Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Berani Mengakui Kesalahan



Berani Mengakui Kesalahan

0Bo Siqing tertawa, "Uh, untuk sementara aku tidak akan mengatakannya..."     

"Hei!"     

Yun Hua pun tidak bisa berkata-kata.     

"Mengapa untuk sementara tidak mau mengatakannya?" Yun Hua meraih tangan Bo Siqing dan mengguncangnya, "Mengapa tidak mau mengatakannya? Apakah masih ada suatu petunjuk? Katakanlah, apakah masih ada petunjuk?"     

Bo Siqing menatapnya dan menggelengkan kepala dengan agak tidak berdaya, "Benar-benar tidak sabaran."     

"Bukannya ini salahmu? Bukankah lebih baik kalau kamu langsung mengatakannya? Jelas-jelas kamu tahu aku sangat penasaran." Yun Hua tidak bisa menahan diri untuk tidak melotot.     

Bo Siqing tersenyum lalu membungkuk dan menatapnya, "Iya, iya, iya, ini salahku, oke?"      

Melihatnya seperti itu, Yun Hua pun mendengus, "Benar, pria harus berani mengakui kesalahan."     

Sambil mengatakannya, dia sendiri juga tertawa, lalu memeluk lengan Bo Siqing, "Bagaimana sebenarnya?"     

Bo Siqing berpikir sejenak sebelum berkata, "Aku tidak ingin sembarangan mengatakan hal-hal yang tidak aku yakini. Tidak baik kalau memberikan kesenangan palsu kepadamu dan Bibi."     

"Kesenangan palsu apa?"     

"Jangan terburu-buru." Bo Siqing benar-benar tidak berdaya, "Aku ingat sebelumnya kamu pernah berkata bahwa Jiang Yong pernah mengirimkan beberapa barang kepadamu dan Bibi, benar kan?"     

"Benar. Beberapa barang lama yang dulu pernah dipakai ibuku, juga beberapa foto dan sebagainya..."     

"Ada foto?" Bo Siqing bergegas menoleh ke arahnya.     

Yun Hua Mengangguk, "Ada."     

Bo Siqing ragu-ragu sejenak sebelum berkata, "Bisakah aku melihat foto-foto itu?"     

"Tentu saja bisa." Yun Hua merasa Bo Siqing agak aneh, "Sebenarnya ada apa denganmu?"     

Bo Siqing menggelengkan kepala, "Biar kulihat fotonya, lihat apakah ada petunjuk."     

"Oh, kalau untuk mencari petunjuk, mestinya tidak berguna." Yun Hua menarik Bo Siqing turun dari atap.     

Saat membuka pintu rumah, terdengar Ji Yan sedang berkata kepada Jiang Huanqing, "Kak Qing, kapan kamu pergi ke ibu kota? Aku akan membawamu jalan-jalan, apa kamu pernah pergi ke Tembok Besar China? Sebenarnya mendaki Tembok Besar China tidak begitu menarik, terlalu melelahkan, tidak ada bedanya dengan mendaki gunung. Tapi tentu saja Tembok Besar China adalah sesuatu yang kompleks, sayang kalau tidak pergi ke sana. Tentu saja harus pergi ke Forbidden City, juga Summer Palace, aku akan menjadi pemandu wisatamu, oke?"     

"Kamu tidak sibuk? Aku tidak mampu mempekerjakan kamu sebagai pemandu wisataku."     

"Kak Qing, sebagai pemandu wisata bisa dibilang aku sangat mahal bagi orang lain, tapi untukmu gratis, oke?!" Ji Yan merasa sangat teraniaya.     

Jiang Huanqing langsung tertawa, "Oke, tapi jangan sampai nanti aku benar-benar ke sana kamu malah sibuk dan tidak bisa pergi."     

"Itu pasti tidak akan terjadi! Sesibuk apa pun tetap harus makan, kan? Manusia kan bukan mesin, di tengah kesibukan bisa mencuri waktu untuk beristirahat." Ji Yan mengedipkan matanya pada Jiang Huanqing.     

Jiang Huanqing tertawa terbahak-bahak, "Oh ya, Huahua bilang nanti malam akan makan di luar? Kalian ada tamu, aku tidak usah pergi saja, lagi pula aku juga tidak akrab."      

"Ah semuanya orang sendiri, takut apa?" Ji Yan bergegas berkata, "Tidak kelebihan Anda juga. Eh, kalian berdua ke mana saja? Cepatlah, Paman Li setengah jam lagi pergi ke sana."     

"Bibi." Bo Siqing menyapa Jiang Huanqing, "Aku dan Huahua mau mencari barang, Bibi dan Ah Yan pergilah duluan."     

"Oke. Perhatikan waktunya, ya, jangan membuat tamu menunggu lama." Ujar Jiang Huanqing.     

Ji Yan cemberut, lalu mendengus dan langsung berdiri, "Ayo pergi, Kak Qing. Kita pergi duluan. Oh ya, sekalian kita pergi memilih seikat bunga."     

Jiang Huanqing mau tidak mau tertawa, "Bunga untuk apa?"     

"Melihatnya membuat suasana hati menjadi baik." Ji Yan mengangkat alisnya. Dia selalu ceria dan bersemangat, dia sendiri hidup sebagai bujangan, tapi tetap harus membeli bunga.     

Jiang Huanqing dan Ji Yan pergi duluan. Yun Hua bergegas mencari barang-barang itu.     

"Semuanya di sini." Yun Hua berkata, "Kalau melihat barang-barang ini, Mama akan gelisah. Dia tidak mengatakannya, tapi aku tahu dia terus berusaha keras memikirkannya, dia ingin menemukan kembali ingatannya. Tapi bagaimanapun juga dia tidak bisa mengingatnya, terkadang dia tidak bisa tidur..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.