The Eyes are Opened

Hai! Saat 'Dia' Yang Ingin Menyapa.



Hai! Saat 'Dia' Yang Ingin Menyapa.

0Tujuh bulan lamanya setelah aku tinggal di kosan bu Yati. Tepat di bulan Mei beberapa anak kos yang senior sudah banyyak yang keluar dari kos tersebut. Kini kosan terasa lebih sunyi dari pada biasanya. Hanya tinggal aku dan kedua kamar yang berada di depan, serta tiga kamar yang ada di bagian belakang yang masih tetap tinggall di kosan tersebut. Semua barang yang sengaja di tinggal langsung di bersihkan oleh mbak Sri dan di masukkan ke dalam gudang dekat dapur. Namun tidak membutuhkan waktu yang lama pula kos ini di huni oleh beberapa anak mahasiswa baru angkatan 2013/2014. Memang tidak banyak anak baru yang masuk ke dalam kos ini namun lebih baik dari pada jika semakin lama kosan ini semakin sunyi.     

Dua minggu berlalu, kamar-kamar kos yang memiliki pendingin ruangan sudah terisi semuanya, tinggal kamar yang ada di belakang yang masih belum terisi semuanya. Lalu saat hiang hari, ketika aku sedang tidak ada kelas, aku melihat mbak Sri sedang membersihkan kamar ce Puspita. Aku yang memang sejak lama ingin pindah kamar akhirnya memberanikan diri untuk bertanya ke mbak Sri.     

"Mbak!" Panggilku pada mbak Sri yang masih membersihkan kamar ce Puspita.     

"Oh iya mbak Andra. Ada apa?" Jawabnya.     

"Ini kok kamarnya ce Puspita di bersihkan? Emangnya ce Puspitanya kemana mbak?"     

"Ohh... mbak puspitanya sudah keluar mbak. Baru aja minggu lalu keluarnya. Katanya sih sudah selesai kuliahnya dan mau bantu orang tuanya di Ambon mbak..."     

"Ohh... gitu, terus ini kamarnya sudah ada yang nempati lagi nggak mbak?"     

"Belum mbak. Saya cuman bersihkan aja dulu, sapa tahu nanti ada yang mau masuk lagi."     

"Kalau saya pindah sini gimana mbak? Boleh nggak?"     

"Lho kenapa mbak Andra kok mau pindah kamar?"     

"Iya mbak, kamar saya panas banget. Exhouse fannya juga sering mati padahal sudah di service. Terus kalau anak-anak nyalakan televisi itu berisiknya sampai masuk ke dalam kamar mbak. Saya keganggu sampai nggak bisa belajar. Gimana mbak boleh nggak mbak saya pindah?"     

"Waduh kalau itu saya tanya ibu dulu ya mbak. Saya nggak berani putusin."     

"Ya sudah kalau gitu saya aja yang langsung bicara sama ibu ya mbak. Ibu ada kan di rumah?"     

"Iya ada mbak. Nanti ya mbak, kalau saya sudah selesai bersih-bersih." Ucapnya sambil memasukkan beberapa barang yang sudah tidak terpakai ke dalam kantung sampah.     

Setelah itu aku kembali ke dalam kamar untuk makan siang. 30 menit setelah aku selesai makan dan sedang belajar untuk ujian semester yang akan berlangsung minggu depan, tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu kamarku.     

"Ya?" Tanyaku dari dalam kamar.     

"Ini ibu Andra."     

Mendengar suara ibu Yati yang ada di depan kamarku pun aku langsung beranjak dari bangkuku dan tanpa menunggu lama aku langsung membukakan pintu untuk ibu kos.     

"Lagi apa siang-siang gini?" Tanya Ibu Yati basa basi.     

"Ini lagi belajar bu. Minggu depan sudah ujian semester soalnya.     

"Ohh... iya... Yang rajin kalau belajar. Ada apa Ndra? Kok tadi saya di beri tahu mbak Sri kalau kamu mencari saya?"     

"Iya bu. Emang saya mencari ibu tadi. Itu bu, saya mau oper kamar. Boleh ya bu?"     

"Lho kenapa?"     

"Kamar saya ini lho bu panas banget, sirkulasi udaranya nggak rata. Apalagi exhousenya sering mati. Padahal sudah di service sama mbak Mayang menantu ibu bulan lalu. Ini sudah dua minggu mati lagi. Saya pakai kipas angin ini aja nggak kuat juga bu." Keluhku pada bu Yati.     

