The Eyes are Opened

Hai! Saat 'Dia' Yang Ingin Menyapa (Part 02)



Hai! Saat 'Dia' Yang Ingin Menyapa (Part 02)

0[Titititit!!! Tititititit!!! Tititititit!!! Tititititit!!!]     

Suara alarm dari ponselku berbunyi begitu kencang berkali-kali, sehingga membuatku terbangun. Aku yang saat itu sangat susah untuk membuka kedua mataku hanya bisa meraih ponselku yang aku taruh di atas meja belajar yang tak jauh dari tempat tidurku. Dengan mata kiri yang terbuka sedikit aku mencoba meraih ponselku dan mematikan alarm yang berbunyi dengan kencang dan tanpa henti jika aku tak menekan tombol stop.     

Selesai menekan tombol stop, aku langsung merebahkan kembali tubuhku dan kembali tidur beberapa menit kemudian. Hari itu hari sabtu dimana hari ini merupakan hari senggangku dan aku juga tak memiliki jadwal kegiatan apapun. Hingga tanpa sadar aku sudah tertidur kemabli setelah 30 menit berlalu, suara di depan kamar terdengar cukup kencang, di tambah dengan aroma masakan anak kos yang membuatku akhirnya terbangun saat itu juga. Aku melihat ke arah jam yang ada di layar ponselku dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 WIB. Aku langsung terbangun dan duduk sejenak di tempat tidurku.     

"Semalam itu apa ya? Kok aku ngerasa kaya ada orang yang mencolek punggungku saat tidur.. Dan anehnya lagi, kenapa selimutku bisa tersibak sendiri, padahal kalau di logika nggak ada angin yang kencang yang bisa membuka selimutku yang tebal ini. Kipas anginpun nggak mungkin! Sekencang-kencangnya yang aku setel nggak bisa menerbangkan selimutku kok." Gumamku saat aku sudah bangun. Dengan wajah yang penuh dengan teka teki yang membuatku semakin penasaran aku langsung beranjak turun dari tempat tidurku dan langsung memperhatikan sekeliling kamarku. Hampir nggak ada celah untuk orang masuk dan bersembunyi di bawah tempat tidurku. Apalagi tempat tidurku ini bukanlah tempat tidur yang menggunakan dipan kayu yang memiliki kolong di bawahnya. Aku semakin kebingungan dan juga merasa sedikit takut pagi itu. Langsung saja kau memutuskan untuk keluar kamar sembari mencari udara segar meskipun matahari sudah beranjak naik. Aroma sambal terasi, ikan goreng, yang baru saja dimasak membuat perutku saat itu langsung berbunyi. Terlihat di depan mata Selina, Eva, Putri dan Winda sedang menyajikan sarapan yang mereka masak di atas meja makan kosan.     

"Tumben ce baru bangun." Sapa Eva yang tengah membawa lalapan segar dari dapur menuju ke meja makan saat melewati kamarku.     

"Iya. Hehehe.. Kemarin malam nggak bisa tidur soal e, makanya baru bangun siang." Jawabku sambil duduk di bangku sofa yang reyot di sebelah meja makan.     

"Emang kenapa ce? Ada banyak tugas ta?" Ujar Eva lagi yang sudah duduk di depan meja makan sambil menunggu anak lain selesai mengambil nasi di dapur.     

"Nggak, aku juga nggak tahu, cuman aku ngerasa semalem tepat jam tiga pagi ada yang nyolek punggungku tiga kali. Padahal pas kebangun aku ngelihat di kamarku itu nggak ada orang sama sekali."     

"Hah? Masa? Iiihhh kok ngeri banget ce! Terus-terus gimana?" Timpal Winda yang ikut mendengarkan ceritaku saat ia hendak mengambil makanannya.     

"Ya nggak gimana-gimana. Makanya aku nggak bisa tidur semalem. Baru bisa tidur jam empatan lebih rasa e. Ini aja aku masih takut dan kepikiran kok siapa yang nyolek aku malam-malam."     

