BOSSY BOSS

Chapter 233 - Midnight In Love



Chapter 233 - Midnight In Love

0Daisy tidak akan memberitahu siapa yang mengiriminya hadiah kelahiran. Ia sudah bekerja sama pada Ama bahwa Ama-lah yang mengirimkan untuk memberi kejutan. Sebab jika Daisy tidak membuat alasan sekarang, Jerem selalu tahu ada barang atau benda yang bertambah tanpa ia ketahui.     

Daisy juga sudah tidak ingin memikirkan Zen begitu dalam. Ia sudah berdamai dengan dirinya sendiri. Menerima segalanya dan berfokus pada yang ada di depannya. Suaminya dan anaknya adalah segalanya.     

"Aku pikir dia tahu aku melahirkan anak laki-laki dari kamu, Ma," ujar Daisy.     

Ama menggeleng. "Dai, kamu kayak nggak kenal Zen aja, ya? Aku aja masih ingat, loh. Dia punya anak buah yang bekerja untuknya dan mencari tahu tentang kamu. Kamu sendiri yang bilang, loh."     

Daisy meringis. Hampir saja Daisy lupa akan hal itu karena ia terlalu fokus dengan anak dan suaminya.     

"Yah, sebenarnya aku nggak mempermasalahkan juga, sih"     

"Kamu nggak merasa sesuatu gitu? Seperti biasanya?" tanya Ama.     

"Nggak, Ma. Udah cukup kan, aku seperti itu terus. Sekarang lebih baik begini."     

Ama merasa setuju dengan keputusan yang sudah Daisy ambil. Di samping ia sebagai sahabat tidak suka dengan Daisy yang mudah dilema oleh orang seperti Zen. Padahal Daisy sudah memikiki suami.     

***     

"Ada apa denganmu, Zen? Nggak biasanya kamu ingin bercinta sesering ini," tanya Aulin memeluknya. Mereka baru saja selesai bercinta dan keringat keduany masih terlihat jelas dan bersentuhan.     

Zen menghela nafasnya. "Nggak ada apa-apa. Aku kan sudah bilang, melihatmu diam dan nggak melakukan apa pun membuatku semakin bernafsu." Zen mengecup keningnya dan Aulin tersenyum malu.     

Pipinya memerah setelah Zen mengatakan itu. "Ah, aku mau terlihat seksi terus dimatamu," ujar Aulin sengaja.     

Zen tertawa kecil. Belum pernah ia sesenang ini. Bahkan tertawaa terlalu sering seperti ini saja jarang. Semua karena kedatangan Aulin ke dalam hidupnya.     

"Jadi, kamu mengakui mencintaiku, kan?" tanya Zen ingin memastikan.     

Ia selalu bertanya hal yang sama pada Aulin namun Aulin selalu menjawab dengan cara lain yang kadang Zen tidak pahami. "Mungkin," jawab Aulin.     

Zen menatapnya. Tatapannya begitu dekat dan sensual. Matanya menginginkan Aulin kembali untuk berada di atas dan bawahnya.     

Aulin merasakan itu. Ia merasakan kejantanan Zen kembali menegang dan ia yakin, sebentar lagi Zen akan menyerangnya lagi dengan kenikmatannya.     

"Apa? Ada apa?" tanya Aulin memancing.     

"Cantik dan seksi. Apa kamu mau di atas?" tanya Zen.     

Tanpa menjawab pun Aulin naik kembali ke atasnya. Menatap Zen lekat-lekat dan menciuminya. Mungkin ya, ia mencintai Zen segila ini. Hal-hal yang Zen berikan padanya sejauh ini walau dengan waktu yang singkat. Kembali ke mata Zen, Aulin menggigit bibirnya sendiri. Menunjukkan pada Zen betapa seksi dirinya di depan Zen.     

Aulin melakukan apa pun yang ia inginkan sementara Zen hanya diam. Ia membiarkan Aulin membuat keputusan sendiri. "Hmm ... " gumam Zen.     

Betapa hebatnya dia! pikir Zen saat ia merasakan dan melihat kehebatan Aulin berada di miliknya. Tangan dan mulutnya benar-benar lihai.     

Sesekali Zen menarik rambutnya dan menjambak kecil. Menampakkan payudara Aulin yang menggantung indah ketika membungkuk.     

"Kenapa kamu sepintar ini?" tanya Zen yang sudah mulai tidak tahan.     

"Aku akan membuatmu keluar," kata Aulin.     

