Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Noda Keluarga Ji



Noda Keluarga Ji

0"Baiklah, selama kalian bahagia, apa pun yang kalian inginkan semuanya boleh. Tapi, Qingqing, Huahua, kalian harus ingat bahwa kalian adalah putri keluarga Ji. Mau diumumkan kepada publik atau tidak, kelak tidak akan ada orang yang bisa menindas kalian lagi!"     

Ji Changfeng menatap Yun Hua dan Jiang Huanqing, "Ingat, kalian punya dukungan dari keluarga Ji! Siapa pun yang berani menindas kalian, berarti dia menentang keluarga Ji!"     

Apakah menakutkan jika tidak punya ingatan?     

Menakutkan.     

Namun yang lebih menakutkan daripada tidak punya ingatan adalah bahwa ada orang-orang yang jelas-jelas punya ingatan, tapi berpura-pura tidak punya.     

Jiang Huanqing tahu bahwa dirinya sangat beruntung.     

Pengalamannya terlalu berliku-liku, juga terlalu tragis. Orang biasa sekalipun mungkin akan menganggap pengalamannya sangat memalukan.     

Bagaimanapun juga dulu dia pernah hidup di desa penculik, siapa yang tahu apa yang pernah terjadi padanya?     

Bahkan Jiang Huanqing sendiri tidak tahu, hal-hal mengerikan apa yang pernah dialaminya saat dia berada di desa penculik.     

Orang seperti dia ini, adalah noda bagi keluarga mana pun.     

Meskipun keluarga biasa, juga akan peduli dengan gosip para tetangga. Apalagi keluarga besar seperti keluarga Ji ini.     

Dia si noda ini, kalau berada di keluarga biasa pun akan dianggap sebagai bahan tertawaan setelah minum teh oleh para tetangga. Tapi kalau berada di keluarga Ji, maka akan menjadi celah bagi orang lain untuk mencela keluarga Ji!     

Masalah semacam ini dapat diketahui dengan jelas tanpa perlu banyak berpikir.     

Tetapi keluarga Ji sama sekali tidak memiliki keraguan apa pun. Bahkan Ji Changfeng meninggalkan pekerjaannya yang sibuk dan setumpuk urusannya, lalu langsung datang dan menemui dia, adik yang "memalukan" ini.     

Bagaimana mungkin Jiang Huanqing tidak terharu?     

Malam ini ditakdirkan untuk membuat semua orang terharu dan emosional.     

Yun Hua baru tertidur larut malam, begitu pula dengan Jiang Huanqing.     

Sudah lama dia tidak tidur dengan ibunya. Sambil memeluk lengan ibunya, Yun Hua dan ibunya berbaring bersama, rasanya benar-benar sangat enak.     

Keesokan paginya, Jiang Huanqing bangun dan membuat sendiri bubur dan wonton, lalu menyuruh Yun Hua dan Bo Siqing turun ke bawah untuk membeli xiaolongbao. Sekeluarga duduk bersama untuk sarapan pagi.     

"Terlalu sederhana…" Jiang Huanqing memandang Ji Changfeng dengan agak meminta maaf.     

Namun Ji Changfeng tersenyum, "Aku di rumah juga sarapan seperti ini."     

Setelah sarapan, Ji Changfeng langsung masuk ke topik utamanya.     

"Meskipun tidak mempublikasikan identitas, tapi tetap harus pulang dan tinggal di rumah." Ji Changfeng berkata, "Aku belum memberi tahu Ayah. Setelah aku pulang kali ini, aku akan membicarakannya pelan-pelan. Kondisi fisik Ayah sekarang juga kurang baik. Juga masih ada Kakek, Kakek sudah berusia lanjut. Dokter bilang akhir-akhir ini dia tidak tidur dengan baik, jadi semakin harus perlahan-lahan untuk memberi tahunya. Tapi bagaimanapun juga, tetap harus pulang dan tinggal di rumah."     

