Kembalinya Sang Bintang

Ada Hadiah untuk Anak-anak yang Penurut



Ada Hadiah untuk Anak-anak yang Penurut

0Mulai muncul komentar-komentar yang berisi keraguan para warganet:     

[Aku rasa makan roti isi itu tidak lebih lezat dari dari makan hamburger dari salah satu KFC...]     

[Apakah ingin membandingkan dengan si vas bunga? Ada yang mengatakan bahwa meskipun vas bunga itu sangat menjijikan, masakan yang dia buat cukup membuat orang menjadi nafsu makan. Sedangkan yang Qin Wanyan buat ini, mmm...]     

Sutradara Chen menatap layar ponsel dari waktu ke waktu. Saat melihat komentar para warganet, dia tidak bisa memahaminya. Terutama, saat ada seseorang yang menulis tentang acara ragam sebelah: ['Two People in a House' mulai menggoreng kue susu goreng renyah! Teman-temanku, aku pamit dulu!]     

Para penonton menggeser layar mereka. Jumlah penonton di ruang siaran langsung acara ragam 'Heartbeat' pun mulai berkurang. Hal ini dapat dilihat dengan jelas.     

Bagaimana bisa seperti ini?! pikir Sutradara Chen sambil membelalakkan mata dengan tidak percaya. Dia pun mengklik ruang siaran langsung acara ragam 'Two People in a House'.     

Saat ini siaran langsung baru saja dimulai, tetapi jumlah penontonnya justru tidak kalah dengan acara ragam 'Heartbeat'. Detak jantung Sutradara Chen langsung melonjak. Dia sepertinya sudah meremehkan popularitas acara ragam 'Two People in a House'.     

Kue susu sudah disiapkan lebih dulu oleh Xiang Yi. Tepung jagung dicampur dengan susu segar, lalu ditambahkan garam dan gula secukupnya. Setelah itu, adonan direbus dengan api kecil sebelum kemudian dimasukkan ke dalam lemari es untuk dibekukan.     

Gadis kecil itu terlihat sangat cantik. Raut wajahnya terlihat teduh dengan temperamen yang tenang. Seolah-olah kebisingan di dunia ini tidak akan mempengaruhi konsentrasinya pada bahan-bahan makanan di hadapannya.     

Kue susu putih yang lembut dicelupkan ke dalam tepung, bubuk pengembang, MSG, dan bubuk perenyah makanan yang sudah tercampur rata. Lalu, adonan dibentuk menjadi bentuk parabola yang sempurna dan dimasukkan ke dalam penggorengan agar berenang dengan gembira.     

Gerakan Xiang Yi sangat cekatan. Dia selesai menggoreng satu panci kue susu dalam waktu singkat. Setelah diangkat, dia menaburkan sedikit gula putih di atasnya.     

Kamerawan Lao Li sangat cerdas. Dia membidik dari dekat saat Li Jianyi sedang mengambil sebuah kue.     

Sreeek...     

Permukaan kue susu berwarna kuning keemasan, sangat renyah, dan juga halus. Saat kue itu dibelah dua, kustar di dalamnya terasa sangat lembut dan halus. Saat menekan kulit terluar yang renyah dengan tangan, kustar di dalam akan bergetar lembut dan kenyal.     

Barisan komentar langsung membanjiri siaran langsung:     

[Ahhh... Aku sangat ingin makan!!!]     

[Meskipun terhalang oleh layar, aku juga masih dapat mencium aromanya]     

[Kue yang sangat lucu! Bagaimana bisa kue itu sangat kenyal?]     

[Hanya menggoreng satu piring?? Pecinta susu merasa bisa memakan sepanci sendirian!]     

....     

Setelah Yan Nai selesai membersihkan diri, hal pertama yang dilakukannya adalah datang ke dapur. Rambut anak laki-laki itu bergelombang sepanjang malam dan sudah menjadi sarang burung yang sangat berantakan.     

Yan Nai berjalan mendekati Xiang Yi dan bertanya, "Kakak, apakah sudah selesai menggoreng?"     

Xiang Yi membantu Yan Nai memblokir kamera, lalu berkata, "Anak kecil dengan rambut berantakan tidak boleh sarapan."     

Saat obrolan santai kemarin, sutradara membocorkan beberapa informasi. Jelas bahwa ingin Yan Nai masuk ke industri hiburan. Xiang Yi tidak peduli, tapi adik kecil tampan ini harus tetap memperhatikan penampilannya di depan kamera agar tidak difoto oleh orang lain saat penampilannya sedang jelek dan kemudian disalahgunakan.     

Yan Nai terkejut, kemudian menggaruk-garuk kepalanya dengan malu sambil berkata, "Aku... Aku akan merapikan rambutku. Kemarin kakak pangkas rambut di lantai bawah membantuku mengeringkan rambut."     

Xiang Yi berpikir sejenak, lalu memberitahu Yan Nai, "Pergi carilah A Nan. Dia cukup pandai menata rambut."     

"Oh, oh, oke," jawab Yan Nai.     

Tiba-tiba Xiang Yi mencegat lagi, "Tunggu."     

"Iya?"     

Saat Yan Nai menoleh, tiba-tiba mulutnya disumpal oleh kue susu dan disertai dengan bujukan lembut gadis kecil itu, "Ada hadian untuk anak kecil yang penurut."     

Yan Nai bahkan sampai lupa mengunyah. Rona merah langsung menyebar dari ujung telinganya sampai ke lehernya dan pikirannya melayang, Dia menyuapiku... Apakah dia... menyukaiku..     

Pipi Yan Nai merah dan detak jantungnya berdegup cepat oleh pikirannya sendiri. Dia cepat-cepat berjalan keluar dari dapur, lalu tidak sengaja menabrak sosok yang ramping dan tinggi.     

Itu adalah Shi Sui. Pria itu mengganti pakaian menjadi pakaian yang sporty dan kasual hari ini. Dengan jaket putih dan celana jins berwarna biru, dia terlihat tampak segar, seperti seorang murid yang masih duduk di bangku sekolah.     

"Kalau jalan, lihat-lihat," Shi Sui mengingatkan Yan Nai.     

Yan Nai melihat sekeliling dan melihat bahwa tidak ada kamerawan. Lalu, dia berkata dengan hati-hati dan bahagia, "Paman, Kakak menyuapkan sesuatu untukku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.