Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Enak? Biar Kucoba



Enak? Biar Kucoba

0Dalam perjalanan pulang ke hotel masih banyak orang yang berlalu Lalang. Yun Hua menerobos di tengah kerumunan sambil membawa tanghulu dengan hati-hati agar tidak menabrak orang.     

Tanghulu itu dibuat dengan bagus.     

Warnanya merah terang, di atasnya ditaburi sedikit wijen putih dan dibungkus rice paper.     

Yun Hua sangat menyukai rice paper, dulu waktu makan permen Toffee White Rabbit, dia sangat suka memakan rice paper. Makan tanghulu juga sama, pasti ada rice paper-nya.     

Ketika suasana hati sedang kurang baik, memakan manisan akan membuatnya jauh lebih baik.     

Tapi baginya, tanghulu bukanlah makanan sehat.     

Kalau begitu… makan sebiji saja!     

Ya, satu biji saja!     

Dia menggigit dulu rice paper, rice paper tipis itu melekat di bibirnya, dia menjilatnya beberapa kali sebelum memakannya.     

Sebenarnya rice paper sendiri tidak mempunyai rasa, Yun Hua sendiri tidak tahu mengapa dirinya begitu suka memakannya.     

Setelah memakan manisan buah pertama yang dilapisi rice paper, dia melihat manisan buah itu menampilkan warna merah cerah, sangat cerah, melihatnya… membuatnya sangat ingin memakannya!     

Yun Hua menatap tanghulu itu beberapa detik lagi, akhirnya membawanya ke mulutnya.     

Penjual tanghulu memilih buah yang sangat besar. Jika digigit seluruhnya ke dalam mulut, maka pipinya akan menggembung dan terlihat jelek. Dan di dalamnya juga ada biji yang juga tidak enak dimuntahkan.     

Ketika memakan tanghulu, Yun Hua suka menggigit sebagian kecil, lalu sebagian kecil lagi.     

Kali ini juga tidak terkecuali.     

Yun Hua membawa tanghulu itu ke mulutnya, bibir merah mudanya sedikit terbuka, perlahan-lahan mengigit satu bagian buah itu…     

Tetapi saat ini, tiba-tiba muncul sebuah wajah di depan matanya.     

Wajahnya sedikit lebih gelap, lebih kurus, dan matanya lebih merah. Janggut tipis juga muncul di wajahnya.     

Wajah yang jelas tampak lelah, juga mata yang jelas tampak merah itu, namun akan membuatmu merasa bahwa sepasang mata itu secerah bintang!     

Wajah yang bagi Yun Hua adalah wajah tertampan di dunia.     

Wajah yang dirindukannya siang dan malam.     

Yun Hua pun tercengang.     

Apakah lagi-lagi dia berhalusinasi?     

Apakah dia bermimpi lagi?     

Tidak mungkin, ini siang hari, bagaimana mungkin dia bermimpi!     

Seluruh tubuhnya benar-benar membeku.     

Dia terdiam kaku dalam postur menggigit manisan buah, membeku menjadi seperti patung.     

"Enak?" Wajah yang tiba-tiba muncul itu membuka mulutnya dan berbicara. Bibir tipisnya agak kering dan pecah-pecah, suaranya serak, tetapi sangat enak didengar!     

Yun Hua sama sekali tidak dapat bereaksi, apalagi menjawab pertanyaannya.     

Pria itu tiba-tiba tersenyum, matanya yang memang secerah bintang itu semakin bersinar, bagaikan lubang hitam di alam semesta yang dapat menelan segalanya!     

"Biar kucoba."     

Dia berkata dengan suara pelan.     

Segera setelahnya, wajah yang memang sudah dekat itu lebih mendekat lagi, semakin mendekat…     

Dia menggigit sisi lain dari manisan buah itu.     

Bibir Yun Hua di sisi sini, gigi pria itu di sisi sana, hanya ada batang bambu yang dipakai untuk menusuk manisan buah itu di tengahnya!     

Ujung hidungnya menggesek ujung hidung Yun Hua.     

Mata Yun Hua yang tadinya melebar saat ini pun membulat!     

Dia dapat melihat matanya dengan jelas. Bulu matanya, sangat panjang!     

Ketika Yun Hua hampir menghitung berapa jumlah bulu matanya, pria itu menggigit setengah dari manisan buah. Wajahnya yang semula begitu dekat itu pun perlahan mundur.     

Setengah manisan buah yang tersisa yang digigit Yun Hua itu tidak bisa lagi menempel di tusuk bambu dan langsung jatuh ke dalam mulutnya.     

Manis.     

Asam.     

Manis.     

Yun Hua tanpa sadar mengunyah setengah manisan buah di mulutnya, otaknya bahkan tidak dapat berpikir lagi.     

Itu dia.     

Benarkah itu dia?     

Tadi…     

Pria itu menggigit tanghulu-nya, mengambil setengah manisan buahnya.     

Bibirnya, menyentuh bibir Yun Hua…     

"Benar-benar manis." Bo Siqing menatapnya, ada senyuman di matanya. Dia tiba-tiba menunduk sekali lagi dan mendekat ke telinga Yun Hua, suaranya sangat lirih, "Ini adalah tanghulu paling enak yang pernah kumakan seumur hidupku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.