Kembalinya Sang Bintang

Aku Satu-satunya Anak Muda



Aku Satu-satunya Anak Muda

0Malam semakin gelap. Xiang Yi keluar dari paviliun dan mendapati bahwa hanya ada beberapa titik cahaya dari lampu jalan dan cahaya dari kru program di halaman. Cahaya itu masih terlalu redup. Dia pergi ke ruang penyimpanan dan menemukan beberapa lentera yang pernah dia dan kakaknya buat dengan tangan dulu.     

Rong Huai dan anak-anak yang lainnya menghampiri Xiang Yi.     

"Wow. Apakah masih benar-benar ada lentera lilin seperti ini sekarang?" gumam salah satu anak.     

"Kak, apakah kamu ingin menggantungkan ini? Apakah perlu memindahkan tangga?" tanya salah satu anak yang lain.     

"Tidak perlu. Kamu cukup memberikannya padaku saja," jawab Xiang Yi.     

"Ahh? Tapi, apakah Kakak bisa menjangkaunya..."     

Sebelum anak tadi menyelesaikan perkataannya, gadis kecil itu memanjat pohon dengan ahli. Bahkan, gerakannya sangat cepat, seperti film seni bela diri. Anak-anak kecil di sana dan para warganet yang menonton di siaran langsung pun tercengang melihatnya.     

[Sialan! Yiyi, predikat gadis perimu langsung runtuh. Kamu tahu itu!]     

[Brengsek! Aku pikir Kakak Simao dan Kakak Sanmao sudah memanjat pohon dengan cukup cepat. Aku benar-benar tidak menyangka, Adik Yi yang paling cepat!]     

[Akut tiba-tiba teringat sesuatu. Kakak Dokter itu juga terluka karena pergi panjat tebing dengan adik perempuannya...]     

[Saat melihat mereka, anak laki-laki akan diam, sedangkan anak perempuan akan menangis. Keluarga Xiang memiliki warisan keterampilan seperti itu… Kalau begitu, mereka pasti bukan orang Tiongkok!]     

....     

Mulut sekelompok anak laki-laki di sana terbuka sangat leber, seolah muat jika dimasukkan dengan telur. Sementara, Xiang Yi berkata dengan tenang, "Berikan lentera itu padaku."     

Rong Huai yang berperawakan tinggi memberikan lentera pada Xiang Yi dengan linglung. Setelah tergantung, lentera menyala. Kemudian... Xiang Yi naik ke pohon berikutnya…     

Setelah Xiang Yi selesai menggantung lentera, halaman itu tidak hanya jauh lebih cerah, tapi juga terasa cukup hangat. Cahaya hangat lentera redup itu menyala hingga membuat beberapa ngengat berkumpul dan menabraknya tanpa ragu-ragu.     

Malam ini, Xiang Li mendapatkan kesenangan yang sangat jarang dirasakannya. Dia sampai minum terlalu banyak dan bersandar di kursi malas dalam kondisi mabuk. Dua kancing atas kemeja Xiang Li sudah terbuka, memperlihatkan sedikit kulit putih dan tulang selangka yang ramping. Tahi lalat merah di ekor matanya menjadi lebih menarik perhatian.     

Tak hanya Xiang Li, Xiang Yi juga banyak minum untuk menemani kakaknya. Sekarang kepalanya sangat pusing, tapi entah mengapa kesadarannya masih sangat jelas.     

Yin Xiangxue mengambil ukulele. Dia sudah lama tidak menyentuh alat musik sehingga tangannya menjadi agak kaku. Dia mencoba menjentikkan jari-jarinya dan memetik senar ukulele untuk memainkan lagu anak-anak.     

"Aku harus banyak berlatih agar aku bisa menyanyikannya untuk anak kita di masa depan!" kata Yin Xiangxue dengan nada bicara penuh harapan.     

Sheng Guang memegang suatu benda untuk dijadikan perkusi dan memainkan ritme. Matanya penuh senyuman dan dari awal sampai akhir, hanya ada Yin Xiangxue seorang.     

Cahaya lampu terasa sangat hangat. Angin juga berembus sangat lembut. Ini benar-benar malam yang indah, membuat hati orang lain juga ikut terasa lembut.     

Setelah Yin Xiangxue selesai bermain, dia ingin mengembalikan ukulele ke tempat semula, tetapi Xiang Yi justru mengambilnya. Dia memetik beberapa senar dan sedikit menyesuaikan penyetelannya.     

Mata Rong Huai dan anak-anak yang lainnya bersinar. Sekelompok anak kecil itu berhenti makan daging dan berkumpul mengelilingi bagian dalam paviliun.     

Li Jianyu ingin menangis sekaligus tertawa. Dia menegur dengan lembut, "Hei, kalian menghalangi kamera Adik Yi!"     

Anak-anak tersebut tertawa. Jika ada yang berani mendorong, akan dibalas dengan mendorong juga. Lebih baik cepat minggir dan keluar dari posisi.     

Di ruang siaran langsung, banyak warganet yang meninggalkan komentar:     

[Ahhh! Apakah Adik Yi akan menyanyi?]     

[Wah! Anak-anak ini berbeda dari siang hari tadi. Mereka tertawa sekarang!]     

[Mereka benar-benar sangat menyukai Adik Yi, kan? Karena mereka takut menghalangi kamera, mereka berjinjit dan ingin melihat lebih dekat. Aku ingin menangis lagi]     

...      

Terdengar bunyi pembukaan yang sederhana. Suara jernih dan unik ukulele mungkin pada awalnya tidak begitu berpengaruh, tetapi sangat selaras dengan malam yang hangat ini.     

"Matahari merah terbit dengan sinarnya yang cerah… Sungai mengalir keluar dan lautan mengalir ke bawah…"     

Xiang Yi mengalunkan suaranya dengan malas, tetapi langsung menarik telinga semua orang. Gadis itu menurunkan alisnya dan lapisan tipis air mata membasahi sudut matanya yang jernih. Namun, penampilan memesona itu justru menarik perhatian banyak orang.     

"Kegilaan para remaja… Kukuh seperti gunung dan sungai… Berani mengukur besarnya matahari dan bulan lagi…"     

Xiang Yi mengangkat matanya dan menatap para remaja di luar paviliun sambil tersenyum lembut. Senyuman itu sangat lembut, seolah sedang bersenandung membujuk anak kecil, tapi kekuatan suaranya sangat mengejutkan orang lain:     

"Hati itu seperti matahari yang terik… Tidak mungkin menghentikanku untuk pergi… Aku satu-satunya anak muda…"     

Terdengar petikan senar terakhir. Suasana di sekitar menjadi sangat sunyi, seolah-olah angin yang berdesir dan suara kelopak bunga yang jatuh dapat terdengar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.