"Kalau mau oper kamar, mau oper ke kamar mana Ndra?"     

"Itu ke kamar nomor 10 itu aja bu, bekas kamarnya ce Puspita. Gimana bu?"     

"Wahh.. kalau oper di kamar sana nambah lagi lho Ndra..."     

"Nambah berapa bu?"     

"Kamar itu saya kasih harga tujuh ratus lima puluh."     

"Lho kok mahal bu? Kan luas kamarnya juga sama aja dengan kamar saya ini?"     

"Iya kan itu termasuk kamar depan Ndra..."     

"Lha... ini juga saya kan masih di depan bu kamar saya... Masih di hall utama kosan lagi posisinya... Samain aja lha bu... Masa saya ikut harga baruu... Saya sudah nggak tahan juga di sini bu... Panasnya nggak kuat bu... Lagi pula kalau malam, saat anak-anak setel televisi itu berisik bu. Saya sampai nggak bisa belajar." Rayuku pada bu Yati.     

"Ya sudah deh kalau gitu. Kok aku ya kasian juga sama kamu. Ya udah nanti sore biar di bantu mbak Sri bersih-bersih atau pindahin barangnya ya."     

"Ah yang benar bu? Waaahhh.... makasi banyak ya bu Yatii..." Ucapku sambil memegang kedua tangan ibu kos dengan sangat erat karena sangat senang aku bisa pindah kamar hari itu juga.     

"Nanti biar mbak Sri bawakan bantal gulingnya kalau gitu."     

"Nggak usah bu. Ini saya pakai bantal guling saya sendiri kok. Kalau gitu siang ini saya boleh pindahan nggak bu?"     

"Iya nggak apa. Sudah di bersihkan mbak Sri juga kan?"     

"Iya bu sudah."     

"Ya sudah kalau gitu, saya tinggal dulu ya Ndra. Nanti kalau ada apa-apa langsung cari saya saja." Ucap bu Yati yang langsung meninggalkan kamar kosku.     

Mendengar hal tersebut, akupun langsung merapikan beberapa barang yang bisa aku rapikan lebih dulu ke dalam kamar ce Puspita saat mbak Sri naik ke kosan untuk memberikan kunci kamar kepadaku. Tak lupa aku juga memberi tahu papa jika aku pindahan kamar, agar papa tidak terlalu terkejut saat berkunjung ke kosan.     

Langit semakin teduh, lampu-lampu kosan juga sudah mulai menyala satu demi satu, menandakan hari sudah mulai sore dan petang akan menyapa. Aku yang melihat mbak Sri baru saja membuka pintu kamar ce Puspita pun dengan cepat aku langsung mengeluarkan beberapa barang yang bisa aku pindahkan terlebih dahulu ke dalam sana. Di saat aku mulai melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar, betapa terkejutnya diriku saat melihat kamar yang penuh dengan coretan dan bekas tempelan-tempelan yang aku sendiri tidak tahu tempelan sticker apa sebelumnya. Sehingga pemandangan tembok kamarku sempat terlihat kumuh dan kotor. Namun aku tidak mempersalahkan hal tersebut. Aku langsung melihat ada jendela yang menghadap ke luar rumah, meskipun hanya tembok tetangga sebelah yang dapat aku lihat, tetapi ini yang aku cari. Ada jendela yang menghadap ke luar dan angin-angin dari luar masuk ke dalam kamar. Bukannya angin dari dalam rumah yang masuk ke dalam kamar. Aku nggak sabar bisa menempati kamar itu dengan cepat, namun saat itu tidak mungkin buatku untuk pindahan malam itu juga, karena ternyata barang yang aku bawa hingga saat ini semakin hari semakin bertambah. Hal ini lah membuatku semakin lama proses pindahan ke kamar ce Puspita hari itu. Aku memutuskan untuk melakukan pindahan kamar dari barang-barangku yang belum aku pindah ke esokan harinya, tepat hari sabtu dan kak Dita hendak bermain ke kosanku saat itu.     

"Ahhh.. aku lapar sekali setelah beberes kamar." Gumamku yang baru saja selesai mandi.     