"Kamarmu kamu kunci nggak ce kalau malam? Soalnya kami semalam pada keluar semua, pulangnya malam banget juga dan itupun langsung tidur kami." Ucap Eva.     

"Iya aku kunci. Makanya itu aku jadi tambah bingung."     

"Jangan-jangaaannn... ada makhluk halusnya di kosan ini..." Bisik Winda perlahan sambil memeluk lengan Selina yang hendak mengambil ikan goreng.     

"IIihhh! Wiiinnn!! Tanganmu tuh jangan sambil peluk-peluk juga ya to... Mana orang mau ambil ikan lagi!" Teriak Selina yang ngerasa risih.     

"Hahahahaha!!!" Tawa Eva.     

"Makanya kau pagi-pagi jangan bicara aneh-aneh lah! Kau ini sering pergi ke gereja, tiap pagi baca Alkitab tapi masih takut hal beginian! Duh Wiinnn... Winn... sia-sia kau ibadah... Hehehehe..." Ucap Selina sambil menepuk pundak Winda yang masih memasang raut takut di wajahnya.     

"Ayo sudah kau ambil makan sini lah Ndra! Makan bersama kami lah! Dari pada kau bengong terus begitu!" Ucap Selina.     

"Iya ce! Makanlah sama kami! Ikan kita punya masih banyak kok." Timpal Winda.     

"Iya ce! Kamu pasti belum makan kan? Sudsh cepetan ambil nasi sebelum dingin ikannya!" Ujar Eva sembari mendorongku bangkut dari bangku untuk segera mengambil nasi di dapur.     

Akupun akhirnya mendengarkan ucapan mereka dan langsung beranjak menuju ke dapur untuk mengambil nasi yang baru saja matang di penanak nasi. Dengan cepat aku langsung kembali ke meja makan dan langsung bergabung dengan anak kos lainnya untuk makan bersama. Kami sangat menikmati sarapan pagi saat itu meskipun kami makan dengan lauk yang sederhana dan hanya sambal terasi yang membuat makan pagi kami terasa sangat nikmat. Selesai makan aku juga tak lupa membantu mereka untuk membersihkan sisa makanan yang ada di meja serta mencuci piring kotor milikku sendiri. Lalu kami langsung berpisah masuk ke kamar masing-masing, meskipun Winda saat itu langsung rebahan di atas sofa kosan yang terlihat tak nyaman untuk di tiduri.     

"Mau kemana kau Va? Tumben kali kau sudah mau mandi jam segini?" Ucap Winda yang melihat Eva hendak masuk ke dalam kamar mandi sembari membawa handuk yyang di sampirkan di pundaknya.     

"Mau kerja kelompok ini Win! Emang kamu nggak ada tugas atau apa gitu? Kok rasanya kamu nyantai banget sih Win?"     

"Ya ada lah Va... Cuman hari ini mau malas-malasan aja dulu. Besok minggu aja lah baru kerja. Ow ya, nanti kau pulang jam berapa? Mau nemenin noton nggak? Ada film baru di bioskop?"     

"Nggak tahu ya Wiin... Kalau selesai cepat ya sorelah sudah balik. Nanti aku kabari aja lah pulang jam berapa. Emang film apa'an sih?"     

"Film Conjuring. Aku mau nonton tapi nggak berani noton sendirian."     

"Eh, kalian mau nonton film Conjuring kah? Jam berapa? Ikut dong!"     

"Nah... tuh, ada ce Selina. Kau nonton sama ce Selina nah Win."     

"Ah Eva! Kau ini aku juga mau ajak kau kok kau gitu sih sama aku... Eh, tapi katanya cece hari ini mau ngedate sama pacarmu ce..."     

"Ap'an ngedate! Cuman antar pacarku ke dokter nah... Dia lagi sakit. "     

"Kenapa ce?" Tanya Winda dan Eva.     

"Itu nah... Kemarin tuh abis makan rujak cingur di dekat rumahnya, udah tahu cowokku itu nggak bisa makan yang kaya gitu, begaya dia makan gituan gara-gara lihat aku makan rujak cingur. Tahunya abis makan, pas malam itu dia muntah-muntah sampai diare. Terus, pagi ini badannya panas, lemes. Jadi aku hari ini mau antar dia ke dokter dulu."     