Tapi Zen tidak akan membiarkan miliknya keluar begitu saja. Ketika ia sudah berada di puncak, ia menarik Aulin untuk di atasnya, memasukkan miliknya ke milik Aulin.     

***     

Tidak hanya dua pasangan tadi saja yang bisa bercinta. Daisy dan Jeremy pun melakukan hal yang sama. Ketika dua orang saling jatuh cinta, di tengah malam hari mereka mulai melakukannya. Seolah sudah lama tidak melakukannya, ketika hasrat itu mendapatkan apa yang ia mau, maka terjadilah sesuatu yang indah dan liar.     

Kedua anak manusia itu terengah-engah. Daisy yang berada di atas Jeremy, mengguncangkan tubuhnya dengan hebat. Tidak peduli sudah berapa kali ia mendapatkan pelepasannya, ia tetap bergoyang hingga orgasme berkali-kali     

Bagi mereka, ini adalah kesempatan emas ketika dua anak mereka sedang tidur nyenyak. Hanya di malam hari mereka bebas melakukannya dengan jangka waktu yang panjang.     

Lenguhan dan desahan Daisy membuat Jeremy tidak tahan mendengarnya. Hingga akhirnya dengan semena-mena, Jeremy menarik tubuh Daisy dan menjadikannya di bawahnya.     

"Diam dan nikmati," perintah Jeremy mendominasi.     

Jeremy langsung mengikat kedua tangan Daisy di kepala ranjang. Kemudian ia membuka kaki Daisy lebar-lebar dan menjelajahi milik istrinya itu.     

Kerinduannya akan seks membuncah. Ia memainkan milik Daisy dengan tangan dan mulutnya yang profesional itu sampai Daisy berorgasme dan menahan lengkingan teriakan kenikmatan itu.     

"Mau lagi?" Tanya Jeremy menggoda.     

Tentu saja Daisy mengangguk karena jika Jeremy berhenti, ia merengek untuk memintanya lebih.     

Jeremy begitu liar dengan apa yang ia lakukan pada Daisy. Ia merasa puas dan semakin ingin lebih. Membuat Daisy terus memohonnya adalah hal yang ia nikmati.     

"Nikmati ini, Sayang," desis Jeremy yang semakin brutal.     

"Hmm … " gumam Daisy. Ia sangat tersiksa karena tidak bisa menjambak atau menarik rambut Jeremy. Suaminya yang nakal itu benar-benar membuatnya mabuk akan kenikmatan.     

Dan ketika Jeremy berhenti, Daisy merengek. "Jangan … jangan berhenti."     

"Diam, Daisy. Kali ini aku akan membuatmu benar-benar lelah. Kamu terlalu menggoda dan terlalu sayang jika aku tidak membuatmu lelah. Nikmatilah … "     

Jeremy tersenyum penuh kemenangan. Ia akhirnya mulai melesakkan miliknya ke liang milik Daisy. Bergerak perlahan untuk beradaptasi dan mulai bergerak sedikit cepat.     

Gerakan Jeremy membuat tubuh Daisy berguncang hingga payudaranya ikut bergoyang. Dengan nafsu, Jeremy meraih puting Daisy menghisapnya.     

"Kamu sangat cantik, Sayang. Sangat seksi dan menggairahkan," erang Jeremy.     

Wajah oriental Jeremy memerah. Keringat keduanya membasahi kasur dan saling melekat. Semakin Daisy mendesah, semakin pula Jeremy bergerak cepat hingga ia dan Daisy mendapatkan orgasmenya.     

Usai bercinta, Daisy langsung terlelap. Jeremy menciumnya dan menyelimutinya. Ia lalu beranjak dari kasur dengan telanjang dada dan hanya mengenakan celana panjang, lalu menuju kamar anaknya.     

Jeremy tersenyum senang karena kedua anaknya tidur dengan nyenyak seolah tahu kebutuhan Papa dan Mamanya. Jordan memang jarang sekali bangun di tengah malam hari karena Daisy punya cara sendiri untuk mengatur jam tidur Jordan agar malamnya tidak harus bangun.     

Malam ini Jeremy benar-benar merasakan energinya seakan berkumpul lagi. Sudah cukup lama ia tidak bercinta dengan Daisy pasca melahirkan dan Jeremy mengerti. Hingga malam ini tiba, ia benar-benar sudah terlalu liar pada Daisy. Beruntungnya, Daisy menikmati itu tanpa mengeluh.     

Jeremy lalu menuju dapur dan mengambil air mineral. Ia duduk sebentar di dapur dan emeriksa ponselnya sambil membiarkan Daisy tertidur dengan nyenyak. Sebab Jeremy tahu Daisy sudah lelah mengurus anak seharian dan malamnya melayani suaminya.     

