Kembali Hidup Untuk Balas Dendam

Rasa Sakit yang Tak Bisa Disentuh



Rasa Sakit yang Tak Bisa Disentuh

0Zuo Ning terkejut, seluruh tubuhnya tampak jelas menjadi kaku.      

Dia memandang Yun Hua dengan alis berkerut, setelah waktu yang lama barulah dia berbisik, "Sungguh?"     

"Sungguh." Yun Hua mengangguk, "Ada 349 orang tua dan muda di desa itu. Semuanya ditangkap. Segalanya di desa itu dikorek sampai bersih, semuanya."     

"… Oh." Suara Zuo Ning sangat lirih.     

Yun Hua ragu-ragu sejenak sebelum berkata dengan suara rendah, "Tidak ada informasi yang berhubungan denganmu di buku akun, aku sudah menanyakannya. Keluarga yang menculikmu waktu itu, kepala keluarga laki-lakinya sudah dibunuh Xia Qinyan, kemudian keluarga dia meninggal. Tidak meninggalkan informasi relevan apa pun."      

"Kasus ini terlalu besar dan masih dalam tahap persidangan, situasinya tidak diumumkan ke publik." Yun Hua berkata dengan suara rendah, "Aku tidak langsung memberitahu staf yang menangani kasus ini tentang kamu dan Nona Xia. Aku tidak yakin apakah kamu masih ingin menyentuh kenangan itu. Kalau kamu mau mencoba mencari keluargamu, aku akan memberimu sebuah nomor, itu adalah nomor telepon petugas yang menangani kasus ini. Kamu bisa langsung menghubunginya dan mendaftarkan informasimu."     

"Tidak perlu." Zuo Ning langsung berkata.     

Yun Hua sudah memperkirakan akan begini.     

"Masa lalu, telah berlalu." Zuo Ning berbisik.     

"Tapi Zuo Ning, apa kamu tidak ingin menemukan keluargamu?" Gao Yang bertanya tanpa bisa menahan dirinya.     

Zuo Ning menggeleng, "Tidak."     

"Mengapa?" Gao Yang mencecar dengan wajah bingung.     

Zuo Ning tidak mengatakan apa-apa.     

Le Tian bergegas memberi isyarat kepada Gao Yang, mencegahnya yang terus menanyai Zuo Ning.     

Pada saat ini, ponsel Yun Hua berbunyi.     

Dia melihatnya sekilas, lalu mengambilnya dan pergi ke luar untuk menjawab telepon.      

"Muqing, aku sudah tiba di Kota Jiang." Yun Hua langsung berkata, "Hm, tinggal denganku? Apakah Tuan Gu-mu tidak datang? Apa dia tidak khawatir kamu datang sendirian? Baiklah, tidak masalah. Pesawat jam 9 besok malam tiba di Kota Jiang, benar kan? Oke, nanti aku akan menjemputmu. Hm, ya sudah begitu saja, bye-bye."     

Yun Hua menutup telepon. Begitu berbalik, dia langsung melihat Zuo Ning yang berdiri tidak jauh di belakangnya.     

"… Eh." Yun Hua agak tidak bisa berkata-kata.     

Dia sengaja keluar karena melihat bahwa itu adalah telepon dari Kong Muqing. Tapi siapa sangka, Zuo Ning ternyata juga keluar!     

Yun Hua tidak tahu harus mengatakan apa.     

Tetapi Zuo Ning langsung berkata, "Hukum tidak menyalahkan masyarakat. Orang-orang itu tidak bisa dihukum mati, benar bukan?"     

Yun Hua ragu-ragu sesaat, lalu menganggukkan kepala, "Ya. Beberapa yang terbukti kuat telah membunuh, seharusnya bisa dihukum. Yang lainnya, sulit."     

Zuo Ning terdiam.     

Setelah beberapa saat barulah dia berkata dengan suara rendah, "Aku memang tidak ingat orang tua kandungku, tapi aku ingat orang yang menculik kami pernah berkata bahwa dia membeliku dari orang tuaku."     

Yun Hua tiba-tiba mengangkat kepala.     

Zuo Ning memandangnya, "Saat itu mereka menjualku seperti barang dagangan, apa aku masih perlu mencari mereka?"     

…..     

Setelah Kong Muqing menutup telepon, dia kembali ke kamar. Dilihatnya Gu Xun yang duduk di kepala tempat tidur. Matanya langsung melebar, "Kamu… Bukannya kamu sudah tidur?"     

Gu Xun menatapnya, sedikit mengernyit, kemudian berjalan menghampirinya dan mengambil ponsel Kong Muqing lalu membuangnya jauh-jauh, "Ponsel ada radiasinya."     

"Oh." Kong Muqing mengulurkan tangan dan merangkul leher Gu Xun, "Paman Gu, besok cukup menyuruh sopir mengantarku ke bandara saja, kamu bekerjalah dengan baik, hasilkan uang."     

Gu Xun menatapnya dengan sorot mata dalam, "Sudah 13 minggu."     

"Iya. Dokter berkata kalau bayinya sekarang kira-kira sebesar udang, ajaib sekali, ya." Kong Muqing tersenyum perlahan.     

Gu Xun menunduk dan langsung mencium bibirnya, "Hm, memang sudah waktunya untuk menyapanya."     

"Apa? Hei, Gu Xun, kamu mau apa?!"     

"Kamu."     

"Hei!"     

"Dokter bilang, setelah tiga bulan ayah sudah bisa menyapa bayinya. Mengembangkan hubungan ayah-anak sejak dini…" Suara Gu Xun rendah dan serak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.