Jiang Huanqing ragu-ragu, "Tentu harus pergi menemui… menemui Ayah dan Kakek, tapi kalau tinggal…"     

"Kalau kamu mencemaskan Huahua, itu juga tidak perlu." Ji Changfeng melirik Yun Hua lalu berkata, "Aku tahu Huahua suka berenang, dia juga berpartisipasi dalam kejuaraan dan mendapatkan peringkat yang sangat bagus. Bagus sekali, dia adalah anak gadis keluarga Ji kita! Dia juga membutuhkan kondisi pelatihan yang lebih baik untuk berenang, bahkan pelatih personal dan tim asisten. Semua ini mestinya baru bisa dilakukan di kota besar. Sedangkan mengenai sekolah, sekolah juga sangat mudah. Murid yang begitu unggul seperti Huahua kita ini, sekolah mana yang tidak menginginkannya?"     

Ji Changfeng jelas juga sudah mengetahui perbuatan-perbuatan Yun Hua di sekolah, dia pun bercanda sambil tersenyum, "Huahua kita akan menyebarluaskan "Serangan Balik" ke seluruh negeri!"     

Yun Hua hanya bisa tersenyum.     

Dia ragu-ragu sejenak, lalu menatap Ji Changfeng dan berkata, "Paman, libur musim panas akan segera tiba. Tolong Anda jelaskan dulu kepada Kakek dan Kakek Buyut, baru aku dan Mama ke sana. Um, aku masih harus segera kembali untuk mengikuti ujian akhir semester. Tunggu saat libur musim panas, maka aku bisa terus berada di ibu kota untuk menemani Kakek dan Kakek Buyut. Sebenarnya, Kakek mestinya juga tidak punya banyak waktu, kan."     

Ji Changfeng mengangguk, "Jadwal kakekmu lebih sibuk lagi…"     

Fakta membuktikan bahwa Ji Changfeng juga sangat sibuk.     

Pukul sebelas siang, sekretaris Ji Changfeng, Sekretaris Luo, menerima sebuah telepon, kemudian langsung datang dan membisikkan sesuatu kepada Ji Changfeng.     

Raut wajah Ji Changfeng langsung menjadi serius.     

Jiang Huanqing cepat-cepat berkata, "Kalau Anda sibuk pergilah, urusan keluarga kita tidak mendesak, urusan besar lebih penting."     

Ji Changfeng menatap Jiang Huanqing dengan rasa bersalah, "Qingqing, maaf, urusan ini memang sangat penting…"     

"Bergegaslah mengurusnya." Jiang Huanqing agak cemas.     

Ji Changfeng bergumam sendiri selama sejenak, kemudian dia mengangkat kepalanya dan menatap Jiang Huanqing serta Ji Yan, "Begini saja, paling lama dua sampai tiga minggu lagi sudah waktunya liburan sekolah. Ji Yan, kamu awalnya juga berencana untuk kembali ke ibu kota setelah semester ini berakhir. Pas sekali, setelah semester ini berakhir, kamu bawa bibi dan adikmu kembali ke ibu kota bersama-sama. Setelah aku kembali, aku akan melapor dulu kepada Kakek."     

"Jaga baik-baik bibi dan adikmu." Ji Changfeng menatap Ji Yan.     

"Iya." Jawab Ji Yan.     

Ji Changfeng lalu memandang Bo Siqing dengan penuh arti, "Siqing, kamu juga sudah lama tidak pulang ke ibu kota."     

Bo Siqing mengangguk sambil tersenyum, "Benar. Ke depannya akan sering pulang."     

Ji Changfeng menatapnya dalam-dalam sejenak, "Baiklah, Qingqing, kalau begitu aku pulang dulu ke ibu kota. Nanti kamu datanglah bersama Ji Yan, kita bicarakan lagi lebih rinci. Oh ya Sekretaris Luo, tolong ambilkan barangnya."     

"Baik, Tuan."     

Dengan cepat Sekretaris Luo mengeluarkan dua buah kotak.     

