BOSSY BOSS

Chapter 213 - The Children



Chapter 213 - The Children

0"Jangan sampai Daisy tahu," ucap Jeremy ketika ia mendapatkan informasi itu dari Raka.     

"Gue janji. Gue cuma mau lo tahu ini. Buat jaga-jaga aja."     

Jeremy mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Raka. Mereka lalu bergabung pada yanng lain untuk menikmati suasana kekeluargaan yang sedang bahagia.     

"Jason tidur sini ya, Mama?" tanya Jason pada Daisy.     

"Wah, beneran? Mama senang kalau Jason tidur sini!"     

Jason mengangguk dengan semangat. "Tapi Lily juga tidur sini. Iya kan, Lily?"     

Raka dan Reina saling pandang. Mereka tidak tahu kalau dua anak kecil itu berencana menginap di rumah Daisy. Bahkan Lily ikut serta.     

"Lily emangny bisa tidur tanpa Mama dan Papa?" tanya Reina.     

"Bisa dong, Ma. Nenek bilang Lily nggak boleh manja. Harus mandiri. Jason mandiri, jadi Lily juga mau mandiri," jawab Lily dengan jelas.     

"Sini dulu, peluk Mama," tutur Reina membuka kedua tangannya untuk dipeluk Lily.     

"Iya udah, nggak apa-apa kalau Lily ikut tidur sini, Rei. Hitung-hitung kalian bisa santai juga, kan?" kata Daisy dengan godaannya.     

Daisy senang karena akhirnya Jason tidur di rumahnya walau pun bersama Lily. Ia ingin sekali setidaknya merawat mereka sehari penuh dan merasakan bagaimana menjadi Reina.     

"Terus Lily mau dijemput kapan?" tanya Raka.     

"Besok sore, Pa. Iya kan, Jason? Jason habis ini tidur di rumahku lagi, kan?" jawab Lily seraya bertanya pada Jason lagi.     

Jason hanya mengangguk dengan senyuman.     

"Loh, memangnya Jason nggak tidur sini lagi?" tanya Jeremy.     

"Pokoknya Jason ikut ke mana Lily pergi, Pa," jawab Jason.     

Semua yang mendengar pun tertawa seakan menyerah kepada siapa mereka berbicara. Jason dan Lily tak terpisahkan sekali pun mereka hanya sepupu, tapi keduanya memang sudah bersama sejak kecil.     

Setelah Reina, Raka, dan mertuanya pulang, Jeremy langsung memperlihatkan kamar untuk Jason dan Lily. Dari dulu Jeremy sudah merencanakan bagaimana membuat satu kamar untuk dua orang yang saling berlawanan jenis kelaminnya.     

Satu kamar besar menampakkan dua sekat ruangan yang mana satu adalah kamar tidur Jason dan satunya dalah kamar tidur Lily. Jeremy sudah mendekornya khusus untuk laki-laki dan perempuan.     

"Wah, kamar Lily jadi kalah sama kamar yang di sini, Om!" timpal Lily merasa senang melihat kamar buatan Jeremy.     

"Iya! Kamar Jason juga, Pa!" sambar Jason.     

"Ya, sudah kalian masing-masing ke tempat tidur, ya. Sudah membersihkan diri, kan?"     

Jason dan Lily mengangguk. Daisy pun menyelimuti Jason sementara Jeremy menyelimuti Lily. Mereka menunggu dua anak kecil itu tertidur dan barulah Daisy juga Jeremy kembali ke kamar. Daisy menghela nafasnya dan merebahkan diri di atas kasurnya seraya mengusap perutnya yang sudah sedikit membuncit.     

"Mendadak aku grogi mengurus mereka walau sehari, Jer," ucap Daisy.     

"Tenanglah, Daisy. Besok aku nggak akan kerja, aku temani mengurus mereka, ya? Lagipula kamu lagi hamil, aku nggak bisa membiarkan kamu sendiri mengurus anak," terang Jeremy.     

Daisy tersenyum. Ia merasa tenang jika Jeremy sudah membuatnya menenangkannya. "Aku senang sebenarnya mereka di sini. Tapi kadang hal menakutkan seperti mengurus mereka karena sejak kecil nggak mengurus Jason dengan benar, membuatku jadi dibayangi hal-hal yang aneh," ucap Daisy.     

Jeremy membawa Daisy ke dalam pelukannya dan mengusap-usap tubuh Daisy dengan lembut. "Jangan pernah ada rasa takut, Dai. Kadang hal menakutkan itu bisa membuatmu gagal untuk maju," kata Jeremy menasihatinya.     

