Kembalinya Sang Bintang

Sangat Enak (1)



Sangat Enak (1)

0

Xiang Yi tidak hanya sekadar menuangkan udang karang ke piring, tapi dia menundukkan kepala dan meletakkannya dengan hati-hati.

Tangannya yang putih dan lembut tampak seperti sedang melakukan trik sulap, menempatkan dua wajan besar udang karang di atas piring membentuk seperti kelopak bunga.

Dia lalu mengambil sebuah botol kaca transparan, pergelangan tangannya bergerak ringan, dan biji wijen putih bertitik halus jatuh di atasnya.

Dua hidangan dingin, timun dingin renyah dan lobak lemon asam pedas juga dihiasi dengan ukiran wortel.

Di ruang siaran langsung.

[Ya ampun, ditata seperti itu jadi semakin terlihat enak!]

[Ini terlalu bagus! Sial, makanan itu tertata begitu cantik sampai aku merasa tidak mampu membelinya!]

[Aku baru saja memesan layanan pesan antar udang karang, masih ada empat puluh menit lagi baru sampai, aku akan tergiur sampai menangis!]

[Ya Tuhan, ya Tuhan, dia benar-benar memasak dua hidangan dingin dan menumis sayuran hijau, kemampuan koordinasi logis macam apa ini?!]

[Bukankah kalian semua terlalu berlebihan memujinya? Bukankah dia hanya bisa memasak saja? Coba saja cari koki di daerah timur, bukankah ada banyak yang lebih hebat darinya?]

[Betul. Untuk apa menatanya dengan begitu mewah? Siapa juga yang punya banyak waktu dan tenaga untuk membuat tata piring seperti itu? Apakah aku harus belajar mengukir hanya untuk makan?]

[Gila? Memangnya tidak boleh menghilangkan kesan jelek yang disebabkan karna kesalahan?]

...

Terjadi perdebatan dI kolom komentar, tapi kenyataannya suasana begitu harmonis dan menyenangkan.

Yan Zhenhua memanggil Yan Nai untuk datang dan menyajikan makanan. Yan Zhenhua sudah sudah gatal tangannya dan pergi ke dapur untuk membuat telur orak-arik tomat, dia lalu menyajikannya di sebelah udang karang, "Ayo, ayo, aku tambahkan sebuah hidangan untuk kalian anak-anak!"

"Terima kasih, Sutradara Yan."

Lokasi tempat makan mereka ada di paviliun taman, dikelilingi lautan bunga dan burung-burung yang beterbangan dari waktu ke waktu, sangat indah seperti adegan di film anime.

Yan Zhenhua sudah tergiur tidak karuan sejak dia mencium aroma makanannya, dia bahkan tidak memakai sarung tangan dan langsung mengupas udang pedas itu terlebih dahulu.

Udang yang kemerahan dan berminyak itu dibersihkan dengan sangat sempurna, tanpa sedikit pun bau amis atau lumpur. Setelah menggigit udang itu, seketika kuah pedasnya memenuhi mulut. Udang yang empuk dan lembut, rasa pedas dari cabai dan mala sangat mendominasi, tetapi yang lebih dari itu adalah aromanya yang tak berujung.

"Keterampilan memasak gadis kecil ini boleh juga, ya!" Setelah Yan Zhenhua mengungkapkan pujian jujurnya, dia segera mengupas satu lagi, "Pedasnya cukup, rasanya juga sangat mengena!"

Seorang koki akan sangat senang jika makanan buatannya diakui, Xiang Yi juga tidak terkecuali. Dia tersenyum dan mendorong sekeranjang edamame rebus di depan Yan Zhenhua, "Ini direbus di dalam air garam ringan yang bisa meredakan rasa pedasnya."

Mata Yan Zhenhua berbinar, "Udang karang dan edamame memang sangat cocok! Gadis kecil, kamu benar-benar orang yang perhatian!"

Shi Sui memang tidak terlalu bisa makan pedas, jadi dia memilih rasa bawang putih.

Pria muda dan tampan itu memakai sarung tangannya perlahan-lahan terlebih dahulu, lalu mengupas udang dengan lembut, seolah sedang mengiris steak di restoran barat kelas atas.

Setelah masuk ke dalam mulut, wangi bawang putih bermekaran di ujung lidah, namun tidak membuat tersedak dan malah memadukan aroma berbagai bumbu. Kepedasan dari paprika hijau dinetralkan dengan gula. Rasa manis dan pedas seperti ini benar-benar bisa diterima oleh Shi Sui.

Gerakan Shi Sui masih elegan, tetapi alisnya terlihat begitu menikmati, dan kakinya yang panjang sedikit ditekuk. Saat ini posturnya tampak sangat santai.

Satu-satunya orang yang tersiksa adalah Yan Nai…

Aroma udang karang dengan dua rasa menusuk hidungnya, jelas-jelas dia sarapan dengan kenyang pagi ini, tapi sekarang perutnya kosong dan merasa hampir pingsan.

Jakun anak remaja yang bersih dan sedikit terangkat terus bergerak-gerak, dia berjuang dengan liar antara makan atau tidak makan.

Dia melihat ke arah Xiang Yi dengan mata lebar.

Entah apakah karena terkena aroma masakan di dapur, Xiang Yi jadi tidak memiliki nafsu makan. Setelah makan sedikit, dia lalu mengupas udang dengan tenang.

Dengan ketangkasan tangannya, dia mengupas semangkuk kecil udang dalam sekejap.

Hati Yan Nai tergerak.

Jika… jika dia mengupasnya untukku secara pribadi, apa lebih baik aku tidak mempersulit keadaan lagi dan dengan pasrah mengikuti takdirku…


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.