"Waahhh... cari gara-gara sih itu pacarmu ce..."     

"Ya makanya ituu... Adduuuhhh... apalagi cowokku itu orangnya manja banget lagi kalau sakit gini."     

"Kau sudah mandi kah ce?"     

"Sudah lah! Pagi-pagi kali tadi aku sudah mandi tahu sebelum belanja. Soalnya aku sudah merencanakan emang abis makan mau langsung ke rumah cowokku. Tapi kalau kalian beneran mau nonton aku ikut lahh.. Malas aku di kosan gini malam mingguan gini."     

"Ya dah ce nanti aku kabari ya ce kalau aku sudah selesai kerja kelompoknya. Kita nonton yang jam malam aja kalau gitu. Win! cari jadwalnya dan sekalian pesen tiketnya dah! Nanti aku transfer." Ucap Eva.     

"Iya Win! Kau yang cari ya! Aku mau siap-siap dulu nih. Kau mau kerja kelompok apa sih Va?"     

"Mau kerja kelompok tugasnya pak Eko ini lho cee... Besok senin presentasi soal e..."     

"Ow iya... Itu harus jelas data sama presentasimu. Kalau tidak nilaimu langsung E! Bagus-bagus kalau pak Eko kasih kau D. Sudah sana mandi!" Ucap Selina sembari masuk ke dalam kamarnya yang tepat di depan sofa kos, kamar nomor satu."     

Aku yang sedang di kamar sambil asik membaca novel hanya bisa mendengarnya saja, hingga tak begitu lama terdengar dari kamar Selin yang menutup pintu kamarnya dengan sangat kencang.     

"Eh! Win! Kau masih tidur di sini saja kah? Tidur di kamarmu sendiri sana!" Ucap Selina yang melihat Winda sedang tertidur di sofa kosan.     

"Ah, malas aku ce tidur di kamar panas. Enak di sini, dingin tahu. Cece naik apa?"     

"Ini mau naik taksi."     

[Tin! Tin!]     

"Tuh nah taksiku sudah datang. Dah ya Win! Cece berangkat dulu!" Ucap Selina yang langsung berlari menuruni tangga dan bergegas langsung naik ke dalam taksi yang sudah menunggunya di depan pintu kosan.     

Setiap pembicaraan yang ada di ruang tengah kosan memang sangat terdengar samapi di dalam kamar, oleh karen ahal tersebut aku sendiri sering kali memutar lagu yang luamyan kencang di dalam kamar, sehingga setiap pembicaraan anak-anak kos, tawa mereka yang sering kali sangat kencang ataupun suara mereka yang mengganggu ku tak sampai terdengar hingga di dalam kamar.     

Jam berputar dengan cepat hari ini. Tiba-tiba saja jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Suasana sepi dan sunyi di dalam kosan membuatku sedikit bosan dan gerah di dalam kamar. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mandi dan mencari angin sejenak di balkon kosan yang saat itu terlihat sangat sejuk dengan hebusan angin yang kencang dan sejuk. Tak ada satu orangpun yang berlalu lalang di sepanjang koridor kosan. Suara bising pun tak ada lagi, selain suara lagu yang ku putar dengan kencang di dalam kamar terdengar hingga di didepan balkon.     