Jam di meja belajarku sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, akupun langsung bergegas mengambil satu bungkus mie instan yang aku simpan di dalam box container di dalam kamar, dan langsung saja aku membuatnya. Selesai makan, aku memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamarku sambil berbaring di tempat tidur. Baru 30 menit aku berada di dalam kamar, aku langsung membuka lebar-lebar jendela kamar dan juga pintu kamarku. Menyalakan kipas angin tepat di dekat kakiku, namun tetap saja aku masih merasa gerah dan kepanasan di dalam sana. Seakan-akan kamarku terasa sangat penuh dan sesak. Aku nggak betah di dalam sana. Aku langsung beranjak dari tempat tidurku dan mencari kertas tebal untuk ku jadikan kipas angin. Namun tetap saja, keringat terus mengalir di pelipis hingga ke punggungku. Aku mengganti bajuku dengan yang lebih tipis dan dingin, tapi itu semua sia-sia.     

Hari semakin larut, nyamuk mulai semakin banyak yang masuk ke dalam kamarku, sehingga aku harus berkali-kali menyemprot kamarku dengan pembasmi nyamuk, hingga akhirnya aku memutuskan tetap bertahan di dalam kondisi kamar yang sangat pengap dan panas malam itu. Aku mulai menutup pintu dan jendela kamarku dan memutuskan untuk langsung tidur tanpa banyak melakukan aktivitas di dalam kamar agar tidak merasa gerah lagi. Aku mulai merasakan hal yang nggak beres dengan kamar ini, namun sampai saat itu aku masih tidak paham jika di dalam rumah ini sangat banyak sekali penghuni 'lain' yang tinggal selain anak-anak kos. Hingga akhirnya 'mereka' memperlihatkan diri dari dalam mimpiku.     

[Tik-tok-tik-tok-tik-tok-tik-tok~]     

Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB namun malam itu aku masih saja belum bisa tidur dengan pulas. Beberapa kali aku masih terus terbangun dan sesekali aku mendengar dari balik tembok kamarku suara-suara seperti tembok yang di pukul beberapa kali dengan sangat kencang. Malam itu aku nggak tahu sama sekali jika sebelah kamarku itu langsung bersebelahan dengan rumah anak pertama dari ibu kos. Jadi aku mengabaikan suara di dinding tersebut dan memutuskan untuk terus tidur. 30 menit berlalu, tiba-tiba dari dinding kamarku tepat di dekat tempat tidurku terdengar deritan seperti suara meja ataupun lemari yang di geser dengan paksan dan menimbulkan suara deritan di lantai yang sangat nyaring. Akupun akhirnya terbangun dan melihat jarum jam yang masih menunjukkan pukul setengah dua dini hari.     

"Ini suara apa sih? Kok malam-malam gini berisik banget? Apa di sebelah sini ada orang yang tinggal apa gimana?" Gumamku yang masih setengah sadar.     

Aku memberanikan diri untuk menguping melalui gelas kaca yang aku tempelkan ke tembok sebelahku, untuk mengetahui apa yang terjadi di sana. Tetapi hanya keheningan yang dapat aku dengar dari balik gelas kaca yang aku tempelkan ke dinding kamarku. Aku menghela nafas panjangku dan langsung mengembalikan gelasku ke atas meja. Memutuskan untuk memilih tidur kembali tanpa memperdulikan suara-suara dari balik dinding kamarku. Suhu di dalam kamarku juga saat itu masih saja pengap dan membuatku semakin kegerahan. Hingga beberapa kali saat aku sedang tertidur memutuskan untuk mengayunkan kipas dari kertas karton tebal itu ke arah wajahku yang sudsh basah dengan keringat yang mengalir di pelipisku.     

Aku akhirnya tertidur pulas setelah hampir setengah jam lebih bergumul dengan hawa panas di dalam kamarku. Saat itu tepat pukul 02.10 WIB terkahir kali aku melihat ke arah jam yang ada di layar ponselku, mataku terpejam dengan sangat berat hingga akhirnya aku tertidur pulas. Selang beberapa lama setelah aku tertidur, aku bermimpi melihat di dalam kamarku di penuhi banyak orang. Tetapi kalau di bilang orang juga bukan, meskipun aku tak nampak dengan jelas raut wajah tiap orang yang ada di dalam kamarku, namun yang membuatku sedikit yakin jika mereka bukanlah manusia ialah, aku tak melihat satu dari mereka memiliki kaki yang napak di lantai. Ada yang duduk di sudut kamarku sambil memegang lututnya dan membiarkan rambut panjang hitam serta kusut tergerai hingga ke lantai. Ada sosok juga yang sangat tinggi, hitam, dengan rambut yang tebal menutupi hampir seluruh tubuhnya dan sampai aku melihat ke langit-langit kamarku itupun aku tak dapat melihat kepalanya. Hanya sebatas sampai ke perut. Aku terdiam di tengah-tengah kamar yang sudah banyak banget sosok yang tinggal di sana. Beberapa sosok berlalu lalang menembus tembok kamarku, lalu aku melihat ke atas lemari sudah di penuhi tiga sosok perempuan yang mengenakan baju putih panjang sambil mengayun-ayunkan kaki yang tak nampak. Lalu tak lama ada sosok kakek-kakek yang mengenakan baju adat jawa lengkap dengan blangkon dan keris yang tersemat di punggungnya sambil berjalan keluar masuk kamarku menggunakan tongkat kayu yang terlihat usang dan kuno. Sosok anak kecil juga ikut berada di dalam kamarku, bersembunyi di balik pintu dan sebagian yang lain bersembunyi di ujung tempat tidurku sambil meringkukkan tubuhnya.     

