Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Bagus, Aku Mau Menjadi Pacarmu



Bagus, Aku Mau Menjadi Pacarmu

0Tangan Yun Hua yang lain mengepal erat.     

Seluruh tubuhnya menegang menjadi patung!     

Tapi, setegang apa pun tubuhnya, tetap tidak dapat menghentikan detak jantungnya yang menggila!     

Dia sedang apa?!     

Dia, sedang, apa?!     

Udara sangat tenang.     

Tidak ada yang berbicara.     

Yun Hua menoleh dan menatapnya, dari sudut pandang ini dapat melihat jelas lekukan pipinya yang bagus.     

Bo Siqing sedikit menunduk. Sorot matanya yang serius dan fokus itu membuat orang berpikir kalau dia bukan sedang memijat bekas luka Yun Hua, tapi sedang melakukan eksperimen canggih!     

Bulu matanya sangat panjang, sangat lebat. Setiap kali berkedip, Yun Hua merasakan hatinya ikut bergetar.     

Hidungnya sangat mancung, atau dapat dikatakan bahwa seluruh wajahnya memiliki garis yang jelas.     

Pandangan Yun Hua jatuh ke bibirnya, bibirnya sangat tipis.     

Entah siapa yang mengatakannya, orang dengan bibir tipis kejam.     

Tapi Yun Hua malah berpikir bahwa kejam sebenarnya adalah jenis lain dari emosi yang mendalam.     

Dia menatapnya, tidak ingin melewatkan satu detik pun.     

Wajah ini sepertinya tidak pernah memuakkan untuk dilihat...     

Hanya ketika Bo Siqing tidak menatapnya, barulah Yun Hua dapat memandangnya dengan begitu lancang dan rakus...     

Tapi, tiba-tiba, dia menoleh.     

Matanya yang berkilauan bagai bintang-bintang itu memandang Yun Hua.     

Empat mata saling bertemu.     

Mata Yun Hua langsung melebar, segera setelahnya, warna merah merangkak naik dari telinganya dan membuat kedua pipinya merona.     

Tertangkap basah.     

Reaksi rasa bersalah Yun Hua berbeda dari orang lain!     

Kalau orang lain tertangkap basah sedang mencuri pandang, biasanya dia akan tersenyum malu dan bergegas memalingkan pandangannya. Tapi ketika Yun Hua tertangkap basah, matanya langsung melebar, seakan sedang berusaha keras menunjukkan betapa tidak bersalahnya dia!     

"Besok pagi pukul tujuh, bangun tepat waktu."     

Bo Siqing tiba-tiba berbicara.     

Yun Hua masih melotot dan sama sekali tidak bereaksi.     

Dia setiap hari bangun jam tujuh. Oh tidak, terkadang jam enam lebih. Lagi pula pukul tujuh dia pasti akan keluar untuk sarapan...     

Mengapa harus mengatakan ini secara khusus?     

Bo Siqing sudah melepaskan tangannya, menutup salep dan memasukkannya ke dalam saku. Lalu dia berdiri dan berjalan ke pintu.     

Yun Hua akhirnya menyadari bahwa dia sudah mau pergi.     

Dia pun bergegas berdiri dan mengikutinya.     

Bekas luka di telapak tangannya agak panas karena gosokannya, tapi salepnya dingin. Perpaduan dingin dan panas, seperti suasana hatinya saat ini...     

Bo Siqing membuka pintu dan berjalan keluar, lalu memandang Yun Hua, "Kunci pintunya."     

"Ya." Yun Hua mengangguk.     

Bo Siqing mengerutkan bibirnya, lalu meliriknya lagi, "Aku tidak punya pacar."     

"..."     

Yun Hua tertegun, "Ha?"     

"Itu bukan pacarku. Aku, aku juga tidak akan punya pacar dalam waktu dekat."     

Bo Siqing berkata datar, "Selamat malam."     

"Selamat malam."     

Yun Hua yang bagaikan jiwa gentayangan itu menutup dan mengunci pintu.     

Lalu seperti jiwa gentayangan juga dia naik ke ranjang dan tidur...     

Bo Siqing bilang kalau dia tidak punya pacar, dan dalam waktu dekat tidak akan punya pacar.     

Saat ini Yun Hua merasakan ada sekuntum bunga yang mekar di ujung hatinya!     

Begitu indah, begitu... luar biasa!     

.....     

Pagi hari, pukul tujuh Yun Hua bersiap membuka pintu kamarnya...     

Detik berikutnya, dia pun melihat seseorang yang menunggu di depan pintu!     

Yun Hua mengerutkan bibirnya, alisnya agak mengernyit.     

Bisakah dia mengatakan bahwa tadi malam dia... mengalami mimpi yang sangat memalukan?     

1

Dia bermimpi ketika Bo Siqing bilang bahwa dia tidak punya pacar, dirinya langsung dengan sukarela berkata: Baguslah kalau begitu, aku mau jadi pacarmu!     

Aaahhh, memikirkan dirinya dalam mimpi itu, Yun Hua merasa sangat tidak bisa berkata-kata.     

Apa sebegitu... lapar dan hausnya?!     

"Eh..." Yun Hua melihat Bo Siqing yang berjalan mendatanginya, juga teringat pada mimpi tadi malam, dia pun terdiam selama beberapa saat.     

Tapi detik berikutnya, tangannya dipegang olehnya. Ibu jarinya yang sudah diolesi salep dengan lembut digosok-gosokkan ke telapak tangannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.