Kembalinya Sang Bintang

Perut Kalian Lapar Tidak?



Perut Kalian Lapar Tidak?

0Rentetan komentar di ruang siaran langsung kini melonjak seperti ombak.     

[Ahhh! Lima fitur wajah Adik menentukan tiga pandangan hidupku!]     

[Aku sangat menyukai adik laki-laki yang sangat peka seperti ini!]     

[Apakah hanya aku yang merasa bahwa Rongrong ini sangat brutal? Sekilas, kepala sekolah itu memang bermasalah. Aku sangat kagum dengan karakter yang berani melawan seperti ini, sedangkan aku adalah orang yang diselak oleh orang lain namun tidak berani untuk bertengkar]     

…....     

Komentar yang tak terhitung jumlahnya menyapu layar.     

Pada saat yang bersamaan, semua orang di Mu Yao TV bisa melihat bahwa jumlah penonton dalam acara ragam 'Two People in a House' terus melonjak.     

Sembilan juta tujuh ratus tiga puluh ribu penonton!     

Sembilan juta delapan ratus lima puluh ribu penonton!     

Sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan juta penonton!     

Angka-angka terus melompat-lompat… Dan digit pertama telah berubah menjadi angka 1!     

Jumlah penonton acara ragam 'Two People in a House' resmi melebihi 10 juta! Rekor baru telah lahir!     

Pada saat ini, ada banyak orang yang menekan tombol tangkapan layar. Ada juga banyak orang yang mengikuti akun SMA khusus Putra Mingxi.     

....     

Investigasi telah dimulai. Rong Huai membawa polisi pergi ke sebuah tempat yang disebut 'ruangan hitam kecil'. Sesuai dengan namanya, di ruangan itu sama sekali tidak ada cahaya.     

"Jika ada siswa yang melakukan kesalahan, siswa tersebut akan dihukum di tempat ini," terang Rong Huai. Dia menyelipkan kedua tangannya ke dalam saku dan nada bicaranya menjadi sangat buruk, "Tentu saja, jika siswa tidak melakukan kesalahan, juga mungkin akan dikurung di sini~"     

Tak hanya ruangan hitam kecil tersebut, terdapat pula karung pasir untuk angkat beban. Tapi, ini bukan digunakan untuk berolahraga, melainkan untuk... hukuman. Belum lagi, di kantor guru tersedia begitu banyak perlengkapan standar seperti tongkat listrik yang biasa digunakan di tangan satpam.      

Sangat banyak jika harus disebutkan satu per satu. Singkatnya, ejekan sinis Rong Huai, disertai dengan kamera siaran langsung, mengejutkan semua orang.     

[Ini dianggap sebagai sekolah? Atau penjara??]     

[Sialan! Apakah kalian masih manusia? Berlari sejauh lima kilometer di setiap belokan dan masih disiram dengan air di musim dingin?!]     

[Saat masuk sekolah, semua barang pribadi akan disita oleh sekolah, bahkan ponsel juga harus diberikan kepada guru. Sampai-sampai balasan pesan untuk orang tua siswa juga diedit oleh guru? Apakah siswa sama sekali tidak memiliki privasi?!!]     

....     

Kepala Sekolah mencoba berdalih, "Kami mengikuti contoh sekolah bangsawan di luar negeri dengan menerapkan manajemen militer dan pendidikan pria yang gentleman. Siswa yang lulus di sini semuanya luar biasa…"     

Shi Sui bertanya dengan dingin, "Bagaimana dengan yang belum lulus?"     

Kepala Sekolah tersedak.     

Jawabannya sudah jelas. Anak-anak yang menanggung pendidikan kejam seperti neraka secara alami akan menjadi kebanggaan surga. Ini tidak bisa didiamkan. Anak-anak yang dihancurkan dengan cara seperti ini selama beberapa tahun, baik secara fisik maupun secara psikologis, pasti akan sangat terluka parah.     

"Ini… Ini menunjukkan bahwa beberapa siswa rapuh secara mental. Sekarang anak-anak terlalu sensitif sehingga mereka kecanduan bermain game di ponsel. Sekolah kami hadir untuk membantu mereka mendapatkan jalur kehidupan yang benar…"     

"Kamu bisa diam?!" Li Jianyu tiba-tiba meraung dan memotong Kepala Sekolah, "Bisakah kamu menjadi manusia? Betapa menyakitkannya bagi anak-anak disiksa olehmu setiap hari? Betapa sedihnya orang tua siswa yang mengetahui semua perbuatan kalian?!"     

"....."     

Suasana sekeliling menjadi sangat hening. Li Jianyu baru menyadari sesuatu. Dia tiba-tiba menatap Rong Huai dan remaja lainnya.     

Akhirnya ada ekspresi di wajah mereka. Hanya saja, ini bukan ekspresi senang. Sudut mulut mereka penuh dengan lengkungan pahit dan tak berdaya.     

Li Jianyu hanya merasa kulit kepalanya mati rasa. Dia tidak berani percaya, tapi terpaksa harus… Para orang tua siswa tahu tentang ini.     

Komentar di ruang siaran langsung meledak secara ekstrem:     

[Ada kebutuhan, maka ada pasar. Jika perlu, kamu harus menyelidikinya dengan teliti]     

[Ya Tuhan, betapa putus asanya anak-anak ini...]     

[Tidak mau menghabiskan waktu menemani anak-anak, tapi bersedia mengeluarkan uang untuk membuat orang lain memukuli anak-anak mereka?!]     

[Jadi, apakah semua orang tua siswa sudah tahu? Mereka jelas tahu bahwa sekolah ini akan menghukum anak-anak mereka, tapi mereka masih saja mengantar anak-anaknya datang ke sini?!]     

....     

Dalam suasana yang tertekan dan suram, nada manis dan lembut gadis kecil itu terdengar perlahan seperti suara alami, "Sudah hampir waktunya makan. Adik-adik, perut kalian lapar tidak?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.