Kembalinya Sang Bintang

Nasib Indah yang Telah Ditentukan di Surga (Tambahan)



Nasib Indah yang Telah Ditentukan di Surga (Tambahan)

0Tak lama setelah itu, mulai muncul rentetan komentar dari para warganet:     

[Eh? Sutradara Yan tidak mungkin memiliki karakter yang angkuh, kan?]     

[Aku merasa Sutradara Yan juga sangat lucu .....]     

[Ayam: ???, Jangan datang ke sini! Jika tidak, aku akan berkokok!]     

....     

Sebagai sutradara, Li Jianyu memperhatikan seluruh komentar warganet sepanjang siaran langsung berjalan. Dia merasa lega begitu melihat perubahan arah komentar.     

Jika Li Jianyu mengingat kembali, dia jadi menyadari sesuatu... Shi Sui dan Xiang Yi, apakah mereka tidak sengaja saling bekerja sama? Apalagi, itu adalah kerja sama yang sempurna tanpa kekurangan apapun? batinnya.     

Li Jianyu tidak sempat memikirkan lebih teliti. Perhatiannya ditarik oleh komentar yang membanggakan Xiang Yi. Selain itu, dia juga tidak menyadari bahwa jumlah penonton di siaran langsung pada akun pribadi Xiang Yi ternyata telah meningkat. Meskipun belum menjangkau terlalu luas, peningkatan itu juga mencerminkan bahwa semakin lama semakin banyak penonton yang tertarik pada Xiang Yi.     

Mungkin… Saat Raja Aktor Shi merekomendasikan Xiang Yi untuk syuting acara ragam ini, hal itu benar-benar memiliki arti yang sangat dalam?     

....     

Yan Zhenhua berlari ke kandang ayam dan melihat-lihat sekeliling. Total ada belasan ayam di sana beserta ada anak ayam yang baru menetas dengan bulu kuning muda di atas kepalanya. Terkadang kandang ayam ini dibersihkan dengan sangat bersih. Tanah ditutupi dengan jerami yang sangat tebal, tanpa bau yang aneh.     

Shi Sui turut datang sambil membawa keranjang yang diberikan Xiang Yi sehingga dia bisa mengambil beberapa telur. Karena adegan membunuh ayam terlalu kejam, kamerawan berhenti merekam untuk sementara waktu.     

Yan Zhenhua berpatroli di kandang ayam sambil mengedarkan pandangannya. Ia ingin memilih seekor ayam yang paling montok dan bertanya asal-asalan, "Shi Sui, bagaimana pendapatmu tentang Xiang Yi, gadis kecil itu?"     

"Hah?" sahut Shi Sui yang mengambil sebutir telur dengan hati-hati.     

Kru wanita di sisi Shi Sui tidak bisa menahan diri untuk tidak sering melirik ke arah Shi Sui. Kedua tangan yang ramping dengan sendi-sendi yang terlihat dengan jelas, tampak, sama sekali tidak pernah terlihat seperti orang yang melakukan hal semacam ini. Tetapi, jika benar-benar dilakukan, gerakanya bahkan lebih anggun dan enak dipandang.     

Yan Zhenhua berkata sambil tersenyum, "Menurutku, gadis kecil ini memiliki temperamen yang baik. Aku rasa dia sangat cocok dengan A Nai kita!"     

Gerakan Shi Sui yang sedang mengambil telur jadi terhenti. Dia menjawab dengan tidak cepat, namun juga tidak lambat, "Sutradara Yan, A Nai masih anak-anak."     

Yan Nai baru berusia tujuh belas tahun tahun ini. Dia masih belum matang.     

"Aku baru saja bertanya, gadis kecil itu lebih tua tiga tahun dari A Nai kita. Ada sebuah pepatah Tiongkok kuno yang sangat bagus. Jika istrimu tiga tahun lebih tua darimu atau lebih besar darimu, kamu akan mendapatkan berkah dari Tuhan. Kamu lihat, begitu nasib itu sudah ditentukan, siapapun juga tidak bisa menghentikannya. Singkatnya, ini adalah nasib indah yang telah ditentukan di surga!"     

Yan Zhenhua memikirkannya dengan lebih andal, lalu memukul pahanya sendiri dan berkata dengan gembira, "Jika hal ini berhasil, aku harus memberikan angpau padamu! Di masa depan, gadis kecil yang masih memanggilmu senior itu akan sama seperti A Nai. Dia juga akan memanggilmu paman. Kita akan menjadi satu keluarga yang saling mencintai~!"     

Entah mengapa, Shi Sui yang selalu bersikap lembut dan sopan justru lebih banyak diam hari ini. Sayangnya, Yan Zhenhua si pria lurus ini sudah mulai tenggelam dalam adegan di man anak-anak Xiang Yi dan Yan Nai di masa depan mengelilinginya sambil memanggil dengan sebutan Kakek...     

…....     

Di sisi lain, adegan memotong kayu bakar hanya terekam sepotong. Tiba-tiba ada yang masalah dengan sinyal, sehingga siaran langsung harus dihentikan sementara.     

Xiang Yi justru tidak menganggur, dia menemukan sebuah tas pendingin untuk menyimpan sesuatu agar tetap segar, bersiap untuk memetik beberapa buah dan meminta supir untuk mengantarnya.     

Tidak tahu dari mana asal keberanian Yan Nai, dia memanggil menghentikan Xiang Yi, "Xiang, Xiang Yi ... berhenti, aku, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."     

Xiang Yi menoleh dengan tatapan santai, "Ada urusan apa?"     

Berhadapan dengan mata Xiang Yi yang jernih, Yan Nai seketika tergagap, "Aku, aku ..."     

"Jika tidak ada urusan, aku akan pergi."      

Yan Nai cemas, lalu berkata tanpa berpikir, "Mengapa kamu mengabaikan kakak Wanyan? Dia jelas melakukan itu demi kebaikanmu, mengapa kamu sedikitpun tidak mempedulikannya?!"     

Xiang Yi kebingungan, "Siapa?"     

Yan Nai berkata dengan kesal, "Aku tidak masalah, jika kau berpura-pura tidak mengenalku. Mungkinkah kau masih harus berpura-pura tidak mengenal kakak Wanyan? Xiang Yi, kamu sungguh tidak punya hati!"     

Sebuah tanda tanya perlahan muncul dari atas kepala Xiang Yi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.