***     

Daisy bersyukur karena Jason dan Lily bukanlah anak yang menyusahkan para orang tua. Dia tidak tahu bagaimana Reina, Raka serta orang tuanya mendidik Jason juga Lily menjadi anak yang baik.     

Jason dan Lily bahkan tidak pernah meminta-minta. Jika mereka ingin satu, maka hanya itu tujuan mereka. Tapi Daisy dan Jeremy tentu ingin melakukan dan memberikan yang terbaik. Maka dari itu mereka mengajak Jason dan Lily untuk ke mal dan bermain wahana permainan di sana.     

Keduanya anak itu tentu senang karena memang permainanlah yang membuat anak kecil merasa bahagia. Tidak masalah bagi Jeremy mengeluarkan uang banyak asalkan keduanya senang dan tentu saja mereka membiarkan Jason dan Lily bermain hingga lelah.     

Jeremy dan Daisy tahu bahwa ada masanya kebosanan dari anak itu cepat datang. Maka dari itu, selama satu jam penuh bermain, Jason dan Lily bersamaan mengeluh ingin segera makan karena mereka lapar.     

Tentu saja Daisy dan Jeremy senang karena kedua anak itu benar-benar seperti layaknya dua anak favorit orang tua.     

Singgah di restoran fast food, Jeremy dan Daisy memesan menu yang mana cocok untuk anak kecil. Lalu Jeremy bagian yang membawa makanan tersebut ke meja yang akan mereka tempati.     

"Jason senang?" tanya Daisy.     

"Senang, Mama!"     

"Lily bagaimana? Senang juga?" tanya Daisy pada keponakannya itu.     

"Senang banget, Tante!"     

Merasakan aliran kebahagiaan Jason dan Lily membuat Daisy ikut senang. Ia membiarkan keduanya menikmati makanan mereka sementara Daisy menatap Jeremy yang sedang memperhatikan ponselnya.     

"Jer, makan dulu," ucap Daisy.     

"Iya, Sayang. Aku lagi menangangi masalah sebentar di resto."     

"Masalah besar?" tanya Daisy.     

Jeremy menggeleng. "Bukan. Sepele. Kamu makanlah dulu, ya. Aku selesaikan ini dulu."     

Daisy mengangguk. Sesekali Daisy menyuapi Jason juga Lily secara bergantian agar adil. Ia tidak ingin membuat Lily merasa terasingkan walau sebenarnya Daisy lebih sangat ingin bersama Jason. Ia tahu Reina dan Raka memberikan kasih sayang yang sama pada mereka dengan porsi yang sama pula. Maka dari itu, Daisy tidak ingin ia memilah-milah siapa yang akan ia sayangkan.     

Setelah makan, Daisy menemani Jason dan Lily untuk mencuci tangan.Jeremy memperhatikan ketiganya dengan serius agar tidak ada yang terjadi di antara mereka. Barulah setelah itu ketiganya kembali lagi dengan wajah senang.     

"Habis ini ke mana, Jer? Pulang?" tanya Daisy.     

"Anak-anak mau ke mana?" tanya Jeremy pada Jason dan Lily.     

"Pulang ke rumah Nenek ya, Om? Lily kangen Mama," pinta Lily.     

"Jason mau?" tanya Jeremy meminta persetujuan.     

"Iya, Pa. Jason mau!"     

Keempatnya pun menuju parkiran mobil dan masuk ke dalam mobil. Lalu tiba-tiba Jason dan Lily sudah tertidur dengan cepat begitu saja. Daisy yang memandang mereka pun tercengang.     

"Wow, mereka semudah itu tertidur? Sudah kayak kembar saja," ujar Daisy terkejut.     

Jeremy terkekeh. "Bukannya bagus kalau mereka tertidur? Lagipula mereka pasti capek banget kan, bermain-main seharian. Apalagi habis makan."     

"Terima kasih ya, Jer. Kamu Ayah dan Om yang baik untuk Jason dan Lily," ucap Daisy merasa sangat berterima kasih pada suaminya itu.     

Jeremy mencium kening Daisy sebelum ia benar-benar menjalankan mobilnya. "Sudah tugasku, Sayang. Kamu nggak perlu berterima kasih seperti itu."     

"Aku nggak akan berhenti terima kasih, Jeremyku. Aku mencintaimu," ucap Daisy.     

***     

Jeremy membiarkan Daisy tertidur sesampainya di rumah mertuanya. Ia tahu Daisy sudah begitu lelah seharian ini. Sejak awal kehamilan bersama Zen, yang ia tahu Daisy memang lemah.     