Ji Changfeng meletakkan salah satunya di tangan Jiang Huanqing, lalu yang satu lagi di tangan Yun Hua, "Buka dan lihatlah."     

Jiang Huanqing agak terkejut, namun tetap membukanya.     

Sebuah liontin Buddha gantung dari giok putih lemak domba kualitas terbaik yang teksturnya lembut.     

"Ini milikmu, waktu kecil kamu selalu tidak memakainya dan terus disimpan." Ji Changfeng tersenyum, lalu memandang Yun Hua, "Huahua, itu sama dengan milik Ji Yan."     

Ji Yan cepat-cepat melihatnya. Milik Yun Hua juga sebuah patung Buddha, tapi dari jadeite, jenis kaca zamrud asli yang transparan dan mengkilap.      

Ji Yan berkata dengan iri, "Benar-benar pilih kasih."     

Ji Changfeng langsung memelototinya, "Apa kamu bisa bersikap seperti seorang kakak?!"     

Ji Yan sengaja menghela napas, "Setelah ada adik, aku yang kakak ini pun tidak punya kedudukan lagi."     

Yun Hua sangat tidak berdaya.     

Tapi Jiang Huanqing ragu-ragu, "Ini…"     

"Ini memang barang milikmu." Ji Changfeng tersenyum, "Aku juga punya. Ini dulu diminta secara pribadi oleh Ibu untuk kita."     

Jiang Huanqing langsung terkejut. Ibu?     

Dia terdiam sejenak, "Aku tidak ingat apa pun, juga tidak ingat Ibu…"     

"Di rumah ada fotonya. Lagi pula waktu Ibu meninggal kamu masih kecil, memang tidak ingat apa-apa." Ji Changfeng tersenyum.     

"Direktur, sudah tidak ada waktu." Sekretaris Luo berbisik mengingatkannya dari samping.     

Ji Changfeng menggenggam tangan Jiang Huanqing, "Qingqing, aku kembali dulu ke ibu kota."     

"Iya." Jiang Huanqing mengangguk.     

Ji Changfeng menatapnya, lalu tersenyum dan menghela napas, "Bagus sekali. Kamu sudah ditemukan, akhirnya aku berani bicara di depan plakat peringatan Ibu."     

…..     

Setelah mengantar Ji Changfeng, Ji Yan langsung mengambil liontin Buddha jadeite di tangan Yun Hua dan mengamatinya dengan cermat.     

"Benar ini!" Ji Yan tampak iri, "Ini adalah barang-barang kuno peninggalan Nenek. Ah Huahua, kamu mungkin tidak tahu, ya? Nenek kita dulu juga kelahiran keluarga besar. Dulu waktu menikah dengan kakek kita, juga sangat dramatis. Nenek meninggalkan banyak barang bagus, banyak yang diberikan untuk Bibi."     

"Buddha giok putih lemak domba di tangan Bibi itu, dulu Nenek membuat sepasang. Satu diberikan untuk ayahku, satu untuk Bibi."     

"Sedangkan Kwan Im jadeite milikku ini dan Buddha milikmu, adalah barang kuno yang dicari Nenek. Meskipun milikku ini kualitasnya bagus, tapi tidak bersejarah. Hanya sebuah batu jadeite yang sangat mahal saja. Sedangkan milikmu itu… sangat bersejarah!"      

"Seberapa bersejarah?" Tanya Yun Hua.     

Ji Yan mendengus, "Apa kamu tahu kapan jadeite mulai menjadi sangat populer?"     

Yun Hua berpikir sejenak, "Sepertinya karena Ibu Suri Cixi?"     

"Benar!" Ji Yan mengangguk, "Banyak batu giok di negara kita yang merupakan giok nefrite. Orang dulu juga sangat menyukai jenis batu giok yang lembut itu, yang digunakan sebagai metafora untuk bangsawan. Kalau jadeite, indah sih indah, namun tidak memiliki pesona nefrite. Dulu jadeite juga berharga, tapi tidak bisa menggantikan status batu giok. Sampai Ibu Suri Cixi, dia sangat menyukai dan mengagumi jadeite. Maka status batu jadeite pun terus melambung."     