Aku berjalan mundur secara perlahan menuju ke arah pintu kamar, hendak keluar dari kamar tersebut. Namun siapa sangka jika 'merkea' langsung mentapku dengan tajam, lalu tersenyum kepadaku dan menunjukkan wajah mereka yang sangat menyeramkan, dengan mata yang bersinar di tengah-tengah kamar yang terlihat remang, gigi yang tajam serta darah segar yang terkihat di dalam mulut mereka. Aku hendak berteriak, namun aku tidak dapat mengeluarkan suaraku, beberapa kali aku mencoba untuk berdoa dan menyebut nama Tuhan pun tidak dapat, seakan 'mereka' membungkam mulutku. Aku mencoba berteriak sekencang-kencangnya namu hanya suara lirih dan terdengar serak di telingaku. Hingga akhirnya aku terbangun saat mendengar alarmku yang berbunyi. Aku langsung beranjak dari tempat tidurku sambil mengusap kedua mataku.     

"Aku mimpi apa'an coba tadi malam? Masa iya sih kamar ini sesak kaya gitu? Kalaupun 'mereka' itu ada di dalam kamar ini, ya nggak salah kalau kamar ini terasa sesak dan seringkali hawanya panas banget. Udah lah hari ini harus cepst-cepat pindah kamar." Gumamku.     

Akupun langsung beranjak bangun dari tempat tidurku dan memutuskan untuk mencari tujang sayur untuk makan hari ini. Setelah belanja sayur dan lauk di tukang sayur yang tepat sedang berhenti tidak jauh dari kosan, akupun pagi itu langsung mengolahnya untuk makananku hari ini. Lalu setelah itu aku langsung merapikan barang-barangku untuk melanjutkan pindahan kamar lagi.     

Detik demi detik terus berjalan, tak terasa hari sudah berganti menjadi siang hari. Matahari terlihat sangat terik di luar sana, sedangkan beberapa anak kos lain sedang menikmati hari libur sambil bersantai di ruang tengah. Tepat siang itu juga kak Dita tiba di kosanku, akupun langsung berlari untuk membukakan pintu buat kak Dita.     

"Lama banget sih!" Ujar kak Dita yang sudah menunggu di depan pagar.     

"Ya maklumin lah… namanya juga kosanku ini di lantai dua, jadi kan ya aku haris turun dulu, terus buka pintu gerbangnya. Motornya parkirin di sini aja." Ucapku sambil menunjukin ke arah parkiran yang tampak penuh dan berhimpitan.     

("Yakin di sini dek? Penuh banget?") Bisik kak Dita.     

"Iya. Sudah taruh di sini, jangan lupa kunci motormu jangan lupa di bawa. Kebiasaankan kamu selalu lupa kunci motor nggak di bawa." Ujarku mengingatkan.     

Kami tak banyak berbicara saat masuk ke kamar melewati anak kos lain yang sedang asik menikmati makan siangnya di meja makan besar. Terlihat mereka seperti baru saja bangun tidur dan belum mandi, namun aku tidak terlalu peduli dan langsung berjalan menuju ke kamarku sambil sesekali menyapa mereka sebelum masuk ke dalam kamar.     

"Kamu masak apa dek?" Tanya kak Dita yang melihat beberapa mangkok masakanku di atas meja belajar.     

"Ini. Cuman masak cah kangkung, sama gireng ikan mujair. Tadi dapat di tukang sayur murah. Kakak mau makan?"     

