BOSSY BOSS

Chapter 240 - Berita Baru Reina dan Si Pengasuh



Chapter 240 - Berita Baru Reina dan Si Pengasuh

0"Raka ... " suara Reina terdengar ketika Raka sedang konsentrasi dengan pekerjaannya di laptop.     

Ia menoleh sebentar dan melihat Reina menghampirinya. Lalu setelah itu Raka kembali lagi pada laptopnya. "Ada apa, Rei?" tanya Raka.     

Reina hanya diam. Ia menghela nafasnya dan memilih duduk di tepi kasur. Ada kabar baik yang ingin ia utarakan pada Raka. Tapi melihat kesibukan Raka, ia mengurungkan pemberitaan kabar baik itu.     

"Nggak. Aku lapar," ujar Reina. "Aku ingin nasi goreng kambing," tambahnya.     

Raka langsung menghentikan aktivitasnya dan beralih pada Reina. Ia sempat merasa aneh karena jarang sekali Reina meminta sesuatu di malam hari.     

"Sekarang?" tanya Raka.     

"Kalau kamu nggak bisa, ya sudah nggak usah. Aku tidur aja," ujar Reina.     

Mendadak Raka menutup laptopnya, membuat Reina menatapnya dan senyum merekah di wajahnya. "Ayo, aku nggak mau istriku kelaparan," timpal Raka.     

Setelah mereka bersiap, Reina memastikan Lily benar-benar tidur. Sebab bisa saja anak itu hanya bermain-main mengingat Lily tipikal anak kecil yang suka bercanda. Namun Reina bernafas lega karena Lily akhirnya benar-benar tidur dengan nyenyak.     

Setelah sampai si tempat pangkalan nasi goreng, Daisy langsung memesan dua nasi goreng kambing dengan dua minuman teh hangat juga.     

Raka menatap Reina yang sedang merasa senang. Ia tidak tahu apa yang membuat istrinya sesenang ini, tapi Raka menyukainya.     

"Ada apa, Rei?" tanya Raka. "Kamu kelihatan senang."     

Reina tersenyum. "Nanti saja. Kita makan dulu dan setelah itu aku akan kasih tahu kamu sesuatu."     

Wajahnya berkerut dan Raka tidak sabar. Ia langsung memakan nasi gorengnya setelah pesanan itu datang. Walau tidak terlalu lapar, namun demi Reina dan rasa nasi goreng kambing yang benar-benar menggugah selera, Raka akan menghabisinya.     

Reina terkekeh melihat suaminya makan dengan lahap. "Pelan-pelan aja, Raka. Lagipula aku akan memberitahumu setelah aku selesai makan, bukan kamu," sambar Reina tertawa.     

Mendengar itu Raka akhirnya menormalkan cara makannya. Padahal sedikit lagi ia akan habis.     

"Lama juga kita nggak seperti ini ya, Sayang?" tanya Reina.     

Raka mengangguk. Ia sadar waktu kebersaman dengan Reina sejak menikah sangat jarang. Di samping ia sendiri sibuk, Reina juga sudah lelah mengurus anak.     

"Apa kamu mau kita menyewa pengasuh untuk Lily?" tanya Raka.     

"Aku belum bisa memutuskannya, Raka. Sebenarnya dari dulu aku menginginkan itu, tapi aku takut kalau Lily jadi lebih dekat dengan pengasuh dari pada aku," jelas Reina.     

"Kalau mau menyewa, kita bisa membatasi si pengasuh itu, Rei. Nggak semua hal harus mereka lakukan. Misalnya kamu suruh jaga, ya jaga saja. Apalagi ketika ada acara, atau mungkin kamu keluar. Mudah, kan?"     

"Kedengarannya mudah, tapi aku belum bisa. Jadi, lain kali saja kalau aku memutuskan. Ok?"     

Raka mengangguk. Ia tak ingin memaksa Reina jika tak mau. Tidak menyewa pengasuh juga ada baiknya untuk mereka. Setidaknya walah waktu kebersamaan mereka berkurang, tapi melihat dan mengurus perkembangan Lily adalah hal yang menyenangkan.     

"Ah, kenyangnya!" seru Reina. Melihat pergerakan Reina membuat Raka terngiang-ngiang bagaimana mereka dulu.     

"Jadi, apa, Rei?" tanya Raka tak bisa menahan rasa ingin tahunya.     

"Sebentar. Kamu bayar dulu sana."     

Raka langsung berdiri dan membayar pesanan mereka. Ia kemudian menggandeng Reina untuk menuju mobil. Tapi Reina menahannya secara mendadak.     

"Ada apa, Rei?" tanya Raka.     