Hari itu di sepnajang jalan di daerah kosan ku pun juga ikut sunyi. Hampir tak ada orang yang berlalu lalang siang itu. Memang hari itu terik matahari bersinar sangat terang hingga terasa teriknya membakar kulitku. Di saat aku sedang termenung di balkon kosan, tiba-tiba terasa ada angin yang dingin berhembus mengenai tubuhku dan hembusan angin itu membuat bulu kuduku berdiri, seakan ada sengatan listrik di antara angin tersebut. Namun bukan hanya satu kali siang itu aku rasakan. Namun beberapa kali di beberapa waktu saat aku belum beranjak ke kamarku hingga akhirnya saat ada kak Fahmi, penghuni kosan lama yang tinggal di kamar nomor 12 baru saja pulang. Akupun langsung berjalan kembali ke kamarku, dan ketika baru saja aku masuk ke dalam kamar, tiba-tiba terdengar suara barang seperti terjatuh di gang kecil sebelah kamarku. Aku langsung saja melihat dari jendela kamar, namun sayangnya aku tak dapat melihat ke bawah. Hanya sebatas pintu kecil yang terletak di dekat tempat parkir. Aku kembali duduk di atas tempat tidurku dan membuka halaman demi halaman buku novel yang sedari tadi belum juga aku baca sampai habis. Dari dalam kamar hanya terdengar alunan musik nan syahdu dan membuat atmosfir di dalam kamarku terasa lebih tenang. Sedangkan di luar kamar benar-benar terasa lebih sunyi hingga tak ada suara langkah kaki satupun yang terdengar. Aku melihat ke arah jam weker yang ada di mejaku sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Akupun memutuskan untuk ke luar kamar sejenak sembari buang air kecil. Baru saja aku masuk ke dalam toilet, terdengar suara langkah kaki yang cukup keras, seperti suara orang sedang berlari terburu-buru dari arah lorong kamar sampai ke anak tangga. Awalnya aku mengabaikannya dan dengan santai menyelasaikan urusanku di toilet. Namun tiba-tiba suara langkah kaki tersebut menghilang begitu saja. Suasana di kosan juga langsung senyap, tak ada suara pintu yeng terbuka maupun tertutup. Suara gerbang yang di kunci lagi pun tak terdengar. Aku keluar toilet tak memperdulikannya, namun ketika baru melewati anak tangga, saat itu juga aku merasakan seperti ada orang yang sedang memperhatikanku dari bawah anak tangga itu sendiri. Akupun refleks menoleh ke arah tersebut, namun tak ada siapapun di situ. Lalu akupun memutuskan untuk berjalan kembali menuju ke kamar. Baru saja aku membuka pintu kamar, dan melangkahkan satu kakiku masuk ke dalam kamar, tiba-tiba terdengar...     

[Tak!!]     

"Suara apa itu?" Gumamku saat mendengar seperti bunyi barang yang jatuh di ruang tamu kosan. Akupun langsung berjalan dan mengintip ke bawah, memastikan ada orang di sana atau tidak.     

"Nggak ada orang kok. Tapi itu tadi suara apa ya?" Ujarku. Aku memastikan kondisi kosan saat itu benar-benar tidak ada orang selain aku, ataupun jika ada mereka sedang di dalam kamar semua. Aku menyusuri lorong kosan sambil memperhatikan setiap jendela kamar ataupun ventilasi kamar, apakah lampu kamar mereka sedang menyala atau tidak.     

"Nggak ada orang." Gumamku saat berdiri di depan kamar no. 6     

"Lagi cari apa Ndra?" Tanya kak Shinta yang baru saja keluar dari kamarnya no. 8.     

"Ah, nggak kak. Aku mau tanya, apa kakak atau anak lain abis dari ruang tamu?"     

"Nggak. Aku baru aja keluar kamar kan? Anak-anak yang lain setahuku lagi nggak di kos dari pagi. Fahmi kerja, pasti dari pagi juga sudah nggak di kos-an. Dian sama Wenny ke kampus, terus kalau ce Vero juga kerja. Aku nggak tahu kalau anak-anak depan."     

"Ahh... gitu.. Makanya kok tumben sepi banget hari ini."     

"Kenapa? Anak depan juga nggak ada semua ta?"     

"Iya. Aku tadi tahunya, Eva, sama Selina sudah keluar, tapi nggak tahu anak yang lain. Cuman jam sepuluhan kalau nggak salah dengar ada yang keluar lagi sih."     

"Ohh... gitu... Terus ada apa Ndra?"     

"Nggak ada apa-apa kok kak. Ya udah kalau gitu. Makasi yaa..." Ucapku yang langsung meninggalkan kamar belakang dan langsung berjalan dengan cepat menuju ke kamarku.     

