Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Lukisanmu Itu Menindasku



Lukisanmu Itu Menindasku

0Yun Hua dan Chu Yu berdiri di depan pintu.     

Keduanya menatap Jing Xiu yang berbaring di atas ranjang rumah sakit dan bertingkah tidak masuk akal dengan bengong.     

Jing Xiu yang sedang berpura-pura menangis tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia segera berdiri dan merapikan kemeja hijau mudanya seakan tidak terjadi apa-apa, lalu mengambil jas putihnya, kemudian berbalik dengan anggun. Dia memandang Yun Hua dan Chu Yu dengan kaku dan mengeluarkan senyum palsu, "Apakah kalian tidak bisa mengetuk pintu sebelum masuk?"     

Yun Hua mengerjapkan matanya tanpa bersuara.     

Namun Chu Yu berkata dengan sangat terus terang, "Sudah, tapi tertutup oleh suara tangismu."     

Wajah Jing Xiu sebentar merah sebentar pucat.     

Bo Siqing yang masih terbaring di ranjang rumah sakit menahan senyumnya, "Yixiu, berhentilah. Mereka belum makan, pergilah menyiapkan makanan."     

(Yixiu mengacu pada Ikkyu-San, tokoh kartun Jepang)     

"Kamu yang Yixiu, seluruh keluargamu Yixiu!" Jing Xiu langsung meledak mendengar nama panggilan itu.     

Yun Hua tertegun sesaat, lalu bertanya penasaran, "Yixiu apa?"     

"Tidak ada Yixiu, kamu salah dengar!" Jing Xiu bergegas menjawab.     

Namun Bo Siqing berkata dengan santai, "Namanya dulu adalah Jing Yixiu, kami memanggilnya… Yixiu."     

"Yixiu yang mana?" Yun Hua semakin penasaran.     

""Dewi dari Xiang, Sembilan Lagu dari Puisi-puisi Chu" yang berbunyi; kecantikan harus dilihat dan diperbaiki (Yixiu), Peiwu menaiki Perahu di Guizhou." Bo Siqing berkata dengan datar.     

Jing Xiu sudah hampir gila.     

Yun Hua mengangguk-anggukkan kepala, "Ternyata Yixiu dari kata memperbaiki kecantikan. Jing Yixiu, kecantikan dan pemandangan indah, nama yang bagus!"     

"Kamu yang cantik, seluruh keluargamu cantik!" Jing Yixiu menggertakkan giginya.     

Yun Hua langsung tersenyum kepada Jing Xiu, "Terima kasih atas pujian Kakak Jing yang cantik. Atau kamu lebih suka dipanggil… Kakak Cantik?"     

Jing Xiu menunjuk Yun Hua dengan marah namun tidak dapat mengatakan apa-apa dalam waktu yang lama. Akhirnya dia berpaling dan menangis kepada Bo Siqing, "Tuan Muda Kedua Bo, Lukisanmu menindasku…"     

(Hua artinya lukisan)     

Yun Hua, "…"     

Kepalanya penuh dengan garis hitam!     

Panggilan apa itu? Lukisanmu…     

Senyuman di wajah Bo Siqing sangat cerah, "Memangnya kenapa jika Lukisanku menindasmu? Apa kamu berani balik menindasnya?"     

Jing Xiu ditatap oleh sorot mata tersenyum Bo Siqing selama beberapa detik, seluruh tubuhnya menyatakan perang dingin, dia lalu menggertakkan giginya, "Tuan Muda Kedua Bo, kamu kejam!"     

"Anak baik, pergilah ke kantin dan minta Tuan Fang untuk bekerja keras sebentar membuatkan makanan. Jangan biarkan dia mengambil makanan babi, aku tahu mereka seperti apa." Suara Bo Siqing sangat lambat.     

Jing Xiu mendengus, "Ambil saja makanan babi, ambil saja!"     

"Yixiu, apa kamu pikir aku tidak bisa membereskanmu karena aku berbaring? Kalau begitu ingin makan makanan babi, aku akan meminta Chu Yu menyuapimu, oke?" Bo Siqing mengancam sambil tersenyum tipis.     

Jing Xiu kesal sampai nyaris muntah darah, tapi dia juga tidak berani berkata kejam. Dia hanya bisa mengibaskan tangannya dan keluar dengan marah.     

Yun Hua tidak bisa menahan diri dan melirik Jing Xiu, lalu memandang Bo Siqing, "Dia… tidak akan benar-benar marah, 'kan? Aku hanya bercanda, tapi kenapa keluarganya bisa memberinya nama Yixiu? Kebanyakan yang memakai nama ini adalah anak perempuan."     

Bo Siqing menyeringai, "Ibunya selalu menginginkan anak perempuan, saat hamil dia terus berkata dengan yakin kalau anaknya perempuan. Dia mempersiapkan nama perempuan, pakaian perempuan, kamar perempuan… tapi hasilnya yang dilahirkan adalah anak laki-laki…"     

Yun Hua benar-benar tidak dapat berkata-kata, "Bukankah itu bisa dipastikan dengan melakukan USG B?"     

"Mungkin… Bibi Ye terlalu percaya diri secara membabi buta!" Bo Siqing tersenyum.     

Yun Hua benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa.     

"Ketika dia dilahirkan, Bibi Ye sangat kecewa, tapi dia juga merasa bahwa barang-barang yang disiapkannya tidak boleh disia-siakan. Jadi sebelum berumur lima tahun, dia memakai semua… benda-benda anak perempuan. Dia bahkan memakai rok merah muda dengan rambut dikuncir…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.