"Jason dan Lily biar di sini aja, Jer. sepertinya Daisy kelelahan, ya?" ujar Reina.     

"Dia senang tapi yah, sepertinya kamu lihat, wajahnya lelah. Maaf, ya. Aku rasa Daisy mau mengurus mereka semua, tapi sepertinya fisiknya nggak kuat walau dia memaksanya," balas Jeremy.     

"Nggak masalah, Jer. Toh, waktu sehari pun pada akhirnya berarti kan, buat dia?"     

Jeremy mengangguk. "Iya, Rei. Thank's udah memberikan waktu walau sehari, ya."     

Reina mengangguk dan menepuk pundak Jeremy. Ia lalu meninggalkan Jeremy untuk menuju dapur.     

Sambil menunggu Daisy terbangun, Jeremy duduk di serambi depan bersama Raka yang sedang merokok.     

"Baru tahu gue kalau lo ngerokok," ucap Jeremy sambil duduk di depan Raka.     

Raka terkekeh dan mematikan rokoknya. "Enak, Jer. Lo mau?"     

"Sorry, nggak. Gue masih mencintai badan gue," ejek Jeremy.     

Keduanya sama-sama diam dan menikmati angin malam yang sesekali menerpa dan membelai kulit mereka.     

"Lo pernah nggak, merindukan masa muda lo? Nggak ada istri atau anak?" tanya Raka sambil melihat tanaman yang bergerak-gerak karena angin.     

"Biasa aja sih, Ka. Kenapa tiba-tiba?"     

Ia mengedikkan bahunya. "Nggak tahu. Kadang gue kepikiran itu dan merindukan. Kayak ada beberapa bagian yang gue lewati dan nggak gue coba."     

Jeremy semakin tidak tahu ke arah mana Raka berbicara. Ia pun bertanya, "contohnya?"     

"Gini … " Raka membenarkan posisi duduknya. "Adik gue, maksud gue, kembaran gue, Raja, dia cukup merasakan hal-hal di masa mudanya jauh sebelum dia menikah dengan Daisy. Hal-hal nakal sih, sementara gue bagian yang terbaiknya dan bodohnya gue, gue nggak merasakan apa yang sudah Raja rasakan."     

Digelengkannya kepala Jeremy karena betapa lucunya pemikiran Raka. "Jangan merasa menyesal begitu, Ka. Gue yakin setiap orang punya tujuan masing-masing. Mungkin memang lo harus begini? Kita nggak tahu, kan? Gue sendiri sih, belum pernah mersakan hal-hal yang nakal seperti laki-laki kebanyakan."     

"Terus, lo merasakan apa aja?" tanya Raka ingin tahu.     

"Belajar? Bekerja? Yah, cuma itu hal-hal yang gue lakuin."     

"Nggak pernah pacaran?"     

"Hmm, pernah tapi nggak berjalan mulus. Itu juga sekali. Daisy yang nomor dua tapi untuk selamanya," jawab Jeremy.     

Raka berdecak kagum sekaligus memandang Jeremy dengan wajah yang sangat teheran-heran.     

"Gila! Pantas saja awal-awal sama Daisy lo kaku dan terkesan banget sisi baiknya. Pantas juga Daisy happy sama lo," timpal Raka.     

"Semua karena keberuntungan aja, Ka. Gue sih mana yang terbaik aja."     

"Sialan lo! Hidup lo penuh dengan kepasrahan sepertinya.     

"Nggak juga. Pasrah gue kan, tetap ada usahanya. Nggak berpangku tangan, Ka."     

"Ah, sialan! Kalah gue ngomong sama lo mah!" kata Raka menyesal membahas tentang kebaikan-kebaikan hidup.     

Jeremy tertawa puas mendengar nada penyesalan Raka. Namun bukan berarti ia tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tentu saja ia serius karena disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman yang pernah ia dapatkan.     

"Jer? Maaf mengganggu, kita pulang yuk? Sudah malam," suara Daisy tiba-tiba terdengar dan muncul dari dalam.     

Keduanya menoleh dan Jeremy tersenyum padanya. "Istriku sudah bangun," ujar Jeremy memanjakannya.     

"Jer, gue nggak pernah kayak gitu sama Reina, loh," tukas Raka merasa iri.     

"Nah, sebaiknya lo coba ngikutin gue. Dijamin, hubungan semakin harmonis," ejek Jeremy yang diikuti tawa oleh Daisy juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.