"Di zaman modern, harga batu jadeite mulai melambung pada tahun 1970-an dan 1980-an. Sampai pada era 90-an, harganya semakin meroket."     

"Jadeite dengan kualitas murni yang bagus sudah sangat berharga, apalagi yang bersejarah!"     

Ji Yan berkata dengan iri, "Buddha milikmu ini katanya adalah salah satu koleksi Ibu Suri Cixi semasa hidupnya! Ini pernah dipegang oleh Cixi sendiri dengan tangannya."     

Yun Hua, "…"     

"Dalam sepuluh tahun itu, peninggalan budaya yang diserahkan oleh Nenek hampir cukup untuk sebuah museum kecil. Milikmu ini, sengaja disimpan oleh Nenek!"     

Ji Yan mendesah, "Pepatah mengatakan pria memakai Kwan Im dan wanita memakai Buddha, sebenarnya itu tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya memakai Kwan Im atau Buddha tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin, tapi ada hubungannya dengan orang. Aku sudah mendambakan patung Buddha ini lama sekali… tapi pamanmu tidak memberikannya! Huh."     

Yun Hua tertawa.     

Dia tahu Ji Yan pasti tidak akan benar-benar mendambakan Buddha ini. Memangnya kenapa kalau liontin Buddha ini adalah koleksi Cixi? Memangnya kenapa kalau harganya puluhan juta? Apa Ji Yan peduli?     

Tentu saja tidak!     

Ji Yan hanya ingin memakai cara ini untuk mengatakan kepadanya bahwa keluarga Ji sangat mementingkan dia dan ibunya, tentu saja!     

Yun Hua tertawa, "Kak, kalau kamu menginginkannya, boleh untuk kamu saja."     

Ji Yan berdehem ringan, matanya berkaca-kaca, lalu dia memalingkan wajahnya, "Huh, apakah kakakmu ini adalah orang semacam itu? Berebut barang dengan adiknya? Tahu malu tidak?!"     

"Hm, tahu malu." Yun Hua tertawa dengan sangat kooperatif.     

Jiang Huanqing juga menghela napas dan berkata kepada Ji Yan, "Ah Yan, bantu Bibi memakainya."     

Sikap ini sangat jelas.     

Ji Yan dengan cepat mengambil Buddha giok putih itu dan memakaikannya untuk Jiang Huanqing.     

Yun Hua melihat benda koleksi Cixi miliknya dan merasa agak tidak berdaya, "Punyaku ini… sebaiknya jangan dipakai. Kalau sampai tidak sengaja hilang atau rusak… terlalu menyedihkan."     

"Tapi tetap lebih baik memakainya dan rusak daripada disimpan di lemari tanpa dilihat orang." Ji Yan langsung berkata.     

Yun Hua mengedipkan matanya, memandang Bo Siqing.     

Bo Siqing tersenyum, mengulurkan tangan dan mengambil Buddha zamrud itu lalu membantu Yun Hua memakainya!     

…..     

Hari kedua setelah Ji Changfeng kembali ke ibu kota, Bo Siqing juga akan pergi.     

"Kalau tidak pergi juga maka akan semakin tertunda." Bo Siqing menghela napas lalu meraih wajah Yun Hua, "Aku harus hadir secara langsung pada putaran pertama wawancara seleksi untuk perusahaan. Kebetulan itu di Provinsi Jiang sini. Seleksi dilakukan di seluruh negeri, kira-kira membutuhkan waktu satu bulan. Setelah seleksi selesai, aku harus kembali ke pangkalan pelatihan khusus perusahaan untuk menyelenggarakan pelatihan percobaan. Tapi selama interval ini aku bisa kembali ke ibu kota satu dua hari. Kita bertemu di ibu kota."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.