Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Lukisan Di Rumahku



Lukisan Di Rumahku

0Tangan Bo Siqing menekan tombol menutup panggilan telepon dengan sangat dalam.     

Jelas-jelas telepon bisa diputus dengan menekannya sebentar saja, tapi dia menekannya sangat lama, seakan lupa melepaskannya.     

"Kakak Kedua Bo, apa suasana hatimu sedang buruk?"     

Gadis cantik itu menatap raut wajah Bo Siqing dan berkata dengan hati-hati.     

Setelah gadis itu selesai mandi, dia mengenakan sebuah gaun putih yang kelihatannya sederhana namun sebenarnya bermerek, bahkan ada riasan tipis di wajahnya, membuat warna kulitnya tampak sangat bagus.     

Ini adalah trik kecil gadis-gadis yang disebut wajah alami tanpa riasan, tapi sebenarnya mereka hanya memakai riasan tipis saja.     

Di mata banyak laki-laki, gadis yang tidak memakai eyeliner dan lipstik sama dengan alami tanpa riasan. Hanya para gadis sendiri yang tahu bahwa 'wajah tanpa riasan' ini juga membutuhkan banyak tahap, juga membutuhkan banyak perhatian.     

Gadis itu bahkan secara khusus memakai gaun merek kelas atas Italia, gaun putih tanpa lengan, bagian atasnya longgar, pinggangnya dikaitkan dengan sebuah rantai halus, memperlihatkan pinggangnya yang ramping.     

Roknya sangat panjang dan berlapis-lapis, seakan menutupi semuanya. Tetapi kalau pernah melihat pertunjukan merek ini akan tahu bahwa rok di bawah ini sebenarnya memiliki bukaan yang bisa dibuka hingga ke pinggang.     

Kalau memakainya dengan normal seperti ini dan tidak ada angin, maka gaun ini tampak sangat indah dan elegan seperti peri. Tetapi kalau dipakai oleh para selebriti untuk acara tertentu, maka dengan sedikit mengangkat gaun itu akan dapat terlihat samar-samar kaki indah yang putih dan jenjang dari bagian roknya yang bercabang, sangat seksi.     

Hanya sayangnya, meskipun gadis itu telah membuat persiapan yang cukup, tapi Bo Siqing yang duduk di sofa masih memegang ponselnya, bahkan pandangannya menatap lurus ke ponsel itu, seakan... seakan ponsel itu lebih memesona daripada gadis cantik seperti dia ini!     

"Kakak Kedua Bo, bagaimana kalau kita pergi ke balkon untuk melihat bintang? Lingkungan di sini sangat bagus, malam hari bisa melihat langit berbintang. Di ibu kota langit berbintang sudah tidak dapat terlihat selama bertahun-tahun. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kalinya melihat langit berbintang alami." Gadis itu menghampiri Bo Siqing dan duduk di sampingnya.     

Perhatian Bo Siqing akhirnya teralihkan dari ponsel, dia memandang gadis di sampingnya.     

"Aku sudah menyuruh orang untuk memesankanmu tiket pesawat pukul sebelas malam ini. Sekarang masih ada waktu satu setengah jam sebelum pesawat lepas landas, kamu berangkat dari sini ke bandara paling cepat 30 menit. Masih harus melewati pemeriksaan, lalu naik pesawat 20 menit lebih awal... kamu masih mempunyai waktu sekitar 5-10 menit untuk berkemas dan berangkat." Suara Bo Siqing sangat datar.     

Gadis itu seketika membeku.     

"Aku... aku tidak mau pergi, aku..."     

"Apa kamu yakin?" Bo Siqing memandangnya dengan tatapan yang sangat acuh tak acuh.     

Gadis itu langsung menangis dan terus menggeleng, "Kakak Kedua Bo, jangan mengusirku, ya? Apakah aku melakukan sesuatu yang salah... aku akan berubah..."     

Tetapi Bo Siqing bahkan malas mengucapkan satu kata pun. Hawa dingin di matanya terus menyebar.     

Gadis itu awalnya masih bertingkah manja dan menangis lemah, mencoba memberikan kesempatan sekali lagi untuk dirinya. Tapi akhirnya, Bo Siqing tidak mengucapkan sepatah kata pun. Suara gadis itu pun semakin lama semakin pelan.     

Semenit kemudian, gadis itu sudah menghilang tanpa suara.     

Di dalam kamar hanya tersisa Bo Siqing seorang.     

Dia bersandar di sofa, tangannya masih meremas ponsel. Entah kapan dia telah membuka catatan panggilan. Di dalam catatan panggilan masuk, yang terbaru adalah dari "Lukisan di rumahku".     

Bawahnya adalah Zhousheng Beiqian, Ling Nan, lalu...     

Semakin ke bawah lagi, masih ada satu panggilan masuk yang juga dari "Lukisan di rumahku".     

Bo Siqing tiba-tiba merasa bahwa catatan-catatan di tengah itu sangat menjengkelkan.     

Dia menggerak-gerakkan jarinya, menghapus catatan panggilan masuk dari orang lain di tengah satu per satu.     

Lalu terus menghapus ke bawah...     

Dengan cepat halaman catatan panggilan masuknya, dari atas sampai bawah hanya tersisa "Lukisan di rumahku"...     

Melihatnya seperti ini, akhirnya dia merasa sedikit puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.