"Iya deh. Kakak juga lagi lapar nih."     

"Ya udah tunggu sini. Aku ambilin nasinya." Ucapku sambil mengambil piring yang sudah bersih di container box kecil di bawah meja belajarku.     

Selesai makan dan bersantai dengan kak Dita di kamar, akupun langsung mengajak kak Dita untuk membantuku pindahan barang ke kamar kos yang sudah aku rapikan sebelumnya. Dengan senang hati kak Dita langsung membanguku membawa container boxku yang berisi banyak barang ke dalam kamarku yang baru. Dua jam berlalu begitu cepat, akhirnya semua barangku sudah tertata rapi di kamar yang baru. Baik itu isi lemari yanag tertata rapi dengan baju-bajuku, meja belajar yang sud terisi dengan buku-buku pelajaran kuliahku, dan juga yang tak ketinggalan ialah tempat tidur yang sudah tertata rapi dengan selimut baru yang masih harum dari laundryan, serta gorden baru yang terpasang di jendela kamar.     

"Kamar yang ini lebih enak dek dari pada kamarmu yang tadi. Lebih dingin juga."     

"Ya makanya aku pindah ke sini kak setelah tahu kamar ini kosong. Kamar sana panas banget, berisik juga."     

"Iya. Kok bisa sih panas banget gitu? Padahal sudah ada exhousenya lho tiap kamar. Tapi mama papa sudah pada tahu kalau kamu pindah kamar ke sini? Terus harga kamarnya kena berapa?"     

"Papa sudah tahu kok kak. Sebelum pindah Andra sudah bilang dulu sama papa, terus harga kamarnya juga Andra minta sama kaya harga kamar sebelumnya."     

"Ya udah kalau gitu. Tapi kali ini kamu lebih nyaman mana sama tinggal di kos sebelumnya?"     

"Yaa.... Kalau nyaman sih sebenarnya ya ada plus minusnya, cuman kalau aku mending di sini aja deh. Meskipun sometimes kosnya jorok dan kotornya minta ampun kalau mbak kosnya lagi pulang kampung. Tapi paling nggak kalau dari sini ke kampus nggak jauh-jauh amat lah. Ow ya, kakak mau mandi-mandi dulu ta? Terus kita beli makan. Ini sudah mau malam dan Andra juga sudah mulai laper." Ucapku sambil duduk di sebelah kak Dita yang masih terbaring di tempat tidurku.     

"Ya udah deh. Pinjam bajumu dulu ya. Kamu mau makan apa?"     

"Uhmm... gimana kalau kita makan sambelan aja kak?"     

"Boleh. Ow ya, nanti kakak langsung balik ya abis makan malam. Ko Kevin mau nemui kakak soalnya."     

"Oke." Ucapku sambil menyiapkan baju baru buat kak Dita dan meninggalkannya di kamar sendirian, sedangkan aku langsung keluar kamar untuk mandi terlebih dahulu.     

"Tumben banget kosan hari ini sepi. Padahal juga hari sabtu, malam mingguan gini biasanya sudah pada ngantri buat mandi." Gumamku saat berjalan ke kamar mandi.     

15 menit berlalu, aku yang baru saja selesai mandi dan langsung masuk ke dalam kamarpun dengan cepat menyuruh kak Dita untuk segera masuk ke dalam kamar mandi sebelum ada anak kos yang hendak mandi. Dengan cepat kak Dita langsung beranjak dari tempat tidur dan mengambil baju yang sudah aku siapkan di atas menja belajar dan berlari menuju ke kamar mandi. Sembari aku menunggu kak Dita selesai mandi, akupun bersiap-siap sambil membersihkan kamarku dari debu dan juga sisa-sisa barang setelah aku pindahan tadi siang.     

"Deekk... sudah nih. Minta kantong plastik dong buat baju kakak." Ucapnya sambil mengulurkan tangan kepadaku.     

"Nih!" Jawabku sambil memberikan satu lembar kantong plastik baru kepada kak Dita.     

Setelah kami semua sudah rapi, kak Dita juga tak lupa merapikan semua barang yang ia bawa kemari dan langsung berjalan keluar kamar terlebih dahulu menuju ke bawah. Di susul dengan beberapa anak yang hendak keluar kamar juga, akupun langsung bergegas untuk mengunci kamar dan menyusul kak Dita di bawah yang sudah siap dengan sepeda motornya di depan rumah kosan. Akupun langsung naik ke bangku belakang kak Dita dan kami akhirnya menyusuri jalan di sore hari untuk membeli makan malam.     