"Aku hamil, Raka. Itu yang mau kubicarakan. Aku ... hamil ... " ungkap Reina dengan perlahan.     

Raka melongo. Ia kemudian berkedip dan menatap sekelilingnya. "Kamu bilang apa, Sayang?" tanya Raka sekali lagi. Ia meraih kedua rahang Reina.     

"Aku hamil, Sayang," ulang Reina dan seketika itu juga Raka mengecup bibirnya di hadapan semua orang.     

"Istri gue hamil!!!" teriak Raka senang dan kembali mengecup Reina.     

***     

Kabar mengenai kehamilan Reina diketahui Daisy dan Jeremy. Tentu saja mereka tahu, Reina dekat dengan Daisy dan begitu pun para suami. Keluarga mereka akan bertambah ramai dan sudah pasti bahagia.     

"Sepertinya ajaranmu untuk Reina ia pakai dengan benar," ujar Jeremy di malam mereka akan tidur.     

Daisy terkekeh. Jika benar ajarannya dipakai Reina dengan benar, maka Daisy cukup senang untuk itu. "Tapi Jer, bisa jadi Raka yang hebat. Mungkin keduanya juga lagi subur atau memang sudah waktunya bagi mereka punya anak lagi, kan?"     

Jeremy hanya mengangguk dan ia segera menarik selimutnya. "Kita tidur saja, ya. Besok Ayu juga datang, kan?"     

Daisy mengangguk dan mereka pun tidur dalam pelukan satu sama lain.     

***     

Bel rumah berdenting di pagi hari. Daisy yang sedang sibuk memasak pun terpaksa membuka pintu rumahnya karena Jeremy masih mandi.     

Penampakan wanita yang tingginya hampir sama dengannya berdiri di depan pintu rumahnya. Rambutnya ia jepit di tengah dan mengenakan pakaian ala pengasuh.     

"Ayu, ya?" tanya Daisy memastikan ketika ia melihat pakaian Ayu.     

"Benar, Bu. Saya Ayu. Ibu pasti Bu Daisy, ya?"     

Daisy mengangguk dan mereka saling bersalaman. Lalu ia menyuruh Ayu masuk dengan membawa satu ransel dan satu koper.     

"Duduk dulu ya, Yu. Saya masih masak. Sebentar, saya ambilkan minum juga," ujar Daisy.     

"Iya, Bu. Apa mau dibantu?" tanya Ayu.     

"Nggak perlu, Ayu. Kamu duduk dulu ya sampai suami saya selesai mandi."     

Daisy langsung menuju dapur. Melanjutkan masakannya dan menuangkan minuman di gelas untuk Ayu. Lalu ia tinggal sebentar dapurnya dan memberikan minuman itu pada Ayu.     

"Minum dulu, ya. Nah, itu suami saya. Jer, Ayu udah datang," timpal Daisy setelah melihat Jeremy.     

Jeremy mendekat dan Daisy izin sebentar menyelesaikan masakannya dulu. Jeremy pun membantunya agae Daisy cepat selesai. Lalu tak lama hidangan tersedia di meja makan.     

"Ayu, bergabunglah di sini," ajak Daisy.     

Ayu berdiri dan berjalan mendekat ke arah meja makan. Ia disuruh duduk dekat Jason agar bisa beradaptasi sekalian.     

"Sarapan dulu ya, sambil mengobrol. Nggak apa-apa, kan?" tanya Daisy.     

"Iya nggak apa-apa kok, Bu."     

"Ambil aja makanannya. Anggap seperti rumah sendiri, ya."     

Mereka pun makan seperti biasa. Ayu juga tak segan langsung berinisiatif untuk berinteraksi dengan Jason. Diam-diam Daisy memperhatikannya.     

Setelah sarapan, Daisy mengantarkan Ayu ke kamarnya. Daisy dan Jeremy sepakat tidak akan mau menempatkan seseorang di kamar belakang. Ia akan menempatkan Ayu di dekat kamar Jason dan Jordan. Yang setidaknya agak jauh dari kamar Daisy dan Jeremy, mengingat mereja sering bercinta dan tidak ingin Ayu mendengarnya.     

"Ini kamarmu. Pokoknya anggap seperti rumah sendiri, ya. Tapi tetap pada peraturan ya, harus sopan," kata Daisy memberitahu.     

Ayu melihat bakal calon kamarnya. Besar dan sangat sulit ia deskripsikan dengan kata-kata. "Bu, ini kebesaran sepertinya? Saya nggak pernah mendapat kabar sebesar ini. Dan ya, Bu, saya akan tetap patuh pada peraturan."     

Daisy tersenyum. "Taruh saja, tasmu dulu. Kita keliling, yuk? Saya tunggu di ruang tamu, ya."     

