Kembalinya Sang Bintang

Mengapa Kamu Begitu Baik?



Mengapa Kamu Begitu Baik?

0Rong Huai tertegun selama beberapa detik sebelum berkata dengan tidak jelas, "Apakah kamu pikir dengan kamu menyuruhku makan, aku akan makan..."     

Tanpa sadar, Rong Huai mengunyah dan dia terkejut, "!"     

"Kalau begitu, muntahkan keluar," kata Xiang Yi dengan bibir mengait.     

"Tidak! Huh!" Rong Huai berbalik badan dan menolak. Dalam hati, dia memekik, Ahhh! Ini sangat lezat! Ini sangat lezat! Ini sangat lezat! Keterampilan memasak Kakak Cantik terlalu hebat, bukan!!!     

....     

Xiang Yi menemukan sudut untuk duduk dan menggosok pergelangan tangannya yang sedikit kesemutan. Dia juga bisa lelah, hanya saja dia tidak ingin mengeksposnya.      

Muncul sosok yang sangat tinggi di samping Xiang Yi. Dia menoleh dan ternyata itu adalah Shi Sui. Pria itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon, "...Iya. Jika sudah diputuskan, kirimkan aku salinan elektronik kontraknya."     

Panggilan telepon ditutup. Kemudian, Shi Sui mengeluarkan sebungkus plester kecil. Setiap lembarannya sangat kecil, kira-kira seukuran dua plester yang disatukan.     

"Tanganmu sakit?" tanya Shi Sui.     

"Masih cukup baik," jawab Xiang Yi.     

Xiang Yi baru saja selesai berbicara, tangan kecilnya sudah ditarik dengan lembut ke telapak tangan pria itu. Sentuhan yang bersih dan hangat. Xiang Yi sedikit menekuk ujung jarinya yang ramping dengan tidak nyaman, mencoba menariknya kembali, namun pergelangan tangannya digenggam erat oleh Shi Sui.     

"Jangan bergerak," tegur Shi Sui. Tanpa sadar, Xiang Yi seketika menghentikan gerakannya.     

Sreeet—     

Shi Sui merobek plester. Lalu, dengan benar dan teliti, dia menempelkan plester ke tulang pergelangan tangan gadis kecil itu. Bibir Xiang Yi bergerak-gerak dan gadis kecil itu menggumam, "Sebenarnya juga... tidak terlalu sakit."     

"Apakah kamu masih berani?" tanya Shi Sui. Mata hitamnya yang seperti buah persik tertuju pada wajah Xiang Yi. Shi Sui menghela napas tanpa daya, "Kamu ini, ya…"     

Xiang Yi pikir Shi Sui akan bersikap galak kepada dirinya. Tetapi, sebelum sempat menegur, pria itu justru menggosok kepalanya dua kali.     

"Mengapa kamu bisa begitu baik?" kata Shi Sui. Kata-kata ini sangat bagus hingga membuat orang yang mendengarnya merasa sedih.     

"Kamu merusak cepol kecil di kepalaku..." bisik Xiang Yi.     

Shi Sui tertawa terbahak-bahak dan membalas, "Apa yang harus aku lakukan? Kakak tidak bisa mengikat rambut. Apakah harus memanggil Kakak Kedua untuk membantu?"     

"Kamu jangan…"     

Bagaimana mungkin Xiang Yi berani merepotkan Kakak Kedua untuk melakukan hal semacam ini?     

Saat mereka sedang berbicara, Xiang Li kebetulan lewat, Shi Sui melambaikan tangan dan menjelaskan situasinya. Kemudian, dokter medis yang berpengetahuan luas itu melihat cepol kecil yang berantakan di kepala adiknya. Dia pun terdiam dalam waktu yang cukup lama.     

"....." Xiang Li merenung sejenak dan dengan tulus mengusulkan, "Apakah kamu pernah terpikir untuk memotong pendek rambutmu?"     

Shi Sui mencibir, "Kamu tidak bisa?"     

Xiang Li balas mencibir, "Memangnya kamu bisa?"     

Tentu saja tidak.     

Kedua pria, yang sama-sama tidak bisa mengikat rambut, saling menyerang dengan sikap kekanak-kanakan. Xiang Yi segera berkata, "Aku saja yang akan melakukannya sendiri…"     

"Jangan khawatir. Aku akan mencarikan tutorial untuk mempelajarinya," kata Shi Sui sambil dengan tenang mengeluarkan ponselnya untuk mencari videonya.     

Xiang Li mengangkat alisnya. Dengan kemampuannya untuk belajar, apakah dia akan kalah dari Shi Sui?     

Tak lama kemudian, kedua pria itu terhanyut oleh tutorial mengikat rambut sampai tidak bisa melepaskan diri.     

....     

Setelah beberapa saat, seorang anak laki-laki kurus dan tinggi menatap jari-jari kakinya dan mengucapkan terima kasih dengan malu-malu, "Um… Terima kasih, Kakak, untuk makanan yang Kakak masak untuk kami."     

Xiang Yi mengenalinya. "Ternyata ini kamu..."     

Ini adalah anak yang pergi ke atap tadi. Remaja itu berkata dengan malu, "Maaf, aku… Aku sangat memalukan, kan? Tidak heran jika perkataan guru-guru benar. Aku adalah seorang sampah pengecut yang tidak berguna…"     

"Tidak," potong Xiang Yi. Nada bicaranya menjadi tegas, "Kamu bukan sampah, juga bukan tidak berguna."     

"Kamu mungkin belum tahu apa bakatmu, atau mungkin kamu sendiri belum memahami apa hobimu. Mungkin kamu akan menjadi orang yang luar biasa kuat di masa depan. Mungkin kamu akan memiliki minat yang kuat di bidang tertentu," terang Xiang Yi, "Kamu masih muda dan ada kemungkinan tak terbatas. Ada begitu banyak hal indah di dunia ini yang belum sempat kamu alami."     

Xiang Yi terus memberikan pengertian, "Hidup ini sangat panjang dan rasa sakit saat ini hanyalah waktu yang singkat dalam perjalanan hidupmu. Hidup tidak dapat berbalik, juga tidak dapat kembali. Jadi, tidak peduli seberapa sulit hidup itu, teruslah hidup dan hiduplah dengan damai."     

"Kamu adalah individu yang mandiri. Kamu adalah dirimu sendiri. Keberadaanmu berarti," kata Xiang Yi pada akhirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.