Kembalinya Sang Bintang

Karpet Merah (2)



Karpet Merah (2)

0"Aku mengecek denyut nadimu. Kamu mungkin mengalami hipoglikemia (kandungan gula darah yang rendah karena menurun secara abnormal). Apakah ada yang tidak nyaman? Pusing? Mual?" tanya Xiang Yi. Nada bicaranya lembut dan sangat sabar.     

Jiang Chen memaksa diri untuk bangkit. Dia berterima kasih sambil bersandar lemah di dinding, "Aku baik-baik saja. Terima kasih… Kakak."     

Tampaknya Jiang Chen lebih awal melakukan debut daripada Xiang Yi. Tapi, Jiang Chen baru berusia 19 tahun tahun ini. Xiang Yi menyukai pemuda tampan yang bersikap sopan ini.     

Xiang Yi bertanya, "Apakah kamu ingin pergi ke ruang ganti ini untuk beristirahat?" Xiang Yi buru-buru menambahkan, "Hanya kamu sendiri. Aku tidak akan masuk."     

Bagaimanapun, Xiang Yi masih menyandang reputasi 'memanjakan' pemuda tampan… Jiang Chen juga tahu rumor itu dan raut wajahnya menjadi canggung. Dia menjawab, "Tidak perlu. Ini hanya penyakit lama. Jangan merepotkan Kakak."     

Xiang Yi sedikit mengangguk dan berkata, "Baik. Kalau begitu, jaga baik-baik dirimu."     

Sebenarnya, Xiang Yi juga tidak benar-benar bermaksud untuk terus memedulikan Jiang Chen. Dia mengangkat gaunnya dan berjalan perlahan ke ruang ganti.     

Entah mengapa, ada perasaan aneh yang berbeda di dalam hati Jiang Chen. Dia tanpa sadar menghentikan Xiang Yi dan bertanya, "Kakak… Apakah kamu masih punya permen?"     

Karena rekaman acara ragam 'Heartbeat' baru-baru ini, manajer Jiang Chen selalu mengatakan bahwa dia terlihat gemuk dalam rekaman langsung. Dia hampir tidak makan apa pun dalam beberapa hari terakhir. Padahal, di malam hari pemuda itu bahkan masih menyempatkan waktu untuk berolahraga dan latihan menari. Dia khawatir nanti akan pingsan di lokasi pertemuan tahunan.     

Xiang Yi mengeluarkan beberapa permen dari dalam tasnya. Ada berbagai macam permen, mulai dari permen kenyal, permen buah, permen cokelat, dan lain-lain. Gadis itu menyukai anak-anak, jadi dia selalu membawa permen di tasnya. Tapi, permen itu tampaknya digunakan untuk membujuk orang dewasa akhir-akhir ini.     

"Terima kasih," Jiang Chen bicara dengan pelan dan membuka bagian ujung permen. Dia bukan orang yang aktif dalam berbicara dan justru selalu pasif saat berinteraksi dalam masyarakat. Tapi, anehnya saat ini dia mulai mencari-cari topik pembicaraan, "Apakah kakak adalah dokter?"     

"Itu hanya pemahaman yang dangkal saja," jawab Xiang Yi. Mata jernih gadis itu tertuju pada bulu mata panjang Jiang Chen yang berkedip. Dia sekilas melihat rasa malu dan kegelisahan Jiang Chen, lalu bertanya, "Mau aku bawakan kursi untukmu?"     

Jiang Chen merasa lega. Namun, di detik berikutnya, dia menundukan kepala karena merasa malu. Dia merasa bahwa dia sangat bertentangan dengan dirinya sendiri. Jiang Chen takut akan muncul rumor antara dirinya dan Xiang Yi. Tapi, dia juga merasa seperti bayi yang merasa buruk dan ingin terus mengandalkan Xiang Yi.     

Sementara itu, Xiang Yi sepertinya tidak peduli. Dia membawakan kursi dengan sandaran untuk Jiang Chen serta meminjam bantal lucu milik A Nan.     

Di ujung koridor yang tidak diperhatikan oleh orang, cahaya menjadi redup setelah lampu kontrol suara dimatikan. Xiang Yi sudah tidak memedulikan Jiang Chen lagi. Suasana sekeliling terasa sangat sunyi, tapi justru membuat Jiang Chen merasa sangat aman.     

Jiang Chen meremas bantal yang kenyal, lembut, dan hangat itu. Aroma susu yang pekat terasa di ujung lidahnya. Kepalanya yang pusing sudah mereda. Penglihatan dan kekuatan tubuhnya mulai perlahan pulih.     

Jiang Chen diam-diam melirik ke arah ruang ganti. Pintu ruang ganti kebetulan setengah terbuka. Samar-samar terlihat gaun gadis kecil itu. Penampilannya seperti bunga freesia yang terlihat sangat indah dan cerah saat mekar, seperti bunga-bunga yang tumbuh di kampung halaman ibunya.     

Penampilannya... berbeda dengan rumor yang beredar, begitu pikir Jiang Chen. Sebenarnya, jika pemuda itu mendorong pintu dengan sedikit kekuatan, dia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang Xiang Yi lakukan.     

Bermain ponsel? Melamun? Atau merias wajah? Jiang Chen bertanya-tanya dalam hati. Cahaya di sorot mata Jiang Chen hanya menyala sesaat, lalu redup kembali.     

....     

Saat A Nan menjemput Xiang Yi, Jiang Chen sudah pergi. Beberapa potong kertas permen di atas bantal disusun rapi berdiri seperti barisan dalam posisi militer, seolah-olah memiliki gangguan OCD.     

....     

Di dalam mobil wardrobe, A Nan membantu memegang tas Xiang Yi. Dia merasa tas Xiang Yi terus-menerus bergetar dan segera mengeluarkan ponselnya. Dia menyerahkannya pada Xiang Yi sambil berkata, "Sweetie, lihat apakah ada seseorang yang tergesa-gesa mencarimu."     

Xiang Yi mengusap layar ponsel dan sebuah pesan singkat muncul dari kontak yang tidak dikenal. Dia membuka dan melihat foto Harimau Kecil, tidak lebih dan tidak kurang. Setidaknya ada sembilan gambar beserta dua pesan singkat:     

—— Dia sangat penurut.     

—— Sedang menonton siaran langsung dalam pelukanku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.