"Kalau nggak ada orang sama sekali di kos-an hari ini, lalu tadi suara siapa ya? Masa Winda? Tapi bukannya Winda sempat keluar ya jam setengah dua belas tadi? Duuhhh... udah lah! Tolong doonggg... penunggu rumah kos... jangan ganggu aku yaaa..." Ujarku sambil berkata lirih.     

Sepanjang siang hingga sore hari aku hanya berdiam diri di dalam kamar sambil terus menyalakan lagu untuk mengurangi rasa takutku hari itu. Beruntungnya saat sore hari tepat pukul 16.00 WIB kak Dita dan Ko Kevin tiba-tiba datang di depan kosku dan mengajakku untuk jalan-jalan ke mall. Aku yang saat itu kebetulan baru saja selesai mandipun langsung dengan cepat merapikan kamar dan mengenakan pakaian agar tidak sendirian di kos-an malam ini.     

Saat hendak membuka pintu kos, aku menyempatkan melirik ke arah bawah tangga tepat di ruang tamu. Tak ada apapun di sana. Ruangan kecil dan sedikit gelap, hampir tak ada cahaya yang menyinari sudut ruangan tamu kos-anku. Kursi kayu jati dengan spons yang sudah mulai rusak dan usang, di tambah meja kayu yang penuh dengan debupun menghiasi ruang tamu kos-anku. Akupun mencoba mengabaikan apa yang aku dengarkan siang tadi dan langsung melenggangkan kakiku keluar kos-an dimana kak Dita dan Ko Kevin sudah menungguku di dalam mobil yang terparkir tepat di depan kos.     

"Halo Ndra..." Sapa ko Kevin saat aku baru saja naik ke dalam mobilnya yang selalu tericum aroma kopi di dalamnya.     

"Halo ko..." Balasku sambil mengatur dudukku di bangku belakang.     

"Sudah makan ta dek?" Tanya kak Dita yang memperhatikanku sejak aku keluar kos-an sampai aku duduk di mobil.     

"Sudah tadi siang."     

"Berati belum makan malam dong? Kamu mau makan apa Ndra?" Timpal ko Kevin.     

"Terserah kak Dita aja deh mau makan apa. Kan selera kak Dita lebih bagus dari pada aku. Nanti kalau aku yang pilihin makannya, terus nggak cocok di lidah kak Dita bisa ngomel kaya kereta lagi. Panjang nggak selesai-selesai." Tukasku.     

"Hahahahahahaha!! Bener-bener banget Ndra. Cecemu ini ya kalau ngomel panjaaanggg banget! Tapi yang bikin aku heran itu kok nggak capek ya? Kok bisa sih Ndra? Nurun siapa coba? Orang adiknya kalem lho..."     

"Ih! Kaya dia kalem katamu? Kamu belum kenal aja sama nih anak! Dia tuh kalem-kalem menghanyutkan tahu nggak! Diam-diam bikin orang emosi! Diam-diam juga sukanya bikin orang kangen!"     

"Jadi kakak kangen aku nih sekarang?"     

"Kagak!!"     

"Hahahahahahaha! Udah-udah beb. Hahahahaha! Iya Ndra, cecemu emang lagi kangen banget sama kamu. Buktinya ini kamu di ajak keluar makan terus jalan-jalan ke mall. Katanya kasian kamu kalau pas malam mingguan gini, seringnya di kosan terus. Mana pacarnya jarang nemuin lagi. Hehehehe..."     

Akupun hanya tersenyum mendengarkan celotehan dari ko Kevin yang terus ngejailin kak Dita yang duduk di bangku sampingnya hingga seluruh telinga kak Dita berubah warna menjadi merah karena malu. Akhirnya kami langsung saja menuju ke salah satu mall terbesar di Surabaya. Dimana semua outlet baju ada, makananpun lengkap. Dari yang harganya murah sampai ke harganya malah sekalipun ada. Kami bertiga langsung saja menaiki lantai demi lantai menuju ke lantai paling atas, dimana berjejer stand makanan yang ada di sana. Kak Dita yang berjalan bersama dengan Ko Kevin di depan, menuntunku menuju ke sebuah tempat makan yang terlihat sederhana, namun dari depan stand tersebut tercium arom masakan chines food yang begitu menggugah selera tiap orang yang berlalu lalang di depannya.     

