Kembalinya Sang Bintang

Aku Rasa Otakmu Sudah Konslet



Aku Rasa Otakmu Sudah Konslet

Sangat aneh…     
0

Begitu batin Yan Nai. Yan Nai merasa sentuhan Xiang Yi barusan terasa tidak begitu menjijikan. Saat ini, detak jantungnya malah berdebar tidak karuan.     

"Aku… Aku tidak sengaja..." gumam Yan Nai dengan suara yang semakin lama semakin mengecil. Dia tentu saja tidak berani beradu mata dengan Xiang Yi. Dia menurunkan alisnya dan rambut yang berantakan di dahi menghalangi pupil matanya yang jernih.     

Dalam pandangan Xiang Yi, anak kecil ini tampak ketakutan. Namun, dia berpikir, Masa bodoh. Lupakanlah karena telah membuatnya ketakutan lagi. Adik laki-laki yang tampan memiliki keistimewaan untuk dimaafkan dan dicintai.     

"Kau lapar tidak?" tanya Xiang Yi.     

"Tidak," jawab Yan Nai. Sayangnya, sebelum suara Yan Nai terdengar, suara perutnya sudah berbunyi tidak tepat waktu. Wajahnya yang tampan dan lembut dengan sedikit daging di pipi seketika memerah.     

Sudut mulut Xiang Yi sedikit melengkung dan dia bertanya, "Makanan apa yang kamu sukai? Aku akan memetik buah loquat sebagai cemilan untukmu."     

Mata Yan Nai berbinar dan dia membatin, Ternyata masih ada… Masih ada hal baik semacam itu?!     

....     

Setengah jam kemudian, semangkuk mie panas diletakkan di hadapan Yan Nai. Mie berbahan dasar beras ini dibuat sendiri oleh Xiang Yi sebelumnya. Mienya berwarna putih dengan tekstur yang halus. Begitu ditelan, terasa sangat lembut dan elastis.     

Xiang Yi mempertimbangkan rasa pedas dan asam kesukaan Yan Nai. Dia merebus saus daging yang kental dan harum sebagai tambahan di atas mie. Dia juga menambahkan acar yang menyegarkan dan sayuran hijau ke dalam mangkuk besar yang sudah luber itu. Yan Nai merasa sangat puas.     

Xiang Yi mengatakan sepatah kalimat, "Jika makananmu tidak habis, aku tidak akan keberatan jika kamu menyisakannya."     

Kegelisahaan terbesar Xiang Yi saat masih kecil adalah tidak boleh menyisakan makanan saat makan di rumah orang lain. Para sesepuh selalu suka mengambilkan makanan untuknya. Perasaan tidak sanggup untuk makan namun dipaksa menghabiskan itu sangat menyakitkan.     

Posisikan dirimu sebagai orang lain. Mengapa sampai harus menyiksa anak-anak?     

Yan Nai mengangkat kepalanya dari mangkuk yang ukurannya bahkan lebih besar dari kepalanya. Sudut mulutnya masih berminyak dan dia tersenyum dengan malu-malu.     

...Menyisakan makan? Tidak ada istilah macam itu, batin Yan Nai. Dia bahkan masih ingin menambah satu mangkuk lagi.     

Xiang Yi kemudian pergi membersihkan buah. Saat Xiang Feng menerimanya, dia dapat memakannya dengan mudah.     

Bip! Bip!     

Ponsel Yan Nai bergetar. Itu adalah panggilan telepon dari Qin Wanyan. Yan Nai ragu-ragu, lalu mengangkat teleponnya. Dia menyapa, "Kakak Wanyan."     

Suara murung Qin Wanyan datang dari ujung telepon, "A Nai, aku dengar sesuatu yang tidak terduga terjadi pada siaran langsung kalian. Apakah kamu baik-baik saja? Apakah perutmu lapar? Bagaimana kalau aku memesan makanan bungkusan untukmu?"     

Ada perbaikan menara sinyal di sekitar tempat mereka syuting sehingga siaran langsungnya tidak dapat dilakukan untuk sementara waktu. Para kru juga sudah merilis pemberitahuan permintaan maaf di Weibo.     

"Terima kasih, Kakak Wanyan, tapi aku rasa tidak perlu," jawab Yan Nai. Bagaimanapun, hati Yan Nai terasa sangat lembut. Perhatian Qin Wanyan selalu membuatnya merasa sangat bahagia.     

Qin Wanyan mempertimbangkan pemilihan katanya sebelum melanjutkan, "A Nai, aku lihat saat kamu makan, kamu hanya makan telur orak-arik dicampur dengan tomat, Xiang Yi ternyata tidak membujukmu atau mengatakan sesuatu padamu… Apa yang dia perbuat padamu meninggalkan trauma yang tidak menyenangkan bagimu. Apakah dia bahkan tidak peduli sedikitpun padamu…?"     

Yan Nai berkata dengan tegas, "Kakak Wan Yan, Kakak Xiang Yi menderita amnesia. Dia lupa semua yang telah terjadi pada tahun lalu. Karena seperti ini, biarkan saja masalah yang lalu ini berlalu."     

"???" Qin Wanyan yang berada di ujung telepon merasa bingung. Padahal, dia sudah menyiapkan cibiran. Namun, dia terkejut dengan perkataan Yan Nai sehingga dia tidak bisa berkata-kata.     

Kakak Xiang Yi??? Bukankah katamu, Xiang Yi adalah wanita yang paling kamu benci? batin Qin Wanyan.     

Yan Nai pernah dipermalukan oleh Xiang Yi. Kejadian itu dijadikan sebagai senjata yang paling membunuh oleh Qin Wanyan. Dari waktu ke waktu, Qin Wanyan akan mengeluarkan senjata itu untuk mencuci otak Yan Nai.     

Qin Wanyan kerap membuat Yan Nai mengingat kembali rasa sakit itu. Dengan begitu, Yan Nai akan mengingat kembali hal itu dan merasa ingin muntah. Namun, ini pertama kalinya, senjatanya gagal!     

"Selain itu juga, Kakak Wanyan, Kakak Xiang Yi tidak sengaja mengabaikanmu. Penglihatannya sangat buruk. Dia menderita rabun jauh dengan pandangan yang buram. Dia tidak boleh sering-sering menggunakan perangkat elektronik, bahkan dia juga tidak menggunakan ponselnya akhir-akhir ini, jadi aku pikir dia pasti tidak sengaja tidak membalas pesanmu. Sudahlah, aku tutup dulu. Aku ingin menyeruput mie."     

"???" Qin Wanyan semakin dibuat bingung.     

Qin Wanyan jelas tak habis pikir, Kamu juga percaya pada omong kosongnya seperti amnesia dan penglihatan yang buruk? Sial! Aku rasa otakmu sudah konslet!!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.