Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Setan Kecil



Setan Kecil

0Setelah Bo Siyao pergi, akhirnya Jing Xiu bisa bernapas lega.     

Perlu diketahui bahwa tadi dia terus menjaga sikapnya, sekarang tulang-tulangnya seperti diambil sekaligus dalam sekejap.     

"Waktu Yaoyao makan di rumahku, begitu mamaku melihat postur makan Yaoyao lalu melihatku lagi, sumpitnya langsung menyerang. Kalau punggungku melengkung sedikit saja, plak, sebuah tamparan datang! Bahkan bisa membuatku memuntahkan nasi di mulutku, tahu tidak?" Jing Xiu berkata dengan trauma di wajahnya, "Saat di rumah aku biasanya lebih santai, di luar aku tidak memalukan. Siapa yang bisa seperti Yaoyao begitu, mempertahankan postur dan penampilan terbaik sepanjang waktu…"     

"Uhuk… uhuk…"     

Yun Hua yang tidak waspada pun tersedak sup rumput laut.     

Chu Yu bergegas mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk punggungnya. Dia tidak bicara, tapi sorot matanya yang aneh itu telah menjelaskan masalahnya.     

Jing Xiu juga terganggu. Dia cemberut kepada Yun Hua, nada bicaranya membawa kebanggaan yang tidak dapat ditutupi, "Situasi seperti ini tidak akan pernah terjadi kepada Yaoyao. Tata krama meja makan Yaoyao benar-benar setingkat buku teks, sempurna! Semua orang berkata, seandainya Yaoyao hidup di zaman kuno, dia pasti adalah putri keluarga bangsawan yang sesuai kriteria. Kalaupun di zaman modern, dia juga seorang gadis dari keluarga aristokrat yang anggun dan lembut."     

Yun Hua merasa dirinya benar-benar tidak bisa makan lagi.     

Putri keluarga bangsawan yang lembut dan anggun, gadis dari keluarga aristokrat, sangat bagus dan sangat hebat. Tapi, sifat penyihir kecil itu… juga tidak salah sama sekali!     

Selain itu, Jing Xiu, bukankah kamu sangat takut kepada Yaoyao? Lalu ada apa dengan nada bangga setiap kali membicarakan Yaoyao?     

"Aku sudah kenyang, kalian makan pelan-pelan saja. Aku akan pergi menemui Yaoyao." Yun Hua meletakkan sumpitnya, lalu bergegas pergi tanpa menunggu respon Jing Xiu dan Chu Yu.     

Dia benar-benar takut kalau dia terlambat, maka sepasang kakak beradik aneh itu akan bertengkar lagi.     

Ketika Yun Hua sampai, benar saja, pemandangan di dalam kamar mirip dengan apa yang dibayangkannya.     

"Wah, ayam daun teratai ini harum sekali… Kakak Kedua, aku ingat kalau kamu sangat suka makan ayam daun teratai, meskipun rasanya tidak begitu sama dengan yang di ibu kota, tapi di sini juga rasanya istimewa…" Bo Siyao menyumpit sepotong ayam daun teratai dan mencicipinya sedikit demi sedikit.     

"Daging sapi panggang ini, Kakak Kedua, coba cium, harum tidak? Harum tidak?" Bo Siyao berkata sambil menggerak-gerakkan mulutnya seperti sedang makan.     

Yang lebih membuat Yun Hua ingin menutup wajahnya adalah, Bo Siyao sengaja membuka kotak makanan, lalu mengambil makanan beraroma menggoda di dalam kotak dan berputar-putar mengelilingi Bo Siqing agar aroma makanan menyebar seluruhnya.     

Bo Siqing sudah lama sekali tidak makan makanan yang beraroma.     

Minggu pertama setelah sadar dia sangat kesakitan sampai tidak bisa berpikir. Minggu ini setelah tidak kesakitan lagi, dia pun punya waktu untuk berpikir. Mulutnya sangat hambar. Melihat semua hidangan beraroma ini, dia pun benar-benar seperti serigala kelaparan!     

Tapi Bo Siyao malah pamer di sini…     

Sengaja!     

Benar-benar sengaja!     

Yun Hua sudah bisa menebaknya ketika Bo Siyao membungkus makanan untuk dibawa naik. Bo Siyao sengaja datang untuk mengiming-imingi Bo Siqing!     

Yun Hua benar-benar pusing. Sepasang kakak adik yang saling membenci ini, dalam tingkat keanehannya, kalau mereka berani menyebut diri mereka peringkat kedua, maka tidak akan ada orang yang berani menjadi peringkat pertama!     

"Yaoyao anak baik, biarkan Kakak Kedua mencicipi segigit daging sapi itu. Entah apakah level Pak Fang sudah turun atau tidak." Bo Siqing menjilat bibirnya, "Biar Kakak Kedua membantumu untuk mencicipinya, kalau masakannya tidak enak, Kakak akan memarahinya!"     

"Tapi Kak Yixiu bilang kalau sekarang kamu masih belum bisa makan semua makanan ini." Bo Siyao mengerjapkan matanya, wajahnya tampak polos dan tidak bersalah, "Kakak Kedua, kamu terluka begitu parah, pemulihanmu memang lambat, bagaimana kalau lukamu bertambah parah karena memakan makanan yang tidak seharusnya dimakan? Ah, meskipun aku tidak suka makan semua ini, tapi demi kesehatan Kakak Kedua, aku tetap bersedia dengan enggan membantu Kakak Kedua untuk mencicipinya…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.