"Ndra, kamu mau makan ini?" Tanya ko Kevin padaku sambil menunjuk stand resto chines food yang ada di depanku.     

"Iya boleh ko." Jawabku sambil malu-malu.     

"Ya udah kita makan di sini ya beb.." Ujar ko Kevin pada kak Dita, lalu mereka berdua berjalan terlebih dahulu memasuki resto tersebut sembari mencari tempat duduk yang nyaman dan pas untuk kita bertiga makan.     

Suasana di mall sore ini terlihat sangat ramai. Banyak orang berlalu lalang, baik itu sendirian maupun bersama keluarga dan orang yang mereka sayangi. Banyyak juga anak-anak kuliahan sepertiku sedang asik jalan-jalan bersama beberapa temannya. Terlihat dari tempat dudukku mereka berjalan dengan cepat memasuki ke area bermain yang tak jauh dari dari area foodcourt. Aku hanya terdiam dan asik memperhatikan setiap orang yang ada di dalam mall tersebut. Melihat orang-orang yang sedang makan di dalam resto ini pun membuatku terkesima. Begitu banyak orang yang makan di sana, semua terlihat sangat lahap dan menikmati setiap hidangan yang mereka pesan. Baik itu orang tua hingga anak-anak.     

Lagu yang sedang trend di putar bergantian membuat atmosfir suasana resto menjadi lebih nyaman. Terlihat juga beberap pengunjung yang sedang makan maupun sedang menunggu makanan mereka keluar pun sedang asik menikmati lagu yang sedang di putar. Beberpa orang juga terlihat mengikuti setiap lirik lagu yang mereka tahu. hingga tak terasa sudah 10 menit berlalu, makanan kami yang sudah kami pesan dri tadi akhirnya keluar dan tersaji di depan mata. Kak Dita pun langsung dengan cepat menerima setiap piring dan alat makan yang di berikan oleh pelayan yang sedang melayani meja kami. Lalu sore itu kami pun menikmati makanan yang ada di depan kami dengan lahap dan kenyang.     

"Gimana dek, enak?" Bisik kak Dita.     

"He'em." Jawabku yang hanya menggangguk sambil mengunyah makanan yang masih ada di dalam mulutku.     

"Di resto ini tuh makanannya yang paling di sukai sama cecemu tahu nggak Ndra. Tiap ke mall ini, cecemu selalu minta makan di sini dan nggak pernah bosen. Ya menu yang di pesan juga ini-ini aja."     

"Hahahahaha... Ya emang kaya gitu ko kak Dita ituu... Kalau sudah suka satu ya pasti itu-itu terus. Hehehehehe..."     

"Abis gini mau kemana? Jalan-jalan? Cari baju? Main archade? Apa mau nonton?" Tanya ko Kevin.     

"Nonton? Mau nonton apa'an?" Ucap kak Dita.     

"Uhhmmm... Ada film Conjuring, film horor yang lagi hype itu, ada spiderman, ada filmnya jackie chan. Mau nonton film Conjuring?"     

"Jangan! Nih anak takutan. Film lainnya aja." Ucap kak Dita.     

"Lho iya ta? Mau nonton film Jackie Chan aja ta? Kaya e kok ya bagus."     

"Ya udah itu aja deh." Jawab kak Dita yang langsung memberishkan sisa makanan yang ada di bibirnya.     

Selesai makan, kami pun langsung cepat-cepat menuju bioskop yang lumayan jauh dari tempat kami makan, melihat jam tayang paling dekat setelah kami makan sisa 30 menit lagi. Benar saja, ternyata film Jackie Chan yang kami tonton malam itu tidak jelek juga. Malah lebih menghibur dan juga banyak moment sedih yang di tampilkan. Bahkan kak Dita pun sampai menangis tersedu-sedu saat menonton film tersebut. Hanya aku dan ko Kevin yang terus tertawa melihat kak Dita sampai menangis melihat film hari ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.