di silent, terus jangan setel lagu banter-banter." Ujar Karin yang langsung meninggalkan kamarku begitu saja.     

Aku yang saat itu melihat jam yang terus berjalan pun langsung berlari menuju tempat handukku di jemur dan bergegas untuk mandi serta siap-siap ke kampus sebelum kelas keduaku di mulai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.