Daisy meninggalkan Ayu di kamarnya dan ia mendekat ke arah Jeremy. "Kamu nggak kerja, Sayang?" tanya Daisy.     

"Kamu yakin bisa beradaptasi dengannya?" tanya Jeremy.     

"Iya bisa, kok. Biar aku yang mengurusnya. Kamu kerjalah, Jer."     

Jeremy tersenyum dan mendekat untuk mengecup kening Daisy. Lalu ia meninggalkan Daisy dan Daisy langsung menutup pintu rumahnya.     

***     

Beberapa hari setelah Ayu menetap bersama Daisy dan Jeremy, Daisy bisa melihat Ayu sudah bisa dekat dengan Jason. Begitupun Jason. Tapi Daisy tidak ingin kedekatan itu membuatnya jadi jauh dari Jason. Jadi pasti Daisy selalu mencari waktu untuk bersama Jason, apalagi Daisy masih menyusui Jordan.     

Daisy duduk di sofa di mana Ayu sedang menemani Jason bermain. Daisy pun mendekatinya untuk sekarang berbicara.     

"Ayu, betah di sini?" tanya Daisy.     

"Syukurlah, saya betah, Bu. Ibu dan Bapak memperlakukan saya seperti keluarga."     

Daisy tersenyum senang. "Ikut senang kalau gitu. Oh ya, katanya kamu libur hari Kamis, kan? Kamu mau kemana?"     

"Bertemu pacar saya mungkin, Bu."     

"Apa nggak apa-apa kamu pacaran dalam keadaan mengasuh begini?" tanya Daisy ingin tahu.     

Ayu tersenyum dan mengangguk. "Sudah biasa kok, Bu. Bahkan kami kerap LDR karena pekerjaan saya ini."     

Ayu tidak menyebutkan bagian pendidikannya di luar negeri. Artinya ia tidak ingin seseorang mengetahuinya lebih jauh, pikir Daisy.     

Namun Daisy menghormati privasi Ayu, maka dari itu ia tidak akan menanyakan bagian itu.     

"Oh ya, apa ada kesusahan selama mengasuh Jason?" tanya Daisy.     

"Untunglah nggak, Bu. Atau mungkin belum? Sepertinya Jason bukan anak yang sulit seperti pada umumnya."     

Daisy senang mendengar penilaian orang lain terhadap Jason. Semua juga berkat ajaran Reina dan Raka hingga bisa menjadikan Jason anak yang baik.     

"Terima kasih, ya. Kedepannya saya harap kamu semakin betah, Ayu."     

"Amin. Oh ya, Bu. Kalau pacar saya, saya bawa ke sini apa nggak apa-apa?"     

"Nggak apa-apa selama sopan, ya."     

"Saya jamin Edi laki-laki yang sopan, Bu."     

"Oh, namanya Edi?" tanya Daisy.     

Ayu mengangguk. Caranya membicarakan Edi benar-benar terlihat sangat antusias dan penuh cinta. Daisy tahu bagaimana perasaan itu pernah ia rasakan. Bersama beberapa laki-laki lainnya hingga terakhir bersama Jeremy.     

"Hmm, Ibu pasti nggak terkejut lagi ya kalau membicarakan soal cinta?" tanya Ayu.     

"Eh?" Daisy mendadak terkejut karena Ayu bertanya begitu.     

"Iya, dilihat dari Ibu melihat saya penuh dengan cinta membicarakan pacar saya, Ibu hanya tersenyum. Pasti Ibu mengenang masa-masa bersama Bapak, kan?"     

Daisy terkekeh. Apa yang Ayu katakan ada yang benar, tapi juga ada salahnya karena Daisy selalu berganti-ganti pasangan.     

"Iya, benar. Saya memang udah nggak kaget lagi. Tapi saya senang melihat seseorang jatuh cinta. Bisa melihat berbagai macam ekspresi. Seperti kamu, sepertinya kamu tipikal wanita yang penuh keromantisan," jelas Daisy.     

Daisy memilih mengiyakan ucapan Ayu ketimbang ia harus bercerita dari awal. Lagi pula ia dan Ayu masih baru mengenal satu sama lain, jadi wajar juga kalau ia dan Ayu saling menyimpan rahasia masing-masing.     

"Kami sudah delapan tahun bersama, Bu. Tapi biar pun kami saling mencintai dengan sangat, untuk bersatu menuju jenjang yang lebih serius sangat susah, Bu," ujar Ayu bercerita.     

"Hmm? Ada apa, Ayu? Apa masalahnya?"     

"Kami berbeda keyakinan," jawab Ayu tanpa ragu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.