Tak terasa hari sudah semakin gelap, tempat makan yang kami singgahi pun semakin lama semakin ramai. Aku dan kak Dita yang sudah selesai makanpun langsung beranjak dari sana dan memutuskan untuk pulang. Kak Dita yang sudah dari tadi mendapat telepon dari ko Kevin pun langsung mengantarkanku pulang terlebih dulu sebelum ia sendiri membawa kendaraannya menuju ke mess kantor yang jaraknya lumayan jauh dari kosanku. Aku tiba di depan kosan dengan kondisi lampu depan kos yang seketika mati dan nyala sendiri, seakan bohlam lampu halaman kosan perlu di ganti dengan yang baru. Halaman parkiran sepeda motor yang tampak lebih legang dari pada sebelumnya menandakan banyak anak di dalam kos ini sudah keluar rumah. Akupun berjalan masuk ke dalam rumah tanpa memikirkan apapun, hanya perut yang kenyang yang membuatku malas dan ingin merebahkan tubuhku di atas tempat tidur yang baru. Suasana kosan saat itu sangat sunyi, hampir tidak ada suara anak kos di dalam rumah. Akupun langsung masuk ke dalam kamar dan tak lupa untuk mengunci kamar. Menyalakan lagu sekencang mungkin, apalagi kebetulan saat itu kosan terasa sangat sunyi dan beberapa kali saat aku masuk ke dalam rumah bulu kudu ku berdiri dan membuatku merinding. Setelah aku membunyikan lagu menggunakan speakers dengan kencang, akupun langsung merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur hingga tak terasa aku mulai tertidur dan terlelap.     

Aku terlelap begitu nyenyak bahkan aku tak sadar jika aku belum mengganti bajuku dengan baju tidur. Namun mataku saat itu tidak dapat di ajak kerjasama sehingga aku mengabaikan untuk mengganti pakaianku malam itu dan meneruskan tidurku. Waktu berjalan begitu cepat hingga tak sadar sudah mulai masuk ke dini hari. Di saat hawa dingin pagi mulai menyelinap masuk ke dalam kamarku melalui celah-celah jendela dan ventilasi kamar, aku yang merasa kedinginanpun menutup seluruh tubuhku dan hanya menyisakan bagian kepala yang masih terlihat. Aku tidur menghadap tembok dan di saat itu tiba-tiba aku merasa seperti ada orang yang menyibakkan selimutku dengan kencang. Aku yang sangat mengantuk mengabaikan hal tersebut, lalu tak berapa lama kemudian, tiba-tiba aku merasakan ada orang yang mencolek pinggungku saat baju yang aku kenakan tersibak ke atas. Terasa dingin seperti es tangan yang mencolek tubuhku. Aku awalnya mengabaikannya dan terus tidur dan memejamkan kedua mataku. Lalu aku merasa ada yang mencolekku lagi untuk ke dua kalinya. Tanganku reflek langsung menampik tangan yang mencolek punggungku, namun hanya angin semata yang aku rasakan dan aku tetap masih tertidur setelah itu. Hingga ke tiga kalinya aku merasakan lebih jelas tangan yang mencolek tubuh bagian belakangku. Terasa tangan yang lembut dan dingin, sedingin es mencolek punggungku, lalu seperti bersembunyi di bawah tempat tidur sambil terkikik setelah mengusiliku. Seketika itu juga aku langsung terbangun dan melihat ke belakang ku. Aku terdiam sesaat dalam kegelapan kamarku. Aku tak melihat ada orang satu pun yang masuk ke dalam kamarku, aku melihat ke bawah tempat tidur pun tidak ada siapapun di sana. Aku langsung melihat ke arah layar ponsel yang menunjukkan pukul 03.00 WIB. Akupun langsung tersadar jika bukan manusia yang mengusiliku malam itu. Akupun langsung menutup selimut seluruh tubuhku dan terus berdoa di dalam hati. Hingga cukup lama aku tidak dapat tidur dan terus-terusan terbayang dengan apa yang baru saja aku alami malam itu. Hingga tepat pukul 04.00 WIB, saat aku mendengar suara orang menyerukan doa pagi dari masjid terdekat, di saat itu juga aku baru bisa tidur kembali dan pagi itu aku bisa tidur dengan pulas hingga matahari sudah terbit mengintip ke dalam kamarku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.