***     

"Mama, hari ini Jason mau ke rumah Nenek. Mama mau nggak?" Tanya Jason ketika Daisy sibuk membuat sarapan di dapur.     

"Tanya Papa, ya. Mama mau-mau aja, kok."     

Jason lalu berlari ke Jeremy dan bertanya hal yang sama. Ia tersenyum dan memangku Jason dengan kasih sayang.     

"Iya. Tapi sarapan bersama dulu, ya? Sebelumnya, Jason siapin tas dan barang Jason sendiri, ya? Bantu Mama. Jadi Jason siapkan sendiri dulu, ya?" Ujar Jeremy memberi pengertian.     

Jason mengangguk dengan senyum manisnya dan ia berlari kecil ke kamarnya. Daisy tersenyum geli melihat tingkah anaknya itu.     

Sementara itu, Jeremy menuju dapur. Ia mengendap-endap dan memeluk Daisy dari belakang. Mencium lehernya hingga membuat Daisy terangsang.     

"Jer … ada anak," ujar Daisy malu.     

"Hmm. Biar begini sebentar. Nanti malam lagi, ya?" Pinta Jeremy.     

Daisy bergumam malu. Jeremy yang semakin gemas pun semakin menciuminya dan membuat gigitan kecil. Keduanya lalu tertawa dan setelah itu Jeremy membantu Daisy untuk urusan meja makan.     

Satu jam kemudian mereka pun pergi ke rumah Raka. Banyak hal dalam perjalanan yang Jason bicarakan selayaknya anak kecil. Ia juga tidak rewel dan malah tenang mengurus adiknya, Jordan.     

"Aku nanti langsung kerja, ya?" Ujar Jeremy.     

"Iya, nanti pulang jemput, kan?"     

"Udah pasti dong, Sayang."     

"Papa nanti bawa jajanan buat Jason sama adik, ya?" Timpal Jason tak mau kalah.     

Jeremy dan Daisy saling pandang lalu tertawa. "Iya, nanti Papa bawakan, ya."     

Kedatangan Jeremy dan Daisy disambut hangat Raka dan Reina juga orang tua mereka. Jason sudah lupa akan yang lain dan beralih bermain bersama Lily.     

Reina merasa gemas pada Jordan menggendongnya langsung. Sementara itu Jeremy berpamitan langsung karena harus kerja. Tentu saja ia pergi setelah mencium istrinya untuk keselamatannya juga.     

"Si Jason minta ke sini, ya udah, sekalian aja deh, main," ujar Daisy duduk di sofa.     

"Jordan imut banget, sih? Gemas!" Kata Reina mengundang tawa Raka.     

Daisy dan Reina menatapnya bersamaan. "Kita bisa buat kok, Rei," ujar Raka menggodanya.     

Reina memerah malu dan kini gantian Daisy yang tertawa. Ia lalu memberi kode pada Raka untuk pergi agar Daisy bisa bicara berdua dengannya secara wanita.     

"Serius kamu nggak mau nambah anak lagi?" Tanya Daisy memulai.     

"Kamu nih, dukung Raka, ya?" Timpal Reina.     

Daisy mengedikkan bahunya. "Kalau ada positifnya, kenapa nggak?"     

"Duh, Dai. Ngurus satu aja susah, bagaimana mau nambah?"     

Daisy mengangguk dan bergumam. Ia lalu berkata, "atau, kalian jarang melakukannya, ya?"     

Melihat Reina yang diam tak meresponsnya, Daisy semakin yakin bahwa tebakannya benar. Ia menghela nafasnya dan mengusap bahu Reina.     

"Aku punya tips, Rei. Kalau kalian nggak melakukannya, kerumitan akan terjadi. Percayalah," ujar Daisy.     

"Aku kadang sudah terlalu lelah, Dai. Jadi walau Raka meminta, aku langsung tidur."     

Daisy menepuk dahinya. Ia akan memberikan tipsnya pada Reina agar kemudian bisa digunakan sewaktu-waktu. Sebab baginya, komunikasi seks adalah hal yang wajib untuk suatu hubungan rumah tangga.     

"Di tengah malam lakukanlah saat Lily tidur. Goda dia pakai lingerie dan mulailah berada di atasnya. Jangan menunggu dia yang memulai. Karena kamu yang sering menolak, maka kamu yang harus memulainya. Lakukan di tiap tengah malam," bisik Daisy sambil menunjukkan kedua ibu jarinya dan tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.