Kembalinya Sang Bintang

Apakah Kamu Bahkan Tidak menginginkan Tanganmu?



Apakah Kamu Bahkan Tidak menginginkan Tanganmu?

0Bum!     
0

Seperti ada suara gemuruh guntur. Kepala sekolah seperti menerima hantaman besar sehingga membuat seluruh orang tercengang di tempat. Dia baru kemudian bereaksi, menggunakan tangannya untuk memblokir kamera, dan berkata dengan marah, "Bagaimana mungkin kalian bisa menyiarkan siaran langsung?! Matikan! Segera matikan!"     

Bagaimanapun, ini semua sudah terlambat. Para warganet langsung mengutuk di ruang siaran langsung:     

[Seni pertunjukan macam apa ini? Singkatnya, ini adalah memperlakukan hidup manusia seperti tidak ada nilainya dan dapat menghancurkannya sesuka hati!]     

[Aku merasa pasti ada rahasia yang tersembunyi di sekolah ini, jadi harus buru-buru diselidiki!]     

[Remaja bernama Rongrong itu baru saja mengatakan kejadian ini sering dihadapi sampai membuatnya ketakutan! Mungkinkah hal semacam ini sering terjadi?!]     

....     

Dengan upaya negosiator, anak-anak di atap berhasil dibujuk dan akhirnya mau turun. Anak remaja itu terlihat sangat lemah dengan rona wajah yang memucat, tetapi kondisi mentalnya tampak normal.     

Namun, begitu remaja itu melihat Kepala Sekolah, tubuhnya bergetar tak terkendali. Dirinya tak berdaya, seperti kelopak yang patah karena angin dan hujan. Itu adalah... rasa takut dari dalam jiwa.     

"Huhuhu..." Remaja itu terisak dan tanpa sadar ingin melarikan diri ke atap lagi, tapi untungnya berhasil dihentikan.     

Rong Huai melihat adegan ini dengan dingin dan seolah acuh tak acuh, tetapi diam-diam tangannya yang tergantung di sampingnya perlahan mengepal erat.     

"Kak!" Rong Huai memanggil Xiang Yi dengan nada bicara yang konyol, "Apakah ada banyak orang yang menonton siaran langsungmu? Apakah sudah mencapai 100.000 penonton?"     

"Tidak tahu. Seharusnya, sih, ada," jawab Xiang Yi. Xiang Yi tidak pernah memperhatikan data acara ragam 'Two People in a House', jadi dia sama sekali tidak tahu tentang hal ini.     

"Wow~ Itu sangat berpengaruh."     

Rong Huai meletakkan sikunya di bahu Xiang Yi. Dia masih memiliki batasan dan tidak meletakkan seluruh badannya sampai berat badannya menekan tubuh Xiang Yi. Tetapi, perilaku ini terlihat seperti... sangat brengsek.     

Sebelum Xiang Yi berbicara, dua suara pria yang dingin berbicara pada saat yang bersamaan.     

"Singkirkan tanganmu!"     

"Apakah kamu tidak menginginkan tanganmu lagi?"     

Kedua pria itu memiliki aura yang kuat dan mata mereka penuh dengan rasa penindasan. Rong Huai merasa dirinya sudah cukup berurusan dengan orang-orang yang sudah berusia, tapi dia secara naluriah merasakan bahaya jika berhadapan dengan mereka.     

Rong Huai menarik kembali tangannya dengan marah dan bertanya dengan suara yang sedikit ditekan, "Kak, kamu punya dua pacar, ya? Kalau kamu tidak keberatan, bagaimana jika punya satu lagi?"     

"Anak kecil, kamu sedikit tidak berpendidikan," kata Xiang Yi.     

"Kak, apakah tidak bisa memikirkannya dulu?" tanya Rong Huai lagi.     

Xiang Yi sedikit mengangkat alisnya dan tatapan dinginnya membuat Rong Huai sedikit berdebar-debar. Saat teringat Xiang Yi dengan rapi mengulurkan tangannya untuk memukul seseorang, jakun anjing serigala kecil itu bergerak naik turun dan dia menelan air ludahnya.     

"Kak, aku anak baik. Aku tidak akan memikirkannya lagi," kata Rong Huai pada akhirnya.     

....     

"Apakah kalian tidak merasa ada yang aneh?" tanya Li Jianyu sambil menggaruk-garuk kepala, "Perasaan yang tidak bisa dijelaskan..."     

Xiang Li melihat sekeliling dan berkata perlahan, "Suara."     

Mata Li Jianyu berbinar. Betul sekali! Maksudnya adalah suara!     

Biasanya, jika hari ini adalah hari kembali ke sekolah, seharusnya ada banyak orang yang lalu lalang di dalam sekolah. Itu baru benar. Tetapi, selain Rong Huai dan beberapa siswa ini, sekolah itu kosong melompong.     

Ketika peristiwa besar seperti tadi terjadi, baik di koridor maupun di dekat jendela, tidak ada satu siswa pun yang keluar untuk menyaksikan itu! Bahkan, beberapa remaja laki-laki yang pergi bersama Rong Huai untuk mencuri telur juga tidak menunjukan ekspresi terkejut. Ekspresi mereka terlihat sudah mati rasa, seolah-olah mereka tidak bernyawa.     

Rong Huai mondar-mandir di depan kamera. Wajahnya sangat fotogenik dan dia tersenyum ke kamera dengan semacam aura tampan yang sembrono. Rong Huai menjawab, "Karena jika mereka membuat suara, mereka akan dikurung di ruangan kecil yang gelap."     

Kepala Sekolah langsung meraung, "Diam! Jangan bicara omong kosong! Otaknya mengalami masalah, jadi kalian jangan percaya perkataannya!"     

Rong Huai memiringkan kepalanya. Wajahnya masih penuh dengan bekas luka dan senyum di wajahnya berangsur-angsur menghilang, seolah-olah dia adalah remaja gila yang buruk. Dia bergumam, "Bagaimana ini? Aku sepertinya cukup menyukai peran sebagai seorang orang yang sakit jiwa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.