Kembalinya Sang Bintang

Pertanian Xiao Tu Nomor Dua



Pertanian Xiao Tu Nomor Dua

0"...Kita tidak bisa hanya mencari masalah pada diri anak, tapi orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik."     

"Tapi, kami begitu sibuk. Mana mungkin memiliki waktu untuk mengajarkan anak-anak? Aku mohon pada kalian, tolong jangan tutup sekolah…"     

"....."     

Mendengarkan percakapan itu membuat mata Rong Huai menunjukkan rasa jijik yang dalam. Dia sangat marah sehingga dia makan pangsit lagi. Sungguh orang dewasa yang menyebalkan, pikirnya     

Tanpa sadar Rong Huai mencari di sekitar, namun dia tidak menemukan sosok orang tuanya. Gerakan mengunyahnya berhenti sejenak, kemudian penampilannya kembali seperti remaja nakal yang susah dihadapi. Tidak masalah. Dia juga tidak begitu membutuhkan ayah dan ibunya.     

Remaja laki-laki itu perlahan memakan pangsit itu, satu demi per satu, seolah hanya makan dengan cukup banyak bisa mengisi kekecewaan di dalam hatinya.     

....     

Beberapa orang tua menatap Xiang Yi dengan tatapan mata yang tajam. Mereka melangkah maju tanpa penjelasan dan melemparkan tuduhan, "Siapa yang menyuruhmu ikut campur masalah orang lain? Kamu menganggap dirimu sebagai hakim dan membawa kru program untuk memimpin keadilan? Aku beritahu dirimu, kami sama sekali tidak butuh! Sekarang sekolah sudah ditutup. Bagaimana bisa kamu mengganti kerugian kami?!"     

Ekspresi Xiang Yi masih sangat tenang. Setelah pihak orang tua selesai melampiaskan emosinya, baru dia berkata dengan tenang, "Saya lupa memberitahu Anda bahwa acara ragam kami adalah siaran langsung."     

"Ahhh!" Jeritan itu disertai dengan kutukan, "Mengapa kamu tidak mengatakannya dari awal?!"     

Kamerawan, Lao Zhang turut tercengang. Dia dengan sengaja memiringkan kamera ke depan, menakuti pihak lain yang ketakutan, dan orang tua itu dengan cepat mengambil jaketnya untuk menutupi wajahnya.     

Lao Zhang terdiam beberapa saat sebelum menegur, "Apakah kamu masih punya wajah? Aku masih berpikir kamu bukan manusia!"     

Di dalam cibiran, pamanmu tetaplah menjadi pamanmu, begitu pikir Lao Zhang yang membela Xiang Yi.     

Shi Sui menjawab telepon. Setelah menutup telepon, dia perlahan menyesuaikan manset lengan bajunya dan bertanya pada Xiang Yi dengan suara yang sedikit malas, "Apakah kamu masih kekurangan tempat untuk bertani?"     

"Hah?"     

"Aku kebetulan memiliki uang cadangan. Aku membeli tanah sekolah ini," jawab Shi Sui. Lalu, dia melirik orang tua siswa itu dan berkata lagi, "Sekolah ini milikku sekarang. Bagaimana kalau aku menanam sayuran untukmu? Atau memelihara babi? Babi hitam terakhir kali itu benar-benar sangat lezat..."     

"....." Xiang Yi terdiam. Membeli tanah… Menanam sayur? Memelihara babi? Xiang Yi merenung selama dua detik dan dia merasa bahwa dia cukup bahagia.     

"Mengapa tidak membangun tempat ini menjadi Pertanian Xiao Tu nomor 2?" Xiang Li berkata dengan lembut, "Aku sudah menghubungi lembaga penelitian ilmiah untuk mendapatkan benih obat Tiongkok yang baru dibudidayakan di sini sebagai basis uji lapangan."     

Karena ada lembaga penelitian ilmiah yang mendukung, jangan berpikir untuk membuka kembali sekolah ini. Ekspresi Xiang Yi tampak sangat cerah. Tidak heran, Xiang Li adalah kakak laki-lakinya! Sangat luar biasa!     

Sementara, orang tua yang menggunakan jaketnya untuk menutupi wajah kini tercengang. Dia tidak habis pikir, Membeli lagi tanah ini dan bekerja sama dengan lembaga penelitian ilmiah? Dari mana asalnya orang-orang ini?!     

....     

Semua orang yang diduga melakukan hukuman fisik kepada para sisiwa dibawa pergi untuk penyelidikan. Kini, para siswa berkumpul di gerbang sekolah untuk menyaksikan gerbang sekolah ditutup sedikit demi sedikit. Akan tetapi, masih ada banyak rona wajah yang masih sangat buruk. Mereka khawatir pintu besar ini akan dibuka kembali suatu hari nanti.     

Tiba-tiba, suara 'gemuruh' datang dari kejauhan. Entah siapa yang berteriak, "Sialan!"     

Dalam sekejap, terus-menerus terdengar seruan yang bersahut-sahutan. Kendaraan konstruksi, mesin penghancur, dan ekskavator… Kendaraan yang tak terhitung jumlahnya melaju sambil membunyikan klakson mereka.     

Tin! Tin!     

Di ekskavator di garis depan terlihat Si Chuanbo, seorang elit dalam setelan jas dan sepatu kulit. Tak ada ekspresi apapun di wajahnya, seolah-olah hatinya masih di dalam air. Shi Sui memperhatikannya dan tersenyum padanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.     

"....." Shi Chuanbo terdiam. Dia adalah seorang manajer emas yang bermartabat. Namun, jika dia diminta untuk membeli tanah, dia sebenarnya harus bekerja paruh waktu untuk menyewa ekskavator.     

Ini terlalu sulit. Terlalu sulit bagiku, batin Shi Chuanbo.     

Sheng Guang turut mengemudikan mobil dan bergegas ke tempat kejadian bersama istrinya, Yin Xiangxue. Mereka berdua membawa plakat yang baru saja ditulis di tangan mereka. Sebuah spanduk berkibar dengan elegan dan bertuliskan: 'Pertanian Xiao